• HEADLINES
  • BISNIS
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA
Wednesday, 5 November 2025
Kediripedia.com
  • HEADLINES
  • BISNIS
    Kerajinan Air Mata Dewa dari Lembah Gunung Wilis

    Kerajinan Air Mata Dewa dari Lembah Gunung Wilis

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Warga Kota Kediri Kini Bisa Mengurus Izin Usaha di Kantor Kelurahan

    Uji Keamanan Pangan di Tengah Bulan Puasa

    MinyaKita Tak Sesuai Takaran Ditemukan pada Sidak di Pasar Kota Kediri

  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA
No Result
View All Result
  • HEADLINES
  • BISNIS
    Kerajinan Air Mata Dewa dari Lembah Gunung Wilis

    Kerajinan Air Mata Dewa dari Lembah Gunung Wilis

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Warga Kota Kediri Kini Bisa Mengurus Izin Usaha di Kantor Kelurahan

    Uji Keamanan Pangan di Tengah Bulan Puasa

    MinyaKita Tak Sesuai Takaran Ditemukan pada Sidak di Pasar Kota Kediri

  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA
No Result
View All Result
Kediripedia.com
Home EDUKASI

Buku Rujukan Menghadapi Bencana Alam

03 Jan 2019
in EDUKASI
Reading Time: 3 mins read
0
Buku Rujukan Menghadapi Bencana Alam

DI kawasan yang berada di lingkar cincin api pasifik seperti Indonesia, gejolak alam tak dapat diterka. Tsunami, gempa bumi, dan erupsi gunung berapi: bisa terjadi tanpa diprediksi. Misalnya baru-baru ini, ketika gelombang tsunami menerjang pesisir Pantai Anyer dan sekitar Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018.

“Indonesia pantas dijuluki super market bencana, karena semua jenis bencana ada,” kata Wignyo Adiyoso, penulis buku Manajemen Bencana, Pengantar dan Isu-isu Strategis, saat berkomunikasi dengan Kediripedia.com via telepon, Rabu, 2 Januari 2019.

Jelajahi pustaka Kediripedia

Murid Sekolah Alam di Kediri Kampanyekan Daur Ulang Sampah

Wamen Komdigi dan Tokoh Bangsa Mengkaji Gelap Terang Indonesia di Reuni Aktivis Pers Mahasiswa

Filsuf Kecil dari Baubau: Kisah Ahmad AB dengan Keistimewaan Sindrom Savant

Pendapat yang diungkapkan oleh Wignyo, berlandaskan data yang dirilis oleh Assessment Global Report pada 2009. Dimana, Indonesia menempati urutan pertama dari 76 negara bahaya tsunami, peringkat pertama bahaya longsor di antara 162 negara, peringkat ketiga untuk ancaman gempa bumi dari 153 negara, dan keenam untuk banjir dari 162 negara.

Khusus mengenai tsunami, Wignyo menerangkan tentang teori-teori mengapa tsunami bisa muncul. Faktor penyebabnya antara lain; gempa bumi  yang berpusat di dasar atau dekat dengan laut, tanah longsor di dalam laut, dan letusan gunung api di bawah laut atau gunung api di pulau. Selain itu, ada faktor lain yang menjadi pemicu munculnya tsunami. Di antaranya bom nuklir dan kegagalan percobaan teknologi.

Tanah longsor pernah menghasilkan tsunami dengan tinggi gelombang 350-500 meter. Peristiwa tersebut menimpa Alaska pada tahun 1958, ketika 81 Juta ton bebatuan dan es jatuh ke Teluk Lituya. Sementara itu, fenomena tsunami di Pantai Anyer tergolong gejolak alam yang unik. Sebab, tidak terdapat tanda-tanda akan munculnya bencana, seperti air laut yang tiba-tiba surut dan guncangan gempa. Oleh para ahli, kejadian itu disebut sebagai Silent Tsunami.

“Dari peristiwa di Anyer kita harus banyak belajar, pertanda tsunami yang selama ini diyakini masyarakat harus diperkaya lagi,” kata peraih gelar Ph.D dari Ritsumeikan University, Jepang bidang Community-Based Disaster Management itu.

