PERNAH menjadi mahasiswa komunikasi penyiaran, tidak membuat M. Azam Bakhir Zaidi tertarik berprofesi sebagai wartawan, penyiar radio, maupun bekerja di stasiun televisi. Azam, sapaan akrabnya, justru lebih memilih dunia budidaya ikan hias. Bisnis pemuda asal Desa Canggu, Badas, Kabupaten Kediri itu terus berkembang hingga berhasil menembus pasar ekspor ke China, Brunei, Malaysia, dan Jepang.
Azam mulai merintis usaha bernama Molly Jaya Indonesia ini pada 2018. Mulanya, dia hanya membudidayakan ikan molly. Ketika permintaan konsumen membesar, dia kini juga mengembangkan komoditas ikan cupang, danio, diskus, glofish, guppy, koi, koki, manfish, dan platy.
“Awalnya cuma iseng, tapi ternyata peminatnya banyak,” kata Azam, Rabu, 4 September 2024.
Pria 27 tahun ini tak kesulitan dalam dunia budidaya biota air itu. Sebab, penduduk Desa Canggu mayoritas bekerja sebagai peternak ikan konsumsi seperti nila, lele, gurame, dan bader. Azam sendiri merupakan keturunan keempat dari pengusaha ikan.
Saat semua warga bahkan keluarganya fokus ke bisnis ikan konsumsi, Sarjana Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri ini memilih jalan berbeda. Dia melihat bahwa ikan hias bisa berpotensi menambang cuan. Sebab, permintaan pasar besar namun komoditas budidayanya di daerah Pare dan sekitarnya masih jarang.
“Pandemi covid-19 membuat dunia hobi makin ramai, salah satunya ikan hias,” kata Azam.
Hingga kini, dia mengaku kewalahan menuruti permintaan pasar. Untuk memperbesar komoditas, Azam menambah jumlah kolam. Lahan di belakang rumahnya, kini terdapat kolam tanah, semen, dan terpal. Ada juga kolam karantina khusus untuk jenis ikan berta.

Keberadaan bisnis milik Azam ini cukup membantu para penjual ikan di kawasan Pare dan sekitarnya. Mereka tak lagi harus jauh-jauh ke Tulungagung untuk kulakan ikan hias.
Dari usaha yang ditekuni selama 7 tahun ini, penghasilan yang diperoleh mencapai 120 juta rupiah per bulan. Salah satu faktor yang membuat bisnis Azam berkembang pesat karena sasaran pasarnya bukan di daerah Jawa Timur. Jika hanya berkutat di area regional, maka sulit bersaing sebab setiap kabupaten/kota sudah memiki sentra ikan. Sehingga, harga jual ikan hias cenderung murah.
“Konsumen kita banyak yang dari luar pulau Jawa,” ujar Azam.
Ikan-ikan dari Molly Jaya Indonesia sudah pernah dikirim ke seluruh wilayah Indonesia. Mulai dari Sabang sampai Merauke sudah dijangkau, antara lain Ternate, Merauke, Aceh, Pangkalan Bun, Riau, Papua, dan Kalimantan. Di kawasan Papua, pengiriman pernah terkendala karena diblokade perang suku.
Permintaan pasar mancanegara sebetulnya cukup banyak. Namun, proses pengiriman belum begitu lancar seperti di Indonesia. Sebab, pengiriman ikan ke luar negeri kerap terhambat regulasi dan dokumen persyaratan.
Misalnya untuk ke China, Brunei, Malaysia, dan Jepang, pengiriman membutuhkan surat karantina. Dokumen lain yang harus dilengkapi yaitu surat izin impor dari pembeli.

“Kalau area pulau Jawa pakai kereta kalau luar Jawa pakai pesawat,” kata Diana, admin Molly Jaya Indonesia.
Untuk pengenalan produk dan brand, Azam dan Diana memproduksi konten di media sosial seperti youtube, instagram, tiktok, website. Tersebab platform seperti shopee, lazada, facebook bahkan whatsapp tidak diperkenankan jual beli ikan, mereka merancang sistem penjualan melalui website. Dengan cara ini, interaksi dengan calon pembeli lebih leluasa.
Sejak tahun 2020, Molly Jaya Indonesia membuka program edukasi bagi siapa saja yang ingin mendalami bisnis ikan hias. Salah satunya, program magang bagi siswa sampai anak kuliah. Di antaranya dari SMKN 1 Plosoklaten, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong, dan Politeknik Negeri Jember. (Anisa Fahdiana, Mahasiswi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Kediri, sedang magang di Kediripedia.com)
Discussion about this post