SETIAP malam Jumat, komplek Makam Setono Gedong di Kota Kediri selalu dipadati para peziarah. Mereka tidak hanya berasal dari Kediri, tapi berbagai daerah di Jawa hingga luar Jawa. Ratusan peziarah itu datang silih berganti, bahkan sampai menjelang dini hari. Mereka beramai-ramai membaca doa serta duduk tafakur di depan makam Syekh al-Wasil Syamsudin atau Mbah Wasil, tokoh penyebar ajaran Islam dari abad 11 Masehi.
“Menurut cerita masyarakat Syekh al-Wasil Syamsudin diberi gelar Pangeran Mekah, konon beliau juga guru spiritual Raja Jayabaya,” kata Yusuf Wibisono, Juru Kunci sekaligus Petugas Makam Mbah Wasil, Rabu, 2 November 2022.
Sayangnya, sumber yang menerangkan riwayat ketokohan Mbah Wasil hingga kini masih minim. Warga Kediri lebih banyak mengetahui kisah hidup ulama yang berdakwah sebelum era Walisongo itu dari cerita tutur. Meski begitu, bukan berarti Mbah Wasil hanya sebatas legenda. Ada sumber otentik yang meneguhkan sosoknya sebagai ulama perintis dakwah ajaran Islam di kawasan Kediri.
Bukti arkeologis keberadaan Mbah Wasil dapat dilihat melalui prasasti yang terletak di balik gapura makam. Di antara ornamen bermotif sulur dan medalion, terdapat lempengan batu dengan tulisan berbahasa Arab. Jika diterjemahkan, bunyi kalimatnya yaitu “Ini makam imam yang sempurna, seorang alim mulia yang saleh, yang menghafal Kitab Allah Maha Tinggi, yang menyempurnakan syariat Nabi”.
Dari prasasti ini pula kata “Wasil” yang berarti saleh disematkan, hingga masyarakat mengenal pusara ini sebagai makam Mbah Wasil. Prasasti ini juga menerangkan asal-usul Mbah Wasil yang berasal dari al-Abarkuhi atau Abarkuh, kota kecil di Persia yang kini disebut Iran. Di bagian akhir inkripsi sebenarnya terdapat tahun yang bisa menjelaskan tahun wafatnya Mbah Wasil, namun sayang tulisan itu rusak.
“Mbah Wasil datang ke Kediri karena para utusan terdahulu dari Persia banyak yang terbunuh karena ganasnya orang Jawa, sehingga perlu melakukan lobi ke Prabu Jayabaya,” ujar Imam Mubarok, Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayan Kabupaten Kediri, Rabu 2 November 2022.
Pria yang akrab disapa Gus Barok itu mengutip penelitian dari Prof. Habib Mustopo, guru besar sejarah Universitas Negeri Malang. Sosok Mbah Wasil diyakini sebagai tokoh Islam yang disebutkan di kitab Musarrar. Kitab itu kemudian dikenal sebagai Serat Jangka Jayabaya. Di dalamnya terdapat penggalan sajak yang menyebutkan bahwa adanya kedatangan seorang tokoh bernama Maulana Ngali Syamsujen yang berasal dari Persia.
“Kedatangan Mbah Wasil juga tercatat di Kakawin Hariwangsa,” kata Gus Barok.
Selain berdakwah, Mbah Wasil diduga juga terlibat dalam proses penyatuan Kerajaan Jenggala dan Panjalu pada 1135 Masehi. Pada peristiwa itu Jayabaya dibantu oleh adik Mbah Wasil bernama Ali Akbar Sagalor. Dia bertindak sebagai panglima perang yang tercatat di Prasasti Hantang dengan semboyan Panjalu Djayati yang artinya Kediri Menang.
Bagi masyarakat Kediri, keyakinan akan keberadaan Mbah Wasil di makam Setono Gedong juga dikuatkan oleh para ulama di Kediri. Di antaranya, Kiai Machfud Ali, Kiai Mundzir, Gus Miek, dan Kiai Hamid Pasuruan. (Maghdum Maghrobi)
Discussion about this post