Pada suatu hari, bumi sedang sakit…. Dia merasa pusing, batuk, pilek, bahkan demam.…
BEGITU kata Ulin Naufalin Noor ketika membuka sebuah dongeng berjudul “Bumiku, Segeralah Sehat”. Berkisah tentang kondisi dunia yang sedang diterpa wabah corona, anggota Omah Dongeng Marwah itu membawakannya dengan sangat ekspresif, atraktif, dan percaya diri.
Cerita dongeng tersebut berisi seputar pentingnya mematuhi protokol kesehatan di masa pandemi covid-19. Misalnya, rajin cuci tangan pakai sabun, menjaga imunitas, dan jangan panik. Sebagai tontonan edukatif, dongeng tentang corona itu patut disaksikan anak-anak di Indonesia. Dikemas dalam bentuk video, kisah menarik itu dapat dinikmati di channel youtube Omah Dongeng Marwah.
Sanggar belajar Omah Dongeng Marwah berada di Desa Purworejo, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Marwah merupakan singkatan dari Masyarakat Reksa Warisan Berharga. Kata reksa atau rekso berasal dari bahasa Jawa yang berarti merawat. Sesuai namanya, berdirinya tempat itu mengusung misi untuk merawat tradisi mendongeng yang sarat dengan nilai-nilai moral dan pembentukan karakter.
“Omah Dongeng Marwah berdiri tahun 2015 atas inisiasi aktivis sosial, aktivis lingkungan, jurnalis, guru, dan mahasiswa. Kami bergerak bersama menghidupkan kembali tradisi mendongeng yang belakangan mulai luntur,” kata Hasan Aoni, pendiri Omah Dongeng Marwah, Sabtu 2 Mei 2020.
Menurut Hasan, sanggar belajar di Kota Kretek itu tak berhenti berdongeng dan terus berkarya meski di tengah pandemi. Di saat anak-anak di Indonesia belajar secara online atau daring, menonton cerita dongeng dari Omah Dongeng Marwah dapat mengusir kebosanan dan menjadi variasi pembelajaran ketika berada di rumah.
Setiap seminggu sekali, video dongeng dengan berbagai dimensi cerita diupload di berbagai platform media sosial seperti facebook, instagram, dan youtube. Selain tentang corona, mereka juga menyampaikan dongeng berupa fabel atau cerita kehidupan hewan yang menyerupai manusia. Misalnya, lutung kasarung, kancil dan buaya, serta kura-kura dan kelinci.
“Dongeng menjadi salah satu media belajar yang efektif bagi anak-anak. Dengan kemasan yang menyenangkan dan menghibur, materi edukasi serta pesan-pesan moral bisa lebih diterima,” kata Edy Supratno, Kepala Sekolah Omah Dongeng Marwah.
Pria yang juga bekerja sebagai dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Budaya Islam (STIBI) Syech Jangkung Pati itu mengatakan, pandemi virus covid-19 tak menyurutkan tekad untuk terus menghasilkan karya. Aktivitas tetap digulirkan dengan memanfaatkan grup whatsapp. Melalui forum-forum online, guru pendamping tetap bisa membimbing puluhan anak yang bernaung di Omah Dongeng Marwah.
Kurang lebih delapan puluh anak yang belajar di Omah Dongeng Marwah kini berkarya dari rumah masing-masing. Mereka diwajibkan membuat karya yang terkait dengan kondisi pandemi corona. Selain dongeng, mereka juga memproduksi video cara mencuci tangan yang benar, membuat gambar/lukisan terkait covid-19, dan membikin video pendapat/opini tentang #dirumahsaja. Bagi anak yang menggemari dunia musik, mereka diarahkan untuk membuat lagu tentang covid-19. Ada pula yang membuat cerita pendek, pusi, serta sajak.
“Seluruh karya itu nantinya akan diolah menjadi buku dan film dokumenter,” ujar Edy.
Agar karya yang diproduksi semakin inovatif, Edy dan guru pendamping lainnya memberikan berbagai referensi kepada anak-anak. Antara lain, sejumlah artikel tentang wabah Flu Spanyol dan buku digital Ehsan Masood berjudul Ilmuwan-ilmuan Muslim. Selain itu, anak juga diarahkan agar menonton video sutradara Riri Reza tentang Karir Film, serta mendengarkan diskusi buku Joko Pinurbo di youtube.
“Ketika anak-anak membuat karya di rumah, kami berkoordinasi dengan para orang tua untuk membantu mengawasi tahapan berkarya,” kata Edy.
Edy meyakini, lahirnya beragam karya tentang corona itu akan sangat berarti bagi anak-anak. Entah dua atau lima puluh tahun mendatang; dongeng, video, puisi, serta lagu, nantinya berfungsi sebagai pengingat. Karya-karya itu akan menjadi saksi bahwa mereka pernah berada di tengah peristiwa wabah yang menyebar ke hampir seluruh wilayah dunia itu. (Kholisul Fatikhin)