Perkembangan agama Islam dan peradabannya di Indonesia, tak lepas dari peran ulama. Di pulau Jawa, sejarah 9 Wali yang kita kenal sebagai Wali Songo, tetap melekat hingga sekarang. Kehadiran nilai-nilai ajaran Islam dalam adat istiadat masyarakat masih kita jumpai di sejumlah tempat. Pun situs-situs tinggalannya, sampai detik ini tetap terawat.
Begitu pula ketika memasuki abad-abad baru belakangan ini. Pengaruh ulama masih kental terbentuk dalam sistem kehidupan bermasyarakat. Laksana guru dan murid, ulama senantiasa berada di tengah, seringkali menjadi tujuan berlabuh bagi segala kalangan. Hal tersebut mendorong sejumlah seniman digital painting yang tergabung dalam Gossip, akronim dari Digosok Semakin Sip, untuk mendokumentasikan figur-figur ulama nusantara dalam karyanya.
“Menjadi lebih berwarna, ketika banyak sosok ulama dari wilayah berbeda dengan segala kekhasan ajaran dan pengikutnya, berkumpul dalam satu ruang. Meski kali ini hanya berupa kumpulan karya lukis digital,” tutur Baju Seno Hartantyo, punggawa Gossip, pada Senin, 16 Januari 2017, di Emti Galeri. “Menariknya, karya yang tampil ialah alim-ulama Indonesia yang dekat di hati kreator, atau teladan dari daerah masing-masing,” lanjutnya, sembari menunjuk bingkai kanvas berlukis figur Habib Rizieq karya anggota Gossip domisili Jakarta, terpajang sejajar bersama pigura-pigura ulama lain dalam galeri.
Gossip ialah satu-satunya komunitas yang serius menggeluti kreasi smudge painting di Indonesia, berpusat di Kota Kediri. Lebih dari 700 anggota dari penjuru Indonesia turut gabung. Selama 2 tahun pertumbuhan anggotanya, diskusi dan unjuk karya antar mereka seringkali dilakukan melalui grup Facebook.
Bekerjasama dengan Emti Galeri, setidaknya Gossip telah menyeleksi puluhan potret ulama Indonesia karya anggotanya, untuk dipamerkan dalam Digital Painting Exhibition, bertajuk “Tokoh Ulama Nusantara”. Eksibisi yang baru pertama mereka gelar itu sekaligus sebagai ajang tatap muka dan belajar bersama. Melangsungkan lokakarya melukis dengan teknik digital jadi agenda penting lain di sela pameran.
Agenda terbuka untuk umum selama 8 hari, sejak Sabtu, 14 Januari 2017, memanfaatkan ruang dalam Emti Galeri, di Jalan Pamenang 68 Kabupaten Kediri. Arsitektur galeri bergaya seni pop modern dengan nuansa natural, yang didesain sendiri oleh pemiliknya, Pak Mufidz, terasa begitu sejuk dan damai, sangat mendukung tema pameran.
Pengunjung diajak menyelami pribadi tokoh-tokoh ulama berperngaruh di kancah nusantara. Kesemuanya terhimpun dalam satu galeri. Seakan menapaki riwayat babad Islam di pelbagai pelosok tanah air, dengan sekali hirupan nafas panjang. Menampilkan di antaranya, KH. Sahal Mahfudz, eks Rois ‘Am Nahdlatul Ulama asal Pati, KH. Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, tokoh penting dari Sumatera Barat, Buya Hamka. Tidak ketinggalan, legenda hidup, KH. Ahmad Mustofa Bisri atau lebih sering dipanggil Gus Mus, juga figur Habib Syech Abdul Qadir Assegaf. Goresan smudge painting berhasil memindai rupa-rupa bersahaja itu menjadi lukisan menawan.
Smudge painting merupakan teknik kreatif mengolah gambar berformat digital menjadi kreasi artistik, setaraf lukisan di atas kanvas. “Biasanya menggunakan Photoshop. Aplikasi ini menyediakan banyak alat dalam fiturnya untuk mengadaptasi gambar digital. Salah satunya, smudge. Alat itulah yang dimaksimalkan sedemikian rupa untuk mengubah sebuah foto menjadi lukisan,” ungkap Suyono, anggota Gossip asal Sidoarjo.
Karya lukis hasil godokan digital pada hajatan tersebut, selaeknya mampu menjadi ajang edukasi sejarah Islam bagi masyarakat urban. Sekali lalu, mendorong penikmat awam berkenalan lebih dekat akan persona tokoh yang ditampilkan. Oleh sebab itu, mencantumkan catatan kaki pada tiap karya menjadi penting adanya. Kendati demikian, pameran lukisan digital pertama di Indonesia yang menampilan tokoh ulama nusantara, serta eksistensi Emti Galeri sebagai alternatif ruang apresiasi seni di Kediri, patut diacungi pujian. (Naim Ali)