Orang-orang yang bergelut dalam Komunitas Macapat se-Eks Karsidenan Kediri memiliki cara tersendiri untuk memperingati haul Presiden pertama Indonesia, Soekarno, pada Rabu, 21 Juni 2017. Melalui tembang Macapat, mereka mengisahkan setiap jengkal perjalanan hidup Soekarno.
Mereka datang dari berbagai daerah, berduyun-duyun memenuhi Ndalem Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, rumah tempat salah satu Proklamator kemerdekaan Indonesia melewati sebagian masa kecilnya. Tak lama kemudian, senandung Macapat terdengar nyaring memenuhi seisi ruangan.
Fase perjalanan hidup Soekarno, sebagaimana yang sudah tercantum dalam sejarah, dikonversi menjadi lirik-lirik berbahasa Jawa. Masa di mana Soekarno lahir, tumbuh dewasa, hingga meninggal dunia dilantunkan secara rapi dan detail menurut langgam pakem bertahap dalam Macapat.
“Peserta yang ikut dalam acara ini di antaranya grup Macapat dari Kediri, Blitar, dan Tulungagung,” kata Bukhori salah seorang anggota Komunitas Macapat Panji Saputro Kediri.
Bukhori menambahkan, sebenarnya berbagai grup Macapat ini rutin berkumpul di Ndalem pojok tiap sebulan sekali, tepatnya pada malam Kamis Pon. Namun, secara khusus agenda ini dilakukan untuk mengenang dan meneladani perjuangan Soekarno pada kemerdekaan Indonesia.
![](https://kediripedia.com/wp-content/uploads/2017/06/soekarno3.jpg)
Terlihat seluruh peserta menyimak dengan seksama lirik-lirik yang dibawakan secara bergantian tersebut. Benda-benda peninggalan Soekarno dan Soemosewojo, ayah angkat Soekarno, yang terpajang hampir di seluruh sudut ruangan, turut menambah aura kesakralan peringatan meninggalnya sosok Proklamator yang ke empat puluh tujuh.
“Saya mengapresiasi para aktivis Macapat yang masih punya semangat tinggi dalam rangka menjaga kelestarian budaya asli Indonesia ini,” ujar salah seorang peserta, Darsimi.
Lebih lanjut Darsimi berharap, lewat tembang Macapat tentang Soekarno itu, rasa kebangsaan dalam sanubari dapat tumbuh. Sekaligus bisa mengilustrasikan bagaimana jatuh-bangunnya masa-masa perjuangan Soekarno.
Netizen: Faqihuddin Amani
Editor: Kholisul Fatikhin