Kegairahan dunia teater di Kediri, Jawa Timur yang kian hari makin surut, mulai menggeliat kembali. Teater Adab Universitas Nusantara PGRI (UNP) Kediri, menggelar pentas tunggal dengan lakon Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi. Naskah itu disadur dari cerpen (cerita pendek) karya Seno Gumira Ajidarma dan disutradarai oleh Linda, anggota Teater Adab.
“Saya menyadur cerpen itu menjadi sebuah naskah pertunjukan seni teater,” kata Linda, Sabtu 2 Desember 2017, usai pementasan di kampus UNP.
Lebih dari dua ratus penonton memenuhi salah satu gedung di kampus II UNP yang dijadikan panggung pementasan. Mereka kebanyakan muda-mudi yang masih berstatus pelajar dan mahasiswa. Tapi ada juga pengunjung dari kalangan umum dan sudah berkeluarga.
Berdurasi kurang lebih satu setengah jam, pementasan itu berlangsung lancar dan disajikan dengan apik. Para tokoh bermain dengan penjiwaan penuh. Komposisi artistik dan setting panggung menyatu menjadi kesatuan repertoar yang kuat.
Acara yang dijadwalkan mulai pada pukul 19.00 sempat diundur setengah jam karena penonton masih sepi. Tapi begitu pembawa acara naik ke panggung, penonton terus berdatangan dan merangsek maju ke dekat panggung.
Acara pentas teater tidak terlalu sering ditampilkan di kampus-kampus di wilayah Kediri. Pementasan hanya sekali ditampilkan, biasanya pada saat dies natalis teater mereka. Kalau pun pentas dua kali dalam setahun, biasanya dilakukan pada dies natalis dan pentas studi.
Saat ini, di Kediri ada beberapa teater kampus yang masih hidup dan beraktifitas di kampus mereka masing-masing. Di antaranya, Teater Goesti Institut Agama Islam Tribakti, Teater Kanda STAIN, Teater ADAB UNP, dan Teater Fongor Universitas Islam Kadiri (Uniska). Teater Fongor sempat dibubarkan oleh penguasa kampus Uniska, tapi enam bulan lalu dihidupkan lagi.
Pementasan lakon Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, diharapkan menjadi tonggak bangkitnya kembali iklim berteater. Bukan hanya di kampus, tapi juga di tengah masyarakat.
“Pementasan yang disadur dari karya Seno Gumira Ajidarma ini termasuk sukses karena mampu menarik minat publik bersedia hadir untuk menikmati sebuah karya seni pertunjukan teater,” kata Andhika Samoela, pegiat teater Kediri.
Menurut alumnus STAIN Kediri yang pernah berkecimpung di Teater Kanda itu, masyarakat masih menganggap teater sebagai dunia lain yang sulit dipahami. Jadi ketika banyak penonton dari kalangan masyarakat datang, setidaknya bisa menjadi indikator bahwa dunia teater kampus tidak mati.
“Semoga setelah pementasan di UNP ini, segera ada pagelaran teater di kampus-kampus lain di Kediri dan sekitarnya,” kata Andhika.
Netizen: Supri (Aktivis Komunitas Sastra Pare)
Editor : dum