• TENTANG KAMI
  • KERJASAMA
kediripedia.com
  • HOME
  • BISNIS
  • DESTINASI
  • KOMUNITAS
  • EDUKASI
  • KULTUR
  • PEOPLE
  • SURYAPEDIA
Tidak ada hasil
Tampilkan semua
  • HOME
  • BISNIS
  • DESTINASI
  • KOMUNITAS
  • EDUKASI
  • KULTUR
  • PEOPLE
  • SURYAPEDIA
Tidak ada hasil
Tampilkan semua
kediripedia.com
Tidak ada hasil
Tampilkan semua

Taj Mahal, Monumen Cinta—The Journey to India 4

in KULTUR
5 menit baca
0
Taj Mahal, Monumen Cinta—The Journey to India 4

Taj Mahal, satu dari 7 keajaiban dunia. (Foto: Ilham Zoebazary)

31
SHARES
241
VIEWS
Bagikan ke FacebookCuitkan di TwitterKirim ke Whatsapp

SETELAH tiga hari tiga malam menikmati Kota Jaipur dan sekitarnya, kami berangkat menuju salah satu keajaiban dunia di Agra: Taj Mahal.

Tidak seperti perjalanan dari kota ke kota di Jawa atau Sumatera, Jaipur-Agra hanya menyuguhkan kegersangan. Kita tidak akan menemukan hijaunya aneka pepohonan. Hanya perdu dan alang-alang. Tetapi burung-burung jalak yang indah, beraneka jenis, akan kita temukan di mana pun kita berhenti.

Taj Mahal berada di Agra, negara bagian Uttar Pradesh. Jarak dari Jaipur ke Agra sekitar 250 km, membutuhkan waktu lima jam perjalanan darat. Waktu tempuh menjadi lebih lama dari perkiraan karena kami sering berhenti di banyak tempat.

Kami tiba di Agra saat menjelang senja. Kami akan ke Taj Mahal besok pagi-pagi sekali, agar dapat menikmatinya sehari penuh. Sore ini kami menghabiskan waktu untuk blusukan ke pasar dan cuci mata di kompleks pertokoan.

Berbeda dengan pasar di Indonesia yang dikuasai oleh kaum perempuan, pasar di India adalah milik kaum laki-laki. Nyaris tidak ada pedagang perempuan. Para pembeli pun kaum laki-laki. Jarang sekali saya bersua dengan mbak-mbak atau ibu-ibu. Rupanya kaum perempuan, secara adat, harus tinggal di rumah mengurus anak-anak dan rumah. Dunia di luar rumah adalah dunia kaum laki-laki.

Baca Jugadi Kediripedia

Jalan Menuju Makam Tan Malaka Kini Telah Diaspal

Buah Mojo, Ikon yang Menginspirasi Nama Kerajaan Majapahit

Dalam hal relasi kaum lelaki-perempuan, rupanya India belum banyak berubah. Pernikahan berdasarkan perjodohan oleh orang tua masih banyak terjadi. Mayoritas perempuan India menikah sebelum mencapai usia 18 tahun. Namun demikian angka perceraian terhitung cukup rendah.

Keesokan harinya, sehabis Subuh, kami bersiap-siap berangkat. Udara begitu dingin, di bawah 10 derajat Celcius, tapi kami semua sangat bersemangat. Tidak perlu menunggu sarapan di resto hotel, cukup segelas Masala Chai panas dan sepotong roti.

Tepat pukul 7 kendaraan yang kami sewa memasuki halaman kompleks Taj Mahal. Ternyata sudah cukup banyak pengunjung yang datang, menunggu pintu gerbang dibuka.

Pada sebuah catatan yang ditempel di dinding penjualan tiket, dilaporkan bahwa jumlah pengunjung rata-rata mencapai 10.000 – 15.000 orang per hari. Di akhir pekan bahkan bisa menembus angka 70.000 orang. Taj Mahal benar-benar menjadi ikon pariwisata India.

Begitu kami turun dari mobil, wajah-wajah ramah menyapa kami. “Assalamualaikum … Indonesia?”. Ada juga yang salah menebak, “Assalaimualaikum … Malaysia?”. Kami cuek saja, tidak menanggapi. Itu sesuai pesan agen travel kami. “Begitu Anda menjawab salam mereka, maka mereka akan terus menguntit ke mana pun Anda melangkah sambil menawarkan barang dagangan berupa souvenir, sampai Anda membelinya”.

