BAJINGAN adalah sebutan bagi pengemudi cikar, kendaraan berupa gerobak kayu yang ditarik oleh sapi. Konon, para bajingan ini dianggap menyebalkan. Selain karena jalannya lambat, jam lewat cikar juga tidak pasti. Alhasil, warga desa yang hendak nebeng ke kota untuk berdagang merasa kesal dan mengumpat. Makna bajingan lalu bergeser menjadi makian, bahkan kata sematan bagi pencuri, pencopet, dan preman.
Hingga kini, masyarakat masih mengenal bajingan sebagai kata-kata kotor, bukan sebuah profesi. Hal itu salah satunya tampak pada acara Hari Jadi Kediri ke-1218 pada Jumat 25 Maret 2022. Sebanyak 26 cikar mengiringi kirab Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramono dari Patung Totok Kerot menuju Monumen Simpang Lima Gumul. Ketika warga menyaksikan para kusir cikar beraksi, banyak yang bertanya arti dari bajingan.
“Ternyata banyak orang belum tahu makna asli bajingan, padahal dahulu pekerjaan ini amat penting,” kata Pradeka Ipung Hariyanto, Ketua Paguyuban Bajingan Kediri, Jumat 3 Mei 2022.
Dia menjelaskan, di masa belum muncul kendaraan bermotor, para bajingan inilah yang membantu para petani mengangkut hasil panen ke pasar. Profesi ini adalah warisan kearifan lokal yang sudah eksis sejak era kekuasaan Mataram Islam abad ke-16.
Pria kelahiran Tulungrejo Pare itu mendirikan komunitas bajingan di Kediri pada tahun 2020. Tujuannya agar kendaraan tradisional ini tetap lestari. Dari sekitar 40 anggota yang aktif, rata-rata bekerja sebagai peternak sapi di desa di Kediri. Di antaranya Gurah, Pagu, Plosoklaten, Kandat, dan Ngancar. Deka berencana terus mengajak para peternak di kawasan sentra peternakan lainnya untuk bergabung di komunitas.
“Beberapa minggu sekali kita kumpul dan jalan-jalan naik cikar keliling desa,” ucapnya.
Deka menambahkan, tak sembarang sapi bisa dimanfaatkan untuk penarik cikar. Sapi minimal harus berumur 2 tahun dan berasal dari ras brahman, ongole, dan pegon. Jenis sapi tersebut memiliki otot kuat, bisa menarik beban berupa hasil panen dan pasir hingga 5-7 ton.
Tidak hanya sekadar hobi, para bajingan ini juga rutin berdiskusi terkait pengelolaan kandang, perawatan hewan, dan pemanfaatan lainnya. Peternak sapi tidak bisa dipandang sebagai profesi kelas bawah di masyarakat. Banyak keuntungan yang dapat diraih dari memelihara sapi, karena seluruh bagian sapi bisa dijual.
Menurutnya, saat ini gerobak sapi bukan lagi menjadi alat utama mengangkut barang dan hasil panen. Namun, keberadaan para bajingan ini dapat menunjang sektor pariwisata bertema pedesaan yang akhir-akhir ini marak di Kabupaten Kediri.
Jadi, wisatawan tidak hanya berkunjung, tapi menikmati suasana desa sambil naik cikar. Selain itu, Deka juga berencana membuat tempat rekreasi edukatif, sehingga anak millenial bisa lebih mengenal dan tertarik terjun di dunia peternakan. (Ahmad Eko Hadi)
Discussion about this post