SUARA nyaring garengpung atau tonggeret yang saling bersahutan, menimbulkan bunyi mirip gesekan pemain biola di sebuah pertunjukan orkestra. Lengkingan serangga Cicadae itu seperti iringan musik penyambut bagi siapa saja yang mendekat ke Alas Simpenan. Kawasan seluas 12 hektar ini merupakan kawasan hutan lindung di kaki Gunung Kelud, tepatnya di Desa Manggis, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri.
Salah satu pemandangan khas dari Alas Simpenan adalah atraksi ribuan kawanan monyet ekor panjang yang bergelantungan di pepohonan. Jika suatu saat berkunjung, jangan kaget bila sekelompok monyet itu tiba-tiba mengejar dan menghampiri. Hewan primata yang menghuni Alas Simpenan itu amat bersahabat, serta dapat berbaur dengan wisatawan.
“Pengunjung harus tetap berhati- hati, jangan sampai mereka mereka merasa terancam, apalagi disakiti,” ucap Suprih, petugas penjaga Alas Simpenan, Rabu, 2 Juni 2021.
Dia menjelaskan, monyet ekor panjang itu bisa dengan mudah diajak berfoto. Salah satu caranya yaitu dengan memberi makan berupa kacang atau buah-buahan. Di sekitar area Alas Simpenan berjejer warung-warung sederhana yang menjual berbagai jenis pisang. Mulai dari pisang kitiran, kepok dan rojobruntel, satu sisirnya dihargai 5 ribu rupiah.
Menurut Suprih, Alas Simpenan berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan RI. Dari sisi sejarahnya, kawasan ini sudah ditetapkan sebagai hutan lindung sejak era kolonial Belanda pada tahun 1911. Sedangkan dari cerita tutur masyarakat, hutan ini disebut Alas Simpenan karena konon digunakan sebagai tempat menyimpan barang hasil upeti di masa kerajaan.
“Fauna penghuni kawasan Alas Simpenan tak hanya monyet ekor panjang saja,” kata Suprih.
Hutan ini juga menjadi rumah berbagai jenis satwa lainnya. Di antaranya, kalong, kijang, tupai, kadal, kancil, walang kopo, elang, rangkok, sesap madu, burung hantu, burung bubut, dan bunglon. Sedangkan jenis tanaman yang dapat ditemui di Hutan Simpenan antara lain anggrek tanah, kemiri, maduh, bendo, bayur, epeh, ipik, aren, nyampoh, pasang, gondang, rao, berasan, kedoya, tutup, serut, rotan, dan sri rejeki.
Belum ada tarif khusus untuk menikmati asrinya hutan yang menyimpan beragam jenis flora fauna tersebut. Hal itu dikarenakan tidak setiap hari ada wisatawan yang berkunjung ke Alas Simpenan. Ramainya pengunjung hanya di hari tertentu, paling banyak saat Minggu atau hari libur lainnya. Saat berkunjung di hari libur, pengunjung cukup membayar biaya parkir saja.
Jika tidak ada pengunjung, biasanya warga sekitar lah yang memberi makan monyet-monyet itu. Salah seorang di antaranya Zaenap, pemilik warung di sekitar Alas Simpenan. Jika pisang yang dijual tidak habis, dia membagikannya ke kera ekor panjang tersebut.
“Meskipun dagangan saya laris, saya selalu menyisakan beberapa buah pisang untuk para monyet,” kata perempuan yang akrab disapa Mak Nap itu.
Dia menambahkan, para monyet itu sangat berharap mendapat makanan dari wisatawan. Memberi makan kera-kera menjadi salah satu upaya menjaga ekosistem. Hal yang lebih penting, mencegah monyet itu keluar dari hutan dan tidak masuk ke permukiman.
Bukan hanya Mak Nap, masyarakat sekitar juga menyadari betul pentingnya keberadaan Alas Simpenan. Dulunya terdapat jalan aspal yang membelah hutan. Lintasan itu menghubungan Desa Satak dengan Desa Manggis. Namun, pada tahun 2014, pemerintah, perhutani, dan warga sepakat menutup jalur yang sudah digunakan sejak era Belanda itu.
“Jalan lama terpaksa ditutup karena sering membahayakan satwa, sering ada hewan seperti monyet dan ular yang tidak sengaja terlindas,” kata Suprih.
Suprih menambahkan, keberadaan hutan Simpenan menjadi salah satu sandaran ekologi di kawasan kaki Gunung Kelud. Misalnya ketika terjadi hujan besar di gunung yang berpotensi menyebabkan banjir bandang. Wilayah seperti Desa Manggis dan kawasan permukiman di sekitarnya akan terselamatkan karena dilindungi pepohonan besar Cagar Alam Alas Simpenan. (Vicky Prastyo Eko Desantoro, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNP Kediri, sedang magang di Kediripedia.com dalam Program Kampus Merdeka Kemendikbud)
Discussion about this post