HINGGA tahun 1980an, jilbab—busana yang menutupi seluruh tubuh kecuali tangan dan muka—belum begitu populer. Namun siapa sangka, 40 tahun kemudian hijab menjadi primadona dunia fashion. Gelombang desain terbaru kini terus bermunculan, mengiringi perkembangan mode pakaian masyarakat modern.
Tren wanita mengenakan jilbab di Indonesia tumbuh pesat sejak dua dekade terakhir. Fenomena itu dibarengi dengan ragam hijab yang kini semakin variatif. Mulai dari jilbab jeblosan atau langsung pakai, pasmina, paris, hingga tipe maroko. Beragam jenis jilbab dapat disesuaikan dengan selera, gaya, dan kenyamanan masing-masing. Ada perempuan yang memilih ala kadarnya dengan bahan tipis sehingga masih kelihatan rambut, ada yang bercadar hingga menutupi seluruh tubuh.
“Memakai hijab kini bukan hanya untuk menutup aurat, tapi juga bagian dari lifestyle,” Badriyatul Husna, mahasiswi Sosiologi Agama IAIN Kediri, Senin, 29 November 2021.
Dia mengaku selalu mengikuti perkembangan tren hijab. Dari awalnya mengenakan jilbab jenis rabbani, sekarang Zuhro lebih sering menggunakan pasmina plisket karena sedang hits.
Dari sudut pandang agama Islam, hijab adalah pakaian yang wajib dikenakan seluruh perempuan muslim. Akan tetapi, kecendrungan berjilbab ternyata bukan hanya digandrungi wanita beragama Islam. Salah satunya, Yesie Shanta Charera. Wanita non-muslim asal Kabupaten Mojokerto ini bukan hanya menggemari, tapi juga selalu mengikuti tren mode jilbab. Yesie mulai tertarik memakai kerudung saat berusia 13 tahun. Waktu itu dia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.
“Saya mengenakan jilbab karena Bunda Maria juga berkerudung,” ujar Yesie.
Meskipun bukan wanita muslim, itu menjadi alasan kuat Yesie sehari-hari memakai jilbab. Menurutnya, keuntungan lain dari menggunakan hijab yaitu bisa berbaur dengan teman-temannya yang mayoritas wanita muslim.
Meski kini jilbab tengah populer, namun masih ada sebagian orang yang hingga kini memutuskan tidak berjilbab. Misalnya, Vegananda Putri Lionita. Perempuan asal Kabupaten Mojokerto itu hingga saat ini masih belum tertarik dan lebih nyaman jika tidak mengenakan jilbab. Menurutnya, menggunakan hijab merupakan hidayah, jadi bukan hanya sekadar untuk bergaya saja.
“Tujuan dari berhijab seharusnya memang bukan untuk menunjang penampilan saja, tapi karena itu merupakan suatu kewajiban,” kata Trimurti Ningtyas, staf pengajar Program Studi Sosiologi Islam di IAIN Kediri.
Menurutnya, ketika jilbab dipandang dari segi mode busana, itu semua tergantung cara memaknainya. Apabila ditujukan sesuai kebutuhan, maka berjilbab bisa jadi strategi dakwah bahwa menutup aurat tidak berarti mengurangi unsur kecantikan perempuan. Terlepas dari fungsi dasarnya yang merupakan perintah agama, jilbab bisa menjadi potret jika masyarakat selalu bergerak menuju perubahan. Pola perilaku yang dinamis selalu berpengaruh pada lahirnya gagasan, keputusan, dan inovasi. Seperti halnya jilbab. Dulu pernah dilarang, kini justru melekat dengan keseharian, bahkan mendominasi dunia fashion. (Ida Fauziah, Mahasiswi Program Studi Sosiologi Agama IAIN Kediri, sedang magang di Kediripedia.com)
Discussion about this post