KOES Plus sudah lama bubar, tapi penggemarnya terus bertumbuh. Lagu-lagu dari grup musik yang eksis pada era 1970-an itu terus berkelana melintasi zaman dan terus dinikmati hingga sekarang. Tembang seperti Kolam Susu, Diana, Bus Sekolah, Jemu, Andaikan Kau Datang, dan lagu hits lainnya masih dinyanyikan musisi seperti Ariel Noah, maupun artis cover lagu yang bertebaran di Youtube.
Dari ribuan musisi Indonesia yang membawakan lagu Koes Plus, penampilan Neo Jibles paling banyak mencuri perhatian. Publik menilai, kelompok musik asal Pacitan ini adalah reinkarnasi dari Koes Plus. Ketika Neo Jibles menyanyikan lagu dari band yang digawangi Yon Koeswoyo, Yok Koeswoyo, Tonny Koeswoyo, dan Murry, seluruh komposisi lagu amat mirip dengan aslinya. Mulai dari penataan musik, pengaturan nada, hingga pembagian vokal.
“Selama hampir 3 tahun kami terus berlatih agar semirip mungkin dengan Koes Plus,” kata Taufik Eko Hidayanto, salah seorang personil Neo Jibles, saat dihubungi melalui Whatsapp pada Jumat, 14 Oktober 2022.
Jerih payah Taufik bersama ketiga rekannya berbuah manis. Penampilan mereka di Youtube mendapat sambutan positif dari para penggemar band asal Tuban itu. Mereka mengapresiasi sang Vokalis Neo Jibles, Ario Yudha Prasetyo yang sukses meniru suara Yon Koeswoyo yang berkarakter jernih, lembut, dan mendayu-dayu. Lalu Ricky Eka Atmaja yang berposisi sebagai bassist, meniru gaya backing vocal Yok Koeswoyo yang identik dengan oktaf tinggi.
Sedangkan Taufik sebagai pemain keyboard, menyajikan alunan suara grand piano, khas Tonny Koeswoyo. Penampilan ketiganya makin lengkap ketika M. Rizal Rusliansyah menggebuk drum secara atraktif, dinamis, dan rancak, yang menjadi ciri ketukan Murry. Suara vokal Rizal juga dinilai identik dengan Murry.
Salah satu kehebatan Koes Plus yang membedakan dengan grup band di zamannya adalah, semua musisinya bisa menyanyi sambil memainkan alat musik. Hal itu oleh Neo Jibles juga ditiru dan diterapkan pada seluruh lagu Koes Plus dan Koes Bersaudara yang mereka bawakan.
“Musik kami mungkin mirip, tapi pasti tidak bisa identik. Sebab, alat record maupun alat musik yang digunakan juga beda,” ujar Taufik.
Pria 27 tahun ini menambahkan, Neo Jibles terbentuk sejak tahun 2018. Peresmian band diawali dengan pementasan perdana di Alun-alun Kabupaten Pacitan. Grup musik yang beranggotakan 4 personil remaja ini berasal daerah Arjowinangun, Pacitan.

Taufik bercerita jika pembentukan band berawal dari studio musik BMP yang dia kelola. Awalnya ada 5 orang yang hobi memainkan lagu Koes Plus. Namun, kini tinggal 4 orang yang bertahan. Di antara personil Neo Jibles, usia Taufik paling senior. Sedangkan tiga anggota lainnya berusia 24 tahun.
Pilihan meng-cover musik Koes Plus tidak terlepas dari pengaruh orang tua mereka. Para orang tua personil adalah musisi lokal mencintai karya-karya dari kelompok musik yang mulanya bernama Koes Bersaudara lalu berganti menjadi Koes Plus. Konon, Koes Plus sudah menciptakan sedikitnya 1000 lagu dalam 100 album. Fakta itu menjadikan band ini sebagai musisi terproduktif di dunia, sejajar dengan band asal Jerman Tangerine Dream yang sudah menelurkan 103 album.
Menurut Taufik, nama Neo Jibles diambil dari bahasa Yunani Neos yang berarti baru. Sedangkan Jibles berasal dari bahasa Jawa yang artinya mirip.
“Dengan nama Neo jibles, harapannya grup band ini bisa sangat mirip dan menghidupkan kembali jiwa Koes Plus,” ujarnya
Selain rajin membuat konten di channel Youtube Neo Jibles, mereka juga sering diundang untuk tampil di beberapa daerah. Antara lain Madiun, Solo, Jogja, Cilacap, Garut, Banten dan sekitar Pacitan. Walaupun sudah dikenal publik, seluruh anggota band tetap bekerja di bidangnya masing-masing.
Sejauh ini, Neo Jibles terus merawat komunikasi dengan para personil Koes Plus yang masih hidup beserta keluarganya. Mereka pernah tampil sepanggung dengan Nomo Koeswoyo dan Rico Murry, putra dari Murry. Acara tersebut disiarkan secara live di Youtube. Hasil adsense kemudian diserahkan pada Nomo Koeswoyo. Neo Jibles juga pernah mengirim amplop berisi uang kepada Yok Koeswoyo.
“Boleh dibilang kami ini Band Tribute dan tentu tidak boleh melupakan personil dan keluarga kelompok musik yang kami contoh,” ungkapnya.

Masruri Abdul Ghani, ketua Koes Plus Mania Pacitan merasa bangga atas kemunculan Neo Jibles. Selain kreatif dalam bermain musik mereka juga tidak menghilangkan ciri khas Koes Plus. Menurutnya, hal itu akan sulit dilakukan oleh musisi-musisi lain.
“Neo jibles grup band pembawa lagu Koes Plus paling mirip,” ungkap pria berusia 67 tahun itu.
Jika ada orang yang mendengar permainan Neo Jibles pasti akan tertipu dan mengira mereka sedang lypsinc. Masruri yang sudah menggemari Koes Plus selama 55 tahun mengaku sulit membedakan keduanya.
Hadirnya Neo Jibles juga menjadi penanda jika Koes Plus merupakan grup band lintas zaman. Lewat nada-nada yang easy listening, lagu-lagu mereka tak lekang oleh waktu. Jika di generasi terkini ada Neo Jibles, di masa depan akan muncul kelompok lainnya yang akan merawat musik-musik Koes Plus.
Sebagian besar personil Koes Plus telah wafat. Namun, karya-karya mereka akan terus diingat. Kondisi ini mirip dengan potongan lagu Koes Plus yang berjudul Penyanyi Tua. Oh penyanyi tua lagumu sederhana, Mulutnya pun tak ada dan anehnya banyak penggemarnya. (Ahmad Eko Hadi)
Discussion about this post