CARYANI, anak nelayan asal Indramayu ini tak menyangka jika mimpinya keliling dunia bisa terwujud. Melalui kapal pesiar tempatnya bekerja, dia mengunjungi lebih dari 20 negara dan 5 benua di dunia.
Kehidupan pemuda 27 tahun itu memang tak bisa dilepaskan dari laut dan petualangan. Yani menempuh studi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Indramayu Jurusan Nautika atau ilmu tentang pengoperasian kapal laut. Lulus pada tahun 2014, ia bekerja di kapal asing penangkap ikan asal Cina.
Saat menangkap ikan di tengah lautan, Yani melihat kapal pesiar tak jauh dari tempatnya bekerja. Dalam benaknya terbersit keinginan, suatu hari nanti dia bisa berkeliling dunia tanpa harus mengeluarkan biaya.
“Saya ingin sekali ikut berkeliling dunia tanpa harus membayar, tapi justru dibayar,” kata Yani ketika diwawancarai Kediripedia melalui video call pada Selasa, 12 April 2022.
Kesempatan pemuda asal Desa Brondong, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, berkeliling dunia datang 4 tahun kemudian, tepatnya pada 2019. Usai mengasah skill Bahasa Inggris dan Ilmu Perhotelan di Kampung Inggris Pare, Kediri, dia melamar ke Kapal Pesiar Costa dari Itali.
Dari ratusan orang yang mendaftar hanya 50 orang yang diterima, salah satunya Yani. Dia bekerja sebagai housekeeping atau petugas kebersihan di kapal pesiar yang memiliki kapasitas 3600 tamu dan 1200 awak kapal. Di awal petualangannya berkeliling dunia, Yani berkunjung ke Cina dan Jepang.
Pandemi covid-19 yang menerpa dunia pada awal 2020 membuat aktivitas kapal pesiar terhenti hingga 5 bulan. Keadaan di tahun berikutnya juga tidak lebih baik.
“Nyaris 9 bulan lamanya kapal sepi penumpang,” ujarnya.
Pada September 2021, Yani mengundurkan diri dari kapal Costa. Dia pindah bekerja di maskapai asal Norwegia, Viking Star. Kapal berkapasitas 1300 penumpang dijadwalkan mulai bergerak bulan Desember hingga Mei 2022. Perbulan, gaji yang diterima Yani bekerja di kapal tersebut sebanyak 800 dolar atau sekitar 11 juta rupiah.
Lewat kapal Viking Star inilah, Yani semakin jauh menjelajahi berbagai negara di dunia. Bersama 400 awak kapal dan 900 wisatawan asal Amerika, dia berangkat dari California menuju Inggris, melewati 17 Negara dan 114 destinasi. Rute yang dilalui mulai dari dataran Amerika, Meksiko, Kostarika, Panama, Chile, Argentina, Uruguay, dan Kepulauan Fiji. Bahkan melintasi benua Eropa yakni Portugal, Spanyol, Italia hingga ke kawasan Afrika seperti Mesir, Arab, Yordan, Israel, dan Turki.
Setiap singgah ke daratan, dia memanfaatkan kesempatan itu untuk berjalan-jalan. Menurutnya, tempat yang paling berkesan adalah ketika ia mengantar 2 wisatawan Amerika ke Venesia, Itali pada 17 Maret 2022. Di daerah yang dijuluki floating city itu, ia amat menikmati suasana dan keindahan Venesia yang mendapat predikat kota terbersih di dunia.
“Tidak ada kendaraan bermotor yang lalu lalang di sepanjang jalan di Venesia,” kata Yani.
Penduduk, petugas keamanan, dan pelancong, semuanya berjalan kaki. Jika hendak berpindah dari satu tempat ke tempat lain, harus menggunakan tranportasi sungai. Sehingga, banyak sekali jenis kapal yang beroperasi di Venesia. Mulai dari kapal feri, bus air, taksi air, kapal polisi, speedboat, hingga gondola untuk aktivitas wisata. Jika ingin naik gondola untuk berkeliling, wisatawan disediakan halte-halte di titik tertentu sebagai tempat naik turunnya penumpang.
Ketika berkeliling di kota seluas 412 KM persegi itu, Yani naik gondola bersama dua wisatawan asal Kanada. Gondola berukuran 10 meter itu dapat dinaiki 4 hingga 6 orang. Ongkos naik gondola dihitung dari durasi berkeliling. Setiap 10 menit ditarik biaya 3 euro atau sekitar 50 ribu rupiah untuk 1 orang.
Dengan kendaraan apung itu mereka menelusuri ruas-ruas sungai dan melewati ratusan jembatan. Venesia, kota waterfront di atas laguna ini memang ikonik. Rumah, cafe, hotel, dan museum berdiri di atas pulau-pulau kecil yang dihubungkan oleh lebih dari 400 jembatan.
“Sistem lalu lintas di sungai hampir sama dengan di darat. Terdapat polisi yang mengatur lalu lintas air, rambu-rambu, serta batas kecepatan kendaraan,” ujarnya.
Selain wisata sungai, wisatawan juga bisa mengunjungi Museum Leonardo Da Vinci. Di tempat bernama Gallerie dell’Accademia itu wisatawan bisa melihat karya maestro Leonardo Da Vinci, salah satunya tentang studi geometrik proporsi tubuh manusia.
Yani juga mendatangi Piazza san Marco, alun-alun Kota Venezia yang mempunyai julukan La Serenissima atau kawasan tentram. Di kawasan San Marco terdapat bangunan tua berarsitektur era Romawi. Di antaranya Palazzo Ducale, Clock Tower, Bell Tower, serta Torre dell Orologio atau menara jam raksasa yang dibangun pada tahun 1498.
Tempat dengan arsitektur unik lainnya yaitu Scuola Grande di San Rocco. Bangunan itu dikenal dengan koleksi lukisan terbaik karya Tintoretto, pelukis besar terakhir dari zaman Renaissance Itali.
“Selain destinasi itu, hal yang tak kalah menarik adalah imbauan ketika wisatawan sedang makan,” kata Yani.
Ketika duduk dan menyantap hidangan di restoran outdoor di Venesia, pengunjung harus hati-hati pada burung camar laut. Hewan itu akan menghampiri dan menyambar makanan para wisatawan.
Saat ini, Yani sedang berada di Pelabuhan Haifa di Israel. Dalam waktu dekat dia akan berkunjung ke Turki dan sejumlah negara di Timur Tengah. Berbulan-bulan jauh dari keluarga, rasa rindu pada keluarga dan tanah kelahiran tak dapat dihindari. Akan tetapi, Yani masih amat antusias menjelajahi berbagai kawasan menarik di penjuru dunia. Hal itu akan menjadi pengalaman berharga yang tak terlupakan. (Ahmad Eko Hadi)
Discussion about this post