KRISIS air mengancam sebagian kawasan Kediri utara. Jumlah mata air kian berkurang. Data di Perum Perhutani, di wilayah Kediri dan Nganjuk terdapat lebih dari 300 titik mata air. Sebagian besar terdapat di hutan Gunung Kelud dan Wilis.
Dari jumlah tersebut, sudah ada 13 titik yang mati. Jika tak ada upaya konservasi dari semua pihak yang peduli, dikhawatirkan jumlah mata air yang mati akan bertambah.
PT Gudang Garam Tbk mencanangkan program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk melakukan konservasi sumber mata air.
“Program ini direalisasikan dengan menanam 16.000 bibit bambu di wilayah Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kediri,” kata Kepala Humas PT Gudang Garam TBk Iwhan Tricahyono dalam press release yang diterima redaksi kediripedia.com.
Konservasi dilakukan di lahan seluas lahan 100 hektar di 12 Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Kediri serta 2 RPH di Nganjuk.
“Kami juga melibatkan 15 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH),” ujar Iwhan. Penanaman bambu dilakukan di sekitar sumber air. Sebab, bambu memiliki peranan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Bambu dