TIGA bulan mendatang, gedung Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kediri akan genap berusia 100 tahun. Berdiri pada Maret 1922, sekolah ini mengusung arsitektur gaya Indis yang menyesuaikan iklim tropis. Pintu, jendela, dan lubang ventilasi yang cenderung besar, membuat aliran udara ke ruangan terasa sejuk. Bangunan ini menjadi salah satu bekas sekolah Pemerintah Hindia Belanda yang masih dimanfaatkan hingga kini.
Sekitar seratus tahun lalu, SMAN 1 Kediri di Jalan Veteran No.1 Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur, bernama MULO atau Meer Uitgebrecht Laagere Onderwijs. MULO adalah sekolah tingkat menengah pertama pada zaman kolonial Belanda di Indonesia.
“Pendirian MULO didasari dari banyaknya desakan warga Eropa di Kediri,” kata Yazid Bustomi, anggota Komunitas Pelestari Sejarah Budhaya Kadiri atau PASAK, Senin 13 Desember 2021.
Untuk melanjutkan ke tingkat menengah, anak-anak Eropa harus bersekolah di luar daerah seperti di Malang, Madiun, dan Surabaya. Situasi itu tentu membuat para orang tua khawatir akan keselamatan anaknya. Mereka kemudian mulai mendesak pemerintah segera membangun sekolah MULO di Kediri. Johan Jacob Coert, Residen Kediri periode 1919-1922 ikut mendukung tuntutan itu.
Pihak pemerintah Hindia Belanda bersedia menerima permintaan tersebut. Melalui surat keputusan atau gouvernement besluit nomor 82 tanggal 19 Juli 1920, izin atas pembangunan sekolah MULO, diberikan. Sebuah petak tanah kosong di barat kediaman Residen Kediri berukuran sekitar dua hektar lalu dibeli dengan harga sekitar 3.335 Gulden.
“Berita pembangunan MULO atau yang sekarang SMAN 1 Kediri beberapa kali dimuat di surat kabar Belanda De Locomotief dan Bataviaasch Nieuwsblad,” ujar Tomi.
Meskipun izin pembangunan MULO di Kediri telah keluar, pembangunan gedung belum bisa dilakukan. Pemerintah yang bekerja sama dengan dinas pekerjaan umum Hindia Belanda atau Burgerlijke Openbare Werken (BOW) mengadakan lelang pada tanggal 27 September 1920. Lelang dilakukan oleh direktur BOW, J.W de Bruijn Kops di Surabaya.
Proses lelang yang disebar melalui beberapa surat kabar itu dimenangkan J.H.B. Kivit. Dia adalah direktur dari pekerjaan umum Kotapraja Blitar. Kivit menjadi pemborong sekaligus arsitek dari gedung MULO di Kediri. Gedung dibangun berbentuk huruf U, berada di sebelah timur, utara dan selatan.
Proses pengerjaan Gedung MULO Kediri selesai pada Maret 1922. Meski gedung sudah berdiri, inventaris seperti meja, kursi, dan lemari, belum tersedia. Sekolah baru diresmikan dan digunakan untuk kegiatan belajar sekitar 6 bulan kemudian tepatnya 31 Agustus 1922.
Acara peresmian gedung MULO dihadiri Residen Kediri, kepala pemerintahan daerah, para anggota dewan kota atau Gemeenteraad, dan beberapa pejabat tinggi lainnya. Sambutan dibuka Residen Kediri, yang menjelaskan proses perjalanan panjang pendirian gedung MULO di Kediri.
“Peresmian gedung bertepatan dengan ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina,” ujar Tomi.
Para tamu yang hadir kemudian bersorak tiga kali. Pertama untuk Ratu Wilhelmia, kedua untuk Gubernur Jendral, dan yang ketiga untuk direktur pengajaran. Dibangunnya sekolah di Kediri bisa dibilang adalah kepanjangan dari aturan Politik Etis Belanda. Ratu Belanda Wilhelmina dalam pidatonya pada 1901 menyampaikan bahwa di setiap Karisidenan ada tiga hal yang harus diutamakan, yaitu irigasi, transmigrasi, dan edukasi.
Ketika memasuki masa pendudukan Jepang, MULO dibubarkan. Bangunan sekolah beralih fungsi menjadi markas tentara Jepang. Bahkan, gedung digunakan sebagai Kamp konsentrasi Jepang untuk menahan orang Belanda dan tawanan militer.
Di masa kemerdekaan, SMAN 1 Kediri secara bergantian digunakan sebagai markas tentara. Usai kekelahan Jepang, gedung diambil alih Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Divisi 1 Brawijaya. Masuknya serdadu Belanda ke Kediri akibat Agresi Militer tahun 1948, gedung sempat dikuasai tentara KNIL.
Pada tahun 1950an, bangunan dikembalikan ke fungsi aslinya yaitu sekolah. Melalui surat keputusan Residen Kediri, Samadikun, gedung diresmikan menjadi sekolah dengan jenjang menengah atas hingga sekarang. Bangunan bekas MULO yang didirikan nyaris seabad silam dipertahankan. Gedung itu adalah identitas SMAN 1 Kediri yang kini menjadi salah satu sekolah favorit di Kota Kediri. (Kholisul Fatikhin)
Discussion about this post