Pamor jamu kian meredup di kalangan muda zaman sekarang. Sebagaimana anggapan anak-anak dan remaja, obat herbal sarat khasiat ini hanya cocok dikonsumsi oleh kaum tua atau orang yang sedang sakit saja. Setidaknya begitu yang dirasakan oleh empat mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Kampus III Kediri. Antara lain, Nur Muhamad Afnan Sugianto, Wigit Khoirino, Dzaky Diaulhaq dan Rizki Nurmalasari.
Didukung oleh dosennya, mereka mengolah keresahan tersebut hingga terlecut gagasan kreatif. Terciptalah inovasi produk es krim berbahan dasar dari ramuan jamu. Gubahan unik itu diberi nama “Jaim”, akronim dari Jamu Ice Cream.
“Sebenarnya, motivasi awal mengkesekusi ide itu karena bakal diikutkan lomba inovasi ilmiah antar kampus se-Indonesia,” kenang Afnan, salah satu penggagas, pada Jumat, 28 Juli 2014. Mereka menyasar Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemristekdikti), sebagai bagian ikhtiar menggalang dana untuk kebutuhan produksi “Jaim”.
Semangat berkarya empat sekawan itu tambah menggebu setelah proposal ke Kemenristekdikti dikabulkan. Saat ini mereka masih menunggu hasil penilaian, sekaligus mengharap jerih payahnya lolos serta dalam agenda Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS).
Afnan dan kawan-kawan enggan menanti pengumuman PIMNAS hanya dengan bertopang dagu. Kreasi yang mengandalkan ramuan dari tradisi masyarakat Nusantara sejak berabad-abad silam itu, mereka coba pasarkan ke masyarakat lebih luas.
“Ada empat varian es krim yang kami tawarkan. Rasa Beras Kencur, Kunyit Asam, Beluntas dan Campur yang kita juluki ‘Jammix’. Harga kami bandrol mulai dua sampai empat ribu Rupiah,” jelas Wigit, mewakili tiga kawan lainnya. Dalam waktu singkat, “Jaim” menjelma jadi jembatan bisnis yang strategis.
Menurut catatan dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia tahun 2014, warisan budaya bangsa Indonesia yang patut dilestarikan ini, mempunyai peluang besar dengan adanya kekayaan keanekaragaman hayati di bumi Nusantara. Industri jamu telah masuk ke dalam 10 produk prospektif yang perlu dikembangkan, karena memiliki pasar menjanjikan di tingkat lokal maupun global.
Afnan menuturkan, selain rutin berpromosi penganan dingin tersebut di media sosial, mereka rajin memasarkan di bilangan Taman Sekartaji Kediri. Tak segan pula menggelar lapak saban Minggu di Car Free Day, di jalan Dhoho, Kota Kediri. “Alhamdulillah, siapa sangka malah laku keras,” katanya. Tiap kali melapak, rata-rata seratus cup es krim ludes terbeli konsumen.
Keempat muda-mudi cemerlang itu sepakat, segera mengembangkan bidang usahanya dalam waktu dekat. “Bangga sekali menyaksikan jamu buatan kami diterima banyak orang, terutama anak-anak dan kawula muda masa kini,” pungkas Afnan dengan gembira. (Naim Ali)