PERISTIWA Sumpah Pemuda pada tahun 1928, menetapkan Bahasa Indonesia sebagai identitas dan alat pemersatu bangsa di masa perjuangan kemerdekaan. Dalam perkembangannya, keberadaan dan kemurnian Bahasa Indonesia diterpa berbagai tantangan di dunia modern. Salah satunya, percepatan teknologi komunikasi yang ditandai masuknya bahasa-bahasa asing, membuat fenomena ketidakpatuhan berbahasa semakin menggejala.
Bahasan itu mencuat dalam kegiatan seminar daring yang diadakan ASOSIASI Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia (ADOBSI) Pusat pada 31 Mei 2021 dan 1 Juni 2021. Dalam acara yang digelar secara daring itu, dirumuskan bahwa fenomena-fenomena bahasa harus banyak dikaji di lingkungan akademis.
“Para dosen maupun civitas akademika Perguruan Tinggi harus memperbanyak penelitian yang mengkaji tentang bahasa,” kata Dr. Kunjana Rahadi, M.Hum dari Universitas Sanata Darma Yogyakarta, ketika menyampaikan materi.
Hal ini penting supaya para dosen terbiasa melahirkan wawasan-wawasan baru, sehingga harus selalu update dengan fenomena bahasa di masyarakat. Misalnya, disadari masyarakat kini kerap menggunakan kata-kata bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, ke dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam pergaulan sehari-hari. Berbagai bahasan itu mengalir dalam sesi “Kuliah Pakar Linguistik”, dan “Workshop Penulisan Proposal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat” bagi dosen Bahasa dan Sastra Indonesia.
“ADOBSI merupakan sebuah perkumpulan dosen Bahasa dan Sastra Indonesia yang saat ini sudah memiliki cabang di 34 provinsi di seluruh Indonesia,” ujar Ketua Umum ADOBSI Pusat, Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum dalam sambutannya ketika membuka acara.
Dia berharap, melalui kegiatan ini ADOBSI mampu memperkaya wawasan bagi bangsa Indonesia. Pada pelaksanaan di hari pertama, Kuliah pakar linguistik disampaikan Dr. Sudaryanto sebagai pakar metode linguistik struktural dan Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana sebagai pakar pragmatik dan sosiolinguistik Universitas Gajah Mada Yogjakarta.
Berlangsungnya sesi Kuliah pakar linguistik dimoderatori oleh Prima Vidya Asteria dari Unesa Surabaya. Diskusi yang diikuti lebih dari 750 dosen dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi se-indonesia berjalan sangat menarik, interaktif, dan gayeng. Perwakilan dari 34 provinsi itu antusias mencermati setiap paparan dari narasumber.
Puncaknya pada sesi dialog, hampir semua peserta mengajukan pertanyaan dan komentar, baik lewat chatroom maupun secara langsung. Topik diskusi yang mengedepankan kasus kebahasaan yang aktual, menarik, dan memiliki value tinggi, diharapkan menginspirasi semua perguruan tinggi dalam melaksanakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Dr. Sudaryanto dengan kepakarannya, mengangkat 6 strategi deskriptif dalam penelitian bahasa nusantara. Dia menguraikan tiap-tiap poin dengan sangat jelas dan mudah dipahami peserta, sehingga diskusi semakin menarik. Salah satunya, tentang domestic linguistics yang mendapatkan banyak tanggapan, komentar, dan pertanyaan peserta.
Sementara itu, Prof. Putu yang memaparkan linguistik forensik dengan objek kajian wacana hoax di media sosial juga sangat menarik. Tidak kalah serunya, materi yang disampaikan Prof. Putu sangat update dengan fenomena bahasa saat ini. Di antaranya tenang ilmu bahasa sangat diperlukan dalam menelaah berbagai fenomena bahasa hoax.
“Ahli bahasa juga mempunyai peran yang sangat penting dengan memberi pemecahan masalah wacana hoax,” kataProf. Dr. I Dewa Putu Wijana.
Sedangkan pelaksaan di hari kedua yang bertepatan dengan peringatan hari lahirnya Pancasila 1 Juni 2021, kegiatan akademik berikutnya adalah Workshop Penyusunan Proposal Penelitian. Diskusi ini penting dalam rangka melatih dan mencermati berbagai strategi penulisan proposal penelitian agar lolos dalam beragamgelaran penelitian Kemendikbud.
Narasumber yang diusung pada acara tersebut yaitu para pakar penelitian dalam bidang sosiohumaniora. Mereka adalah Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum. dan Dr. Kunjana Rahadi, M.Hum dari Universitas Sanata Darma Yogyakarta.
Acara yang digelar selama dua hari ditutup dengan sambutan Ketua ADOBSI, Mohammad Rohmadi. Dia mengatakan, ada harapan besar akan munculnya berbagai macam kolaborasi karya ilmiah dari anggota ADOBSI.
Dalam kesempatan tersebut, diumumkan juga bahwa keaggotaan ADOBSI sangat terbuka dan boleh diikuti siapa saja. Jejaring ADOBSI yang sudah merata di seluruh Indonsia bisa dijadikan sebagai mitra dalam berbagai penelitian dosen, sehingga ADOBSI mampu mengaktualisasikan Tri Darma Perguruan Tinggi, termasuk program Merdeka Belajar Kampus Merdeka. (Dr. Andri Pitoyo, M.Pd., Dosen Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Nusantara PGRI Kediri)
Discussion about this post