BILA ada hobi yang tidak bisa dipasung di masa physical distancing, barangkali adalah memancing. Kolam-kolam pemancingan umum yang marak ditutup, membuat para pengail ikan menjelajah area-area hijau, bahkan mulai mengarah ke area back to nature. Sungai, waduk, dan rawa; menjadi kawasan yang kembali disasar.
Seperti yang dilakukan para pemancing di Kediri dan Madiun, Jawa Timur. Mereka kini menyendiri dan menjauhi kerumunan manusia. Bagi mereka memancing merupakan strategi untuk terhindar dari segala potensi penularan virus corona.
“Spot favorit saya ketika memancing yaitu di sepanjang aliran Sungai Brantas,” kata Fahreza Yudith Rahendra atau yang akrab disapa Fafa, salah seorang anggota Komunitas Mancing Jalur Brantas (KMJB), Senin 6 April 2020.
Sejak merebaknya virus covid-19, Fafa tidak lagi berkunjung kolam-kolam pemancingan umum. Selain Sungai Brantas, dia kini juga gemar menuju tempat memancing yang jauh dari keramaian warga. Misalnya, empang atau sumber air di dekat rumahnya di Desa Sambi, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri.
Memilih sungai sebagai lokasi memancing di masa isolasi, juga dilakukan para pemancing di Kota Madiun. Aktivitas pemancingan marak dijumpai di tepian Kali Madiun atau anak sungai Bengawan Solo. Selain itu, area yang kini banyak didatangi yaitu Waduk Kali Bening, Saradan, Madiun.
“Walau jumlahnya berkurang, aktivitas memancing di Madiun masih tergolong ramai,” kata R. Kun Muchlis Rosyidi, warga Kelurahan Oro-oro Ombo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun.
Para pemancing di dua daerah (Kediri dan Madiun) itu rata-rata berangkat ke lokasi seorang diri demi membatasi kontak fisik. Fafa misalnya, bila sebelumnya selalu ditemani kawan sesama penghobi, kini dia memancing sendirian sejak adanya pandemi corona.
Selain menenteng peralatan, pria yang gemar memancing sejak sekolah dasar ini membawa bekal makanan dan Alat Perlindungan Diri (APD) seperti masker dan hand sanitizer. Jika secara kebetulan bertemu sesama pemancing di lokasi yang sama, maka sebisa mungkin saling menjaga jarak.
Kegiatan memancing di Sungai Brantas itu dimulai pada malam hari. Ikan yang menjadi sasaran utama yaitu jenis ikan baung. Warga Kediri biasa menyebut makhluk air yang masih kerabat ikan lele itu dengan sebutan rengkik. Sementara masyarakat Blitar mengenalnya dengan nama ikan bekel.
Kesadaran untuk tetap mengutamakan kewaspadaan, juga dilakukan para pemancing di Kota Madiun. Kun Muchlis mengatakan, beberapa komunitas pemancing di Kota Gadis itu telah sepakat membatalkan sejumlah rencana event perlombaan.
“Hal itu terpaksa ditempuh agar penularan corona tidak semakin meluas,” kata pria yang sehari-hari menekuni usaha Joran Bambu Cendani (JBC) Bamboo Rod.
Bisnis yang melayani pesanan joran atau tangkai pancing dari batang bambu cendani, dikelola Kun Muchlis sejak tahun 2005. Dia mendatangkan tanaman tersebut dari kawasan Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Selama lima belas tahun eksis, lebih dari seribu lebih joran telah diproduksi.
Selain populer di kalangan pemancing dari wilayah Madiun, Joran Bambu Cendani buatannya sudah merambah pasar nasional. Kun Muchlis juga kerap melayani pesanan yang datang dari Malaysia. Namun, kondisi darurat corona berdampak pada sejumlah pengiriman joran ke Negeri Jiran itu.
“Orderan tetap mengalir dari sejumlah wilayah di Indonesia, misalnya dari pemancing asal Sumatera dan Kalimantan,” ujar Kun Muchlis.
Di kedua wilayah tersebut Joran buatan Kun Muchlis sangat digemari untuk memancing udang. Sedangkan pemesan dari Jakarta, memilih tidak menggunakan joran produksi JBC untuk memancing. Mereka lebih menyukai karya itu karena ingin menikmati unsur estetika dan menaruhnya sebagai ornamen hiasan ruangan. (Kholisul Fatikhin)