SEIRING dengan keberadaan batik yang hingga sekarang masih lestari, beragam motif kini juga terus bermunculan. Berbagai inovasi corak batik di antaranya lahir dari kearifan lokal di masing-masing daerah. Termasuk, di kawasan Kediri, Jawa Timur. Di kawasan terbelah arus Sungai Brantas ini, bentuk motif batik diambil dari kekayaan kisah sejarah, tradisi, dan budaya.
“Motif batik Kediri kebanyakan terinspirasi dari situs-situs cagar budaya seperti Candi Tegowangi, Candi Surowono, dan Totok Kerot,” Hery Setiawan, pengrajin batik Lochatara, Kamis 8 Juli, 2021.
Pemilik gerai batik di Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri itu mengatakan, jika terdapat panil relief yang mengandung unsur naratif serta secara estetika menarik, maka ditransformasikan ke motif batik. Munculnya ide menaruh relief ke batik itu akan semakin memperkaya corak batik khas Kediri. Sebelumnya, motif batik Kediri yang telah dikenal masyarakat di antaranya Simpang Lima Gumul, kuda lumping, mangga podang, nanas Kelud, labu madu, dan Sri Aji Jayabaya.
Motif-motif batik tersebut tidak hanya sekadar menambah kesan indah saja. Di balik keindahan itu ada pesan yang ingin disampaikan. Salah satunya, yaitu mengenalkan kekayaan budaya yang ada di Kediri. Dengan upaya tersebut, harapannya budaya Kediri bisa populer hingga ke Mancanegara, seperti halnya cerita panji yang sudah dikenal di dunia internasional.
“Sayangnya, hingga kini motif batik khas Kediri belum ada yang dipatenkan,” kata Adi Putra Wijaya, pengrajin batik Asta Dadapan Indah.
Menurutnya, setiap inovasi dari pengrajin batik seperti perpaduan warna, jenis kain,dan ukuran motif, harusnya juga mulai didokumentasi. Dia berharap kreativitas dari para pengrajin dalam memperkaya batik khas Kediri mendapat perhatian dari Pemerintah Kota maupun Kabupaten Kediri. Salah satunya, mulai ada upaya untuk mematenkan motif.
“Jika motif batik Kediri sudah dipatenkan, masyarakat akan lebih bangga terhadap batik lokal dan semakin mencintai budaya Kediri,” ujar Adi.
Upaya itu harapannya juga semakin mendekatkan batik dengan kebudayaan masyarakat Kediri. Sehingga, pelestarian batik dapat mengikuti perkembangan zaman dan bisa terus diwariskan ke generasi mendatang.
Seperti diketahui, pada 2 Oktober 2009, Batik Indonesia resmi ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan Nonbendawi atau Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity dari UNESCO. Predikat tersebut layak diberikan karena berbagai ilmu membuat batik seperti cara mencanting, merangkai desain motif, dan cara pewarnaan, terus dikembangkan sampai sekarang. (Laelatul Kaderiah, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNP Kediri, sedang magang di Kediripedia.com dalam Program Kampus Merdeka Kemendikbud)
Discussion about this post