BAGI umat Islam, salah satu syarat penting ibadah salat yaitu menghadap kiblat. Posisi salat harus tepat mengarah ke Kakbah yang terletak di Masjidil Haram, Kota Mekah, Arab Saudi. Sehingga, arah masjid maupun surau di Indonesia tak bisa sekadar menghadap ke barat. Jika melenceng sedikit saja, maka akan bergeser ratusan kilometer.
“Arah kiblat harus ditentukan secara akurat, salah satunya menggunakan ilmu falak,” kata Kiai Ahmad Sholeh, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyyah Bandar Kidul, Kota Kediri, Rabu, 9 November 2022.
Di usianya yang kini menginjak 65 tahun, ulama yang akrab disapa Gus Sholeh ini sudah ratusan kali menentukan arah kiblat masjid dan musala. Baik itu yang baru didirikan, maupun pembenaran arah kiblat masjid lama. Tempat ibadah yang pernah ditangani kebanyakan berada di Kediri bagian barat Sungai Brantas, serta beberapa kali di Nganjuk.
Keahlian ini sudah dilakukan sejak tahun 1978. Ilmu falak dipelajarinya ketika menjadi santri di Pondok Pesantren Lirboyo pada 1971 hingga 1977. Selain itu, wawasan astronomi juga didapat dari Kiai Abu Bakar Pondok Petuk Semen dan Kiai Nawawi di Ponpes Jamsaren Kota Kediri.
Menurutnya, falak bisa juga disebut astronomi. Kata falak berasal dari bahasa Arab yang bermakna orbit. Seperti namanya, ilmu ini mempelajari orbit bumi, bulan, dan matahari. Dari peredaran benda langit itulah kemudian waktu ibadah dan perayaan hari besar Islam bisa ditentukan. Misalnya, salat wajib, penanggalan hijriah, hingga mengukur arah kiblat.
“Dalam metode ilmu falak, penentuan kiblat tidak menggunakan kompas maupun perangkat digital seperti GPS,” ujar Gus Sholeh.
Dia menjelaskan jika kompas dan GPS kurang begitu akurat. Lokasi yang ditunjukkan alat tersebut sering bergeser dari posisi aslinya karena pengaruh gravitasi bumi yang tidak stabil.
Pada penerapan ilmu falak, arah kiblat ditentukan dengan memanfaatkan bayangan matahari. Dia merancang alat pengukur khusus dari bahan kayu, bentuknya mirip kaki tripod kamera.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menghitung titik kulminasi atau jam berapa posisi matahari tepat berada di atas Kabah. Pada momen ini, tiap daerah di Indonesia memiliki waktu yang berbeda-beda. Di kawasan Kediri, titik kulminasi di Kakbah biasanya terjadi antara jam 9 hingga 10 pagi.
Menentukan arah kiblat dengan metode ini memerlukan keahlian menghitung garis bujur dan lintang secara manual. Selain perlu menguasai koordinat geografis, harus dibarengi dengan ketelitian. Sebab, salah sedikit saja, hasil hitungan bisa meleset.
“Ilmu falak sangat penting dalam Islam, tapi sayang tak banyak orang bisa menguasainya,” kata kakak dari Gus Ab, Ketua PCNU Kota Kediri itu.
Hingga kini, Gus Sholeh masih aktif diajak menentukan kiblat masjid atau musala baru di berbagai tempat. Sepanjang ada kesempatan, dia dengan senang hati datang membantu masyarakat yang hendak mendirikan masjid.
“Kalau ada yang menentukan arah kiblat, saya kira Gus Sholeh jawabannya,” kata M. Khosim, tokoh masyarakat Kelurahan Bandar Kidul, yang pernah meminta pertolongan Gus Sholeh saat menentukan arah kiblat Masjid Al-Mujahidin, Perumahan Griya Indah Permata Sari Bandar Kidul. (Yani Febriyanti, Mahasiswa Program Studi Sosiologi Agama IAIN Kediri, sedang magang di Kediripedia.com)
Discussion about this post