Wignyo menambahkan, selain di Anyer, kejadian serupa pernah menimpa perairan Hilo Hawai, Jepang, serta beberapa negara sekitarnya. Gempa di laut dalam sebesar 9,5 SR tidak dirasakan di daratan. Sehingga, masyarakat  tidak melakukan evakuasi sebagaimana mestinya. Alhasil, tsunami menyebabkan 61 orang korban jiwa di Hawai, sementara di Jepang sebanyak 138 orang meninggal.

Bagi masyarakat yang hidup dan menetap di lintasan rawan bencana, kewaspadaan merupakan faktor kunci. Salah satunya, dengan mengantongi wawasan seputar bencana. Sebab, untuk menghadapi bencana, pengetahuan merupakan bekal awal yang penting.

Buku Manajemen Bencana, Pengantar dan Isu-isu Strategis, karya tulis Wignyo Adiyoso. (Foto: DUM)

Di Indonesia, sudah banyak sumber referensi yang membahas kebencanaan. Demikian pula  dokumen, kasus-kasus kebencanaan, statistik, konsep, kebijakan, dan laporan hasil kegiatan kebencanaan. Namun, menurut Wignyo, masih sedikit buku yang mengulas manajemen kebencanaan secara komprehensif dan berkaitan dengan isu-isu strategis kebencanaan. Alasan itulah yang mendorong Wignyo menulis buku Manajemen Bencana, Pengantar & Isu-isu Strategis.

Buku yang diterbitkan oleh Bumi Aksara itu mengupas bencana dari berbagai macam sisi. Mulai dari pengetahuan umum soal bencana, langkah mitigasi, hingga perkembangan aksi Pengurangan Risiko Bencana (PRB): dijabarkan secara terperinci. Buku berjumlah 394 halaman menguraikan pula segi pendidikan, riset dan teknologi terkait kebencanaan, jenis dan karakteristik ancaman, hingga data risk analysis dan risk assessment. Faktor spiritual masyarakat berupa ajaran agama, cultural heritage, serta kebijakan nasional manajemen bencana turut diuraikan. Resmi dirilis tahun 2018, kini buku tersebut sudah bisa dijumpai di toko-toko buku dan dapat dipesan via online.

“Pada buku Manajemen Bencana Alam, saya menuliskan tentang cara mitigasi bencana tsunami. Termasuk, bagaimana masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir harus mulai membangun Tsunami Culture,” ujar pria kelahiran Nganjuk, Jawa Timur.

Wignyo berharap, karya tulisnya tersebut dapat menjadi referensi dan bahan pemantik diskusi bagi aparat pemerintah, akademisi, peneliti, lembaga masyarakat, mahasiswa, sukarelawan, dan masyarakat terdampak bencana. “Semoga dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan tata kelola kebencanaan di Indonesia, yang pada akhirnya dapat mengurangi risiko bencana bagi masyarakat,” kata pria yang juga anggota Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) itu. (Kholisul Fatikhin)

Tags: #EDUKASI#headlineBencana
Previous Post

Atlet Sepak Bola Wanita Kediri Berlaga di Kancah Dunia

Next Post

Sumber Penganten, Dulu Angker Kini Jadi Tempat Wisata

Next Post
Sumber Penganten, Dulu Angker Kini Jadi Tempat Wisata

Sumber Penganten, Dulu Angker Kini Jadi Tempat Wisata

Masjid Al Khalid, Ikon Baru di Kota Kediri

Masjid Al Khalid, Ikon Baru di Kota Kediri

JELAJAHI

  • BISNIS (108)
  • DESTINASI (107)
  • EDUKASI (91)
  • KOMUNITAS (204)
  • KULTUR (217)
  • PEOPLE (239)
  • SURYAPEDIA (85)
  • Uncategorized (7)
  • Video (2)
Kediripedia.com

© 2022 PT. KEDIRIPEDIA MEDIA UTAMA

KERJASAMA

  • Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber

SOSIAL MEDIA

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • HEADLINES
  • BISNIS
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA

© 2022 PT. KEDIRIPEDIA MEDIA UTAMA