BERDIRI di atas tanah di kawasan Jalan Semampir I, Kelurahan Semampir, Kota Kediri, Jawa Timur, tempat ibadah umat muslim ini terlihat unik. Dengan perpaduan antara arsitektur Jawa dan modern, keberadaanya memperkaya pemandangan dan suasana lingkungan pemukiman di sekitarnya. Masjid itu melengkapi urat nadi spiritual menuju alam keabadian, sesuai namanya: Al Khalid, yang artinya abadi atau kekal.
Di halamannya didirikan sebuah tower. Bentuknya mirip Big Ben, menara penunjuk waktu di London, Inggris. Seluruh bagian bangunan setinggi 20 meter itu dihiasi kaligrafi kufi, seni menulis indah dari Kufah, sebuah daerah di negara Irak. Kufi merupakan kaligrafi tertua dalam sejarah peradaban Islam.
“Kaligrafinya akan terlihat menarik dan eksotik pada malam hari karena sorot cahaya dari rangkaian lampu LED membuat konfigurasi kaligrafi tampak hidup,” kata Yono Heryadi, pendiri 2SISIARCHITECT yang menangani pengerjaan Masjid Al-Khalid, Jumat 11 Januari 2019.
Dari sisi interior, nuansa tradisional mendominasi hampir seluruh ruangan masjid. Dindingnya dibuat dari susunan batu bata merah yang direkatkan tanpa menggunakan semen dan tidak dikuliti atau diplester. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan keindahan struktur batu bata merah. Tepat di atas bata merah, berdiri susunan kayu jati yang ditata berderet. Sementara bebatuan andesit digunakan sebagai ornamen untuk mempercantik anak tangga, tempat wudu, dan dinding masjid bagian luar.
“Unsur dari alam seperti batu bata, batu andesit, dan kayu, kita padukan dengan bahan buatan pabrik seperti baja dan alumunium,” kata lelaki yang akrab disapa Bang Yon.
Tak seperti masjid pada umumnya, Masjid Al-Khalid tidak memiliki kubah. Identitas itu diganti dengan atap gunungan seperti rumah joglo. Namun, empat tiang penyangga atau tiang soko yang biasanya ada pada rumah khas Jawa, sengaja dihilangkan. Tujuannya agar tidak mengganggu pandangan antara imam dan jamaah saat shalat berjamaah.
Menempati lahan seluas sekitar satu hektar, masjid dirancang dengan konstruksi bangunan tropis. Komposisi bangunan menyisakan banyak ruang terbuka untuk memperlancar sirkulasi udara. Penataan pintu, jendela, dan lubang ventilasi juga sangat diperhitungkan. Selain itu, ada pula kolam ikan yang mengitari ruangan utama masjid.
“Meskipun cuaca cenderung panas, di dalam masjid tetap terasa sejuk,” kata Sarjana Arsitektur Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang itu.
Sambil berbincang di dekat kolam masjid, Bang Yon bercerita tentang ihwal niat awal didirikannya Masjid Al-Khalid. Menurut dia, masjid ini dibiayai secara pribadi oleh seseorang yang tidak bersedia disebut namanya. “Saat remaja, orang yang membiayai seluruh pembangunan masjid pernah mengucap nazar, jika kelak mempunyai penghasilan berlebih akan disisihkan untuk membangun masjid,” kisah Bang Yon.
Kemudian, Bang Yon selaku pendiri 2SISIARCHITECT berdiskusi secara komprehensif dengan sang pemilik. Hasil dari obrolan itu, tercetuslah beberapa gagasan penting. Mulai dari konsep rancang bangun perpaduan tradisional dan modern, hingga berbagai rencana jangka panjang. Selain itu juga harapan agar masjid ini menjadi landmark baru di bidang religi di Kota Kediri yang bermanfaat bagi masyarakat. Tetapi, si pemilik tidak ingin identitasnya diketahui publik.
“Kita harus menghormati keinginan beliau yang tak ingin dikenal sebagai orang yang membiayai Masjid Al-Khalid. Yang pasti, beliau putra asli Kelurahan Semampir,” kata Bang Yon.
Niatan baik tersebut akhirnya tercapai. Pada bulan Januari tahun 2018, masjid mulai digarap. Tepat setahun kemudian, pada Januari 2019 pengerjaan setiap bagian bangunan selesai. Rencananya, Masjid Al-Khalid akan diresmikan pada hari Jumat, 25 Januari 2019. Acara peresmian itu akan dimeriahkan oleh siraman rohani yang dibawakan KH Anwar Zahid dari Bojonegoro.
Dikonsep dengan gaya kekinian dan instagramable; dari sisi manajemen masjid akan dikelola secara modern. Menurut Bang Yon, sang pemilik berharap dana operasional masjid bisa dikelola secara mandiri. Dalam waktu dekat akan dibentuk organisasi semacam badan usaha. Sejauh ini sudah banyak pihak yang secara sukarela dan bersedia untuk menjadi takmir Masjid Al-Khalid.
Bukan hanya masjid, kini pembangunan terus berlanjut pada infrastruktur penunjang. Di sekitar lingkungan Masjid Al-Khalid akan didirikan beberapa fasilitas untuk masyarakat berupa TPQ, pusat studi Islam, tempat singgah, dan asrama yatim piatu. (Kholisul Fatikhin)