PAPAN penunjuk jalan menuju makam Tan Malaka di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, sudah mulai rusak. Tiang-tiang penyangga penunjuk arah yang terbuat dari bambu telah lapuk dimakan usia, bahkan nyaris roboh.
Kondisi memprihatinkan tersebut mendorong para aktivis yang tergabung dalam Komunitas Cangkir Nusantara melakukan aksi sosial. Infrastruktur penunjuk jalan ke pusara pendiri republik bernama asli Ibrahim Datuk Tan Malaka itu akan diperbaiki.
“Kegiatan ini kami lakukan sebagai upaya merawat jejak perjuangan Tan Malaka,” ujar Ari Hakim, Koordinator Cangkir Nusantara, Senin 5 Mei 2021.
Dia menambahkan, kegiatan merenovasi penunjuk jalan ke makam akan berlangsung pada Rabu, 2 Juni 2021 mendatang. Hari tersebut sengaja dipilih karena bertepatan dengan hari kelahiran Tan Malaka pada 2 Juni 1897. Dengan adanya perbaikan tersebut, harapannya dapat memudahkan para peziarah berkunjung ke makam pahlawan kelahiran Suliki, Sumatera Barat itu.
Rencananya, papan bambu yang sudah hancur akan diganti besi. Di bagian kaki penunjuk arah itu juga akan dibuat dari beton cor sehingga lebih kokoh. Selain meremajakan penunjuk jalan, aksi sosial itu juga akan diwarnai dengan berbagai kegiatan. Di antaranya, doa bersama, penanaman pohon, dan diskusi tentang perjuangan Tan Malaka yang berakhir di lereng Gunung Wilis.
“Segala biaya operasional dari kegiatan ini berasal dari iuran berbagai komunitas,” kata Ari.
Sejumlah komunitas yang mendukung acara tersebut di antaranya, Kampung Inggris pare, Tim Bhinneka, Pemerhati Pahlawan, Tubing Serinjing, dan Kampung Madu. Selain itu ada pula dukungan dari beragam kantong maupun individu serta warga Desa Selopanggung.
Selama ini, masyarakat Selopanggung dikenal sangat peduli untuk merawat kawasan Makam Tan Malaka. Pada tahun 2018, warga yang dibantu Pemerintah Desa Selopanggung secara swadaya membeton jalan utama makam. Lintasan menurun yang dulunya pematang sawah terasering itu perlu dibenahi. Sebab, saat musim hujan tiba jalan amat licin dan becek, sehingga bisa membahayakan pengunjung.
Menurut Ari, upaya melibatkan warga sekitar dalam kegiatan tersebut amat penting. Hal itu merupakan langkah strategis untuk bersama-sama merawat jejak perjuangan pendiri republik. Di mana semasa hidup Tan Malaka menempuh perjalanan sepanjang 89 ribu kilometer hingga pada akhirnya perjuangan itu berhenti di Kediri. Dia ditembak mati pada 19 Februari 1949. (Kholisul Fatikhin)
Discussion about this post