SEPERTI umumnya kawasan pedesaan di wilayah Kabupaten Kediri, Jawa Timur, situasi Desa Sumberejo, Kecamatan Kandat tak jauh beda. Sehari-hari, mayoritas masyarakat banyak menghabiskan waktunya di lahan pertanian. Kondisi lahan di bawah lereng Gunung Kelud itu sudah sejak era kolonial menjadi basis budi daya tanaman tebu, bahan baku gula.
Jika ada warga masyarakat berkecimpung di bidang lain, biasanya berkaitan dengan profesi pelengkap sebuah komunitas masyarakat. Ada yang berdagang, menjadi pegawai, guru, atau peternak. Tapi jumahnya tidak sebanyak yang menekuni hidup di dunia pertanian.
Di tengah-tengah suasana agraris yang kental, tentu sangat eksotik ketika sebuah rumah di desa itu menjadi penyedia segala kebutuhan pecinta scooter, kendaraan roda dua bermesin kanan. Masyarakat Sumberejo sudah tidak kaget jika tiba-tiba datang orang asing dari berbagai penjuru Nusantara, mencari onderdil atau informasi seputar Vespa, Bajaj, Lambretta, Vyatka, dan berbagai jenis kendaraan scooter dengan teknologi mesin dua langkah lainnya.
RENCEKAN 56, begitulah orang mengenal usaha jual beli milik Musafa. Rencekan artinya serpihan atau pecahan dari sebuah benda, sedangkan angka 56 adalah nomor yang dipakai Musafa saat menjadi joki balap liar saat remaja. Sudah dua tahun lebih, lelaki berumur 38 yang populer disapa Ilunk itu menggeluti bisnis di rumahnya di Dusun Bulurejo, Desa Sumberejo, Kandat. Sebelumnya, berpindah-pindah tempat mulai dari tanah kelahirannya di Udanawu, Blitar hingga ke kawasan Kota Kediri.
“Dua tahun lalu, saya beli rumah dan tanah di desa ini, kemudian saya jadikan pusat jual beli Vespa dengan segala keperluan onderdilnya,” kata Ilunk, Selasa 5 April 2016.
Dibantu sejumlah rekan-rekan pecinta scooter, Ilung menggerakkan usahanya dengan tiga cara. Lewat jalur online (termasuk via media sosial), buka lapak di hampir semua even scooter, dan melayani langsung pembeli yang datang ke galerinya yang berada di bagian belakang rumah.
Tempat penyimpanan sekaligus ruang display semua mata dagangan dikumpulkan di area seluas sekitar 120 meter persegi. Ruangan di belakang rumah induk itu dulunya dipakai sebagai kandang sapi. Konstruksi bangunan dan beton lantainya tentu ditata sekuat mungkin untuk menahan hentakan kaki hewan “rojo koyo” itu. Alhasil, sangat cocok ketika kini fungsinya diubah menjadi tempat penjagalan besi-besi dari Italia.
“Semua instrumen ditata dan dikelompokkan sesuai jenisnya. Mulai dari permesinan, kelistrikan, perkabelan, knalpot, body, konstruksi kaki, hingga variasi pelengkap,” kata Gatot Resek, si gondrong yang membantu aktivitas jual beli di gudang RENCEKAN 56.
Semua hal yang diperlukan berbagai jenis scooter, utamanya merek Vespa, Ilunk menjamin ada di rumahnya. Harga tiap onderdil, sangat bervariasi, melihat kondisi dan orisinalitasnya. Informasi tentang harga ini mudah diketahui karena Ilunk membuka komunikasi yang bisa diakses 24 jam non stop. Baik lewat telepon, sms, bbm, maupun facebook.
Selain printilan onderdil, Ilunk juga menyediakan unit scooter yang bisa dinaiki. Harganya mulai dari Rp 1,2 juta untuk scooter asal jalan, hingga berbanderol puluhan juta untuk jenis klasik dengan instrumen orisinil total. Unit-unit scooter siap pakai itu dijajar di tepi dinding hingga mengular ke tembok belakang yang berbatasan dengan lahan tebu.
Siang hari, mantan pembalap jalanan itu sepenuhnya berada di tengah-tengah tumpukan printilan scooter, ditemani putri semata wayangnya, Sarlita Veglia Borletti. Hemmm.., Vespa banget ya namanya. Si kecil yang lahir pada 11 Juni 2012 buah dari perkawinan Ilunk dengan Enji (NG) pada 2009 itu, sudah biasa kut menemui para scooter dari seluruh penjuru negeri.
“Ibunya kalau siang bekerja melayani kesehatan masyarakat di Puskesmas Pesantren Kota Kediri, jadi Sarlita sehari-hari sama saya. Kalau malam, giliran saya bergerilya berburu Vespa kemana-mana,” kata Ilunk.
Selain terus berkonsentrasi menjadi penyedia berbagai perlengkapan scooter, Ilunk mulai merambah benda-benda antik lainnya. Mulai dari piring kuno, perabot lawasan, enamel, sepeda pancal, hingga karya seni rupa seperti ornamen kayu, pamflet jadul, dan lukisan. Tapi, Vespa tetap yang utama dan nomor satu.
RENCEKAN 56, tampaknya juga bukan hanya mini market tempat apa saja tentang Vespa tersedia. Rumah berpagar hitam dengan ornamen “P Coret” (brand Piaggio) itu juga menjadi tempat singgah para scooter yang sedang melintas. “Kawan-kawan sudah biasa numpang mandi, tidur, makan seadanya, lalu ngobrolin Vespa hingga tertidur lagi,” kata Ilunk.
Nah, tunggu apa lagi. Silahkan kunjungi galeri RENCEKAN 56. Di sana selalu hadir, orang-orang yang setia tegak di atas mesin kanan. (Dwidjo U. Maksum)
Nomor Kontak Ilunk RENCEKAN 56 : 085655726356, PIN BBM – 5ACEF576