Kelaparan bisa datang melanda kapan saja, bisa jadi ketika Anda sedang berbelanja di sekitar Jalan Dhoho atau tiba – tiba terpikir untuk mencoba makanan yang ada daerah itu, kuliner ini bisa dijadikan referensi.
Rujak cingur Aries Motor, begitu kebanyakan orang menyebut rujak cingur buatan Ibu Siti Fatimah ini. Bertempat di emperan showroom sepeda motor Aries Motor, Ibu ini berjualan di pinggir deretan sepeda motor yang dipajang sehingga keberadaanya kurang begitu menonjol. Selalu menggunakan kebaya dan bawahan batik dengan perlengkapan jualan berupa bakul, kursi-kursi plastik, dan ember kecil, Bu Fatimah berjualan dari siang sampai sore hari.
Kuliner yang berasal dari Surabaya ini tidak diketahui sejak kapan mengekspansi kota ini. Yang pasti banyak yang sudah menjadi pelanggan tetap sejak dulu. Termasuk warga Jalan Dhoho dan sekitarnya. Perempuan yang berasal dari Bangkalan, Madura ini berjualan rujak di Kediri mulai tahun 1968. Awalnya berjualan keliling dari rumah ke rumah. Karena kecapekan, sekarang memutuskan berjualan menetap di tepi Jalan Dhoho.
Berbahan dasar cingur (bibir sapi), petis, kacang, gula merah, dan bumbu lainnya membuat rujak ini kaya cita rasa, khususnya rasa khas ujung timur pulau Jawa. Cingur dan petis menyatu menjadi senyawa rasa baru berwarna hitam yang lekat di lidah. Kombinasi sayur kangkung dan mentimun dengan irisan lontong, tahu-tempe goreng ditambah buah-buahan seperti belimbing, bengkoang dan nanas semakin menyegarkan dan memperkaya rasa.
Anda bisa memesan rujak uleg ini dengan racikan campur atau matengan. Jika memesan campur maka yang diracik berisi bumbu dan bahan lainnya secara komplit. Sedangkan matengan, berisi bahan-bahan yang sudah dimasak saja, seperti sayur rebus, irisan tahu dan tempe goreng tanpa menggunakan buah-buahan. Cukup dengan Rp. 12 ribu per-pincuk Anda sudah bisa menikmati kuliner ini.
Sudah hampir setengah abad, lebih tepatnya 47 tahun Bu Fatimah berjualan rujak cingur. “Kuncinya adalah istiqomah dan sabar dalam bekerja” begitu ucapnya disela-sela obrolan sambil mengiris buah-buahan siang itu (Selasa, 15 September 2015). Dari berjualan rujak, Bu Fatimah bisa menyekolahkan enam anaknya dan menyisihkan sebagian hasilnya untuk beribadah haji.
Mungkin agak “keminggris” (ke inggris-inggrisan) menyebut street food ini dengan istilah Black Java Salad. Siapa tahu Anda kesulitan untuk mendefinisikan makanan khas Jawa Timur ini kepada teman atau rekan dari negeri lain yang tertarik mencoba kuliner ini. Apapun istilahnya, silakan mampir di rujak cingur Jalan Dhoho, disitu Bu Fatimah sudah menunggu dengan uleg-ulegnya. (Nakula)