SEDIKITNYA 50 anak duduk berjejer di depan kanvas masing-masing. Ada yang menggambar pemandangan, binatang, buah, aneka bunga, dan gerabah. Jari jemari mereka luwes menggerakkan kuas, mulai dari membentuk pola sampai memberi sentuhan detail warna.
Bocah-bocah itu tampak antusias mengikuti kegiatan belajar melukis yang digelar Yayasan Kampung Lukis Ruslan. Berbagai aktivitas pembelajaran melukis dipusatkan di galeri milik Ruslan, salah satu pelukis realis populer di Indonesia. Sanggar tersebut berada di dekat kebun nanas kawasan Desa Dawung, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri. Kawasan di lembah Gunung Kelud itu memang dikenal sebagai penghasil komoditas nanas.
“Siapa saja boleh belajar di sini, bukan hanya anak-anak, orang dewasa juga boleh,” kata Shohibbudin Rizal, Ketua Yayasan Kampung Lukis Ruslan, Jumat, 22 Juli 2022.
Pria yang akrab disapa Budi ini menerangkan, kelas melukis digelar 2 kali dalam seminggu. Di antaranya, tiap Sabtu jam 2 Sore dan jam 9 pagi pada hari Minggu. Murid yang belajar di sanggar ini tidak dibatasi pada orang yang sudah memiliki kemampuan menggambar. Para pemula yang masih awam tentang seni lukis juga akan diajari.
Kelas ini khusus mempelajari seni lukis bergenre realis. Dalam dunia seni rupa, realis dipahami sebagai karya yang menampilkan obyek apa adanya, seperti pandangan mata dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami memilih genre realis sebagai bahan utama belajar, karena aliran ini adalah bekal dasar untuk menguasai berbagai genre dalam seni lukis,” ujar lelaki berusia 49 tahun itu.
Silabus pengajaran disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Pelajaran dibagi menjadi tiga kelas, yaitu pemula, menengah, dan mahir. Bagi para pemula, teknik pengajaran dilakukan dari dasar. Mulai dari memegang pensil, membuat garis, lalu membuat pola gambar. Sedangkan di tahap menengah dan mahir, materi yang akan dipraktekkan yaitu pewarnaan, gradasi, hingga teknik mencampur cat warna akrilik.
Puluhan murid beberapa kali diajak mengikuti sejumlah gelaran pameran. Di antaranya, pameran di Kediri Mall dan Simpang Lima Gumul. Ketika karya anak-anak dipajang, ternyata menarik minat beberapa pengunjung, bahkan hingga dibeli.
“Respon positif dari masyarakat semakin menguatkan kami mengembangkan sekolah ini,” ujar pemilik Lefthand Gallery itu.
Dia bercerita, Yayasan Kampung Lukis Ruslan didirikan pada tahun 2020. Lembaga ini mulanya sebatas perkumpulan seniman seni rupa di kawasan eks-karisidenan Kediri. Mereka merasa jika ada potensi yang bisa dikembangkan, bukan hanya sebatas ajang kumpul komunitas.
Keyakinan mereka mendirikan lembaga bertambah dengan kehadiran Ruslan. Pelukis kelahiran Kediri ini dikenal sebagai salah satu pelukis realis populer di Indonesia. Karya-karya Ruslan banyak dikoleksi para pejabat karena sangat realistik, menyerupai hasil foto jepretan kamera. Dengan jam terbang tersebut, maka lembaga ini dinamai Yayasan Kampung Lukis Ruslan.
Yayasan tersebut beranggotakan sekitar 25 pelukis. Para anggota saling berbagi peran, ada yang menjadi pengajar, konten kreator, dokumentasi, dan administrasi.
“Kehadiran sekolah lukis menjadi bagian dari misi besar kami yaitu merintis sentra lukisan di Kediri,” kata Budi.
Kampung Lukis terus dikembangkan bukan hanya di sanggar tapi hingga ke kawasan Desa Dawung. Kini, mereka tengah menyiapkan lahan seluas 1 hektar untuk dijadikan wisata berbasis lukisan. Para anggota bersama Ruslan kini tengah menyiapkan konsep. Mulai dari wisata lukisan 3 dimensi, sentra oleh-oleh lukis, serta kampung edukasi seni lukis.
Budi meyakini jika ide tersebut akan mendapat sambutan baik dari masyarakat. Sebab, sejauh ini belum ada sentra lukis di Kediri. Upaya tersebut juga direspon positif oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Kediri. Dalam waktu dekat, mereka rencananya menggelar event melukis bersama-sama di bentangan kain kanvas berukuran 200 meter. (Kholisul Fatikhin)
Discussion about this post