Gerbang masuk Taj Mahal. (Foto: Ilham Zoebazary)

Pemeriksaan oleh petugas keamanan berlangsung sangat ketat. Betul-betul ketat, seperti mau masuk ke instalasi militer. Para petugas itu adalah personil militer bersenjata otomatis, tatapan matanya tajam penuh kecurigaan, memelototi saya mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Eh, apa tampang saya seperti penjahat?

Mereka melarang saya membawa tripod masuk ke kompleks Taj Mahal. Wah, padahal saya sudah bersiap melahirkan foto-foto berkelas Pulitzer Prize! Terpaksa saya menitipkannya di luar. Saya agak jengkel dengan hal ini. Pakai tripod saja hasil jepretan saya belum tentu bagus, apalagi tanpa tripod!

Seperti apakah Taj Mahal itu, sehingga pada 1983 UNESCO memasukkannya ke dalam daftar Situs Warisan Dunia, dan mendapat predikat sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia? Saya kira saya tidak akan mampu menggambarkannya secara memadai.

Adalah Shah Jahan, Sultan kekaisaran Mughal, yang membangunnya sebagai mausoleum untuk mengenang istri ketiganya, Mumtaz Mahal. Perempuan itu meninggal saat melahirkan anak ke 14-nya, pada tahun 1631. Jadi, di dalam Taj Mahal inilah sang istri dimakamkan. Kelak ketika sang Sultan wafat juga dimakamkan di situ, tepat di sisi makam istrinya.

Untuk menyelesaikan bangunan megah ini dibutuhkan waktu 22 tahun (1632-1653). Para pekerja berasal dari seluruh penjuru negeri, juga dari Asia Tengah dan Iran, total-jendral mencapai 22.000 pekerja. Selain itu, untuk mengangkut material berat, diperbantukanlah 1.000 ekor gajah.

Keindahan dan keagungan tak henti terpancar dari bangunan megah yang terbuat dari marmer putih itu. Keelokannya disempurnakan dengan hiasan sekitar 43 jenis batu permata seperti nilam, topaz, kristal, dan berlian. Marmer putih dengan kualitas nomor satu tersebut didatangkan dari Rajasthan, Afghanistan, Tibet, dan Tiongkok.

Taj Mahal, situs warisan UNESCO. (Foto: Ilham Zoebazary)

Kompleks Taj Mahal terletak di tepi sungai Yamuna, luasnya mencapai 42 hektar, terbagi menjadi 5 bagian. Bangunan utama berupa kubah besar setinggi 73 meter, dikelilingi 4 kubah yang lebih kecil. Di kanan-kiri bangunan utama yang berwarna putih itu terdapat dua bangunan kembar yang berwarna merah bata, salah satunya adalah masjid.

Arsitek Taj Mahal adalah Ahmed Lahauri. Dia mendasari desain maha karyanya dengan merujuk pada replikasi dan simetri dalam geometri. Oleh karenanya Taj Mahal diakui sebagai bangunan paling simetris di dunia. Struktur bangunannya memiliki empat sisi yang identik sempurna.

Taj Mahal juga menjadi saksi nasib malang Shah Jahan di akhir hayatnya. Dua orang anaknya, Dara Shikoh dan Aurangzeb, berselisih memperebutkan tahta. Shah Jahan memihak Dara Shikoh, tetapi akhirnya Shikoh tewas di tangan Aurangzeb. Seusai membunuh saudaranya, Aurangzeb menggulingkan kekuasaan sang ayah pada 1658 dan memenjarakannya seumur hidup di Benteng Agra.

Kami berfoto sepuasnya, di berbagai penjuru Taj Mahal. Banyak fotografer freelance yang kerjanya hanya menguntit wisatawan, mengambil gambar si wisatawan, dan nanti menjelang pulang minta bayaran.

Nara dan ibunya mengenakan sari. Dalam balutan kain yang cemerlang itu, kecantikan mereka semakin istimewa. Saya cukup mengenakan baju lurik dan udheng Pendalungan yang saya bawa dari rumah.

“Anda orang Tibet?”, tanya seorang fotografer.

“Mengapa Anda mengira saya orang Tibet?”, saya balik bertanya.

“Hanya menduga. Pakaian dan ikat kepala Anda terlihat indah dan tradisional, mengingatkan saya pada pakaian orang-orang Tibet”.

“Saya dari Indonesia”.

“O, pantas saja. Orang Tibet tidak ada yang seganteng Anda”. (Dr. M. Ilham Zoebazary, M.Si, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember)

Baca juga:

Pink City, Eksotika dan Kemiskinan—The Journey to India 1

Perempuan-perempuan Cantik di Istana Angin—The Journey to India 2

Sebuah Kampung di Pink City—The Journey to India 3

Mere Dil Mein Pyaar Hai: Sampai Jumpa Lagi, India—The Journey to India 5

Komentar

Follow Us

  • 2.9k Fans
  • 1.8k Followers

Recommended

Tiga Agama Menyambut Hari Raya Nyepi Bersama

Tiga Agama Menyambut Hari Raya Nyepi Bersama

4 years yang lalu
308

Merindukan Kembalinya Arca-arca di Candi Penampihan

6 months yang lalu
660
Mengenang Enam Tahun Erupsi Gunung Kelud

Mengenang Enam Tahun Erupsi Gunung Kelud

1 year yang lalu
167
Arsitek di Balik Berdirinya Masjid Al-Khalid

Arsitek di Balik Berdirinya Masjid Al-Khalid

2 years yang lalu
147

KATEGORI

  • BISNIS
  • DESTINASI
  • EDUKASI
  • KOMUNITAS
  • KULTUR
  • PEOPLE
  • SURYAPEDIA
  • Video

TOPIK

#AJI #Bisnis #corona #covid19 #EDUKASI #GG #gudanggaram #headline #india #Kediri #kediripedia #kelud #komunitas #kuliner #pandemi #pare #pilihan #rondaliterasi #scooterist #SEJARAH #SeniBudaya #suryapedia #TanKhoenSwie #trending #vespa Bisnis budaya Corona Covid-19 Destinasi forscook gudang garam Idul FItri Jombang jurnalis Kediri ksf kultur lebaran people sejarah seni sepeda Tulungagung Virus Corona
Tidak ada hasil
Tampilkan semua

HEADLINE

Buah Mojo, Ikon yang Menginspirasi Nama Kerajaan Majapahit

Mere Dil Mein Pyaar Hai: Sampai Jumpa Lagi, India—The Journey to India 5

Taj Mahal, Monumen Cinta—The Journey to India 4

Sebuah Kampung di Pink City—The Journey to India 3

Perempuan-perempuan Cantik di Istana Angin—The Journey to India 2

Pink City, Eksotika dan Kemiskinan—The Journey to India 1

Trending

KOMUNITAS

Duet Sasmito-Ika Pimpin AJI Indonesia

oleh Kediripedia
2 March, 2021
265

PASANGAN Sasmito Madrim – Ika Ningtyas terpilih menjadi Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Aliansi Jurnalis Independen (AJI)...

Jalan Menuju Makam Tan Malaka Kini Telah Diaspal

25 February, 2021
344
AJI Selenggarakan Debat Terbuka Kandidat Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal

AJI Selenggarakan Debat Terbuka Kandidat Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal

25 February, 2021
120
Buah Mojo, Ikon yang Menginspirasi Nama Kerajaan Majapahit

Buah Mojo, Ikon yang Menginspirasi Nama Kerajaan Majapahit

24 February, 2021
336
Mere Dil Mein Pyaar Hai: Sampai Jumpa Lagi, India—The Journey to India 5

Mere Dil Mein Pyaar Hai: Sampai Jumpa Lagi, India—The Journey to India 5

18 February, 2021
213
kediripedia.com

© 2020 Kediripedia.com

#jalanjalandangembira

  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • KERJASAMA
  • KONTAK

Follow Us

Tidak ada hasil
Tampilkan semua
  • HOME
  • BISNIS
  • DESTINASI
  • KOMUNITAS
  • EDUKASI
  • KULTUR
  • PEOPLE
  • SURYAPEDIA

© 2020 Kediripedia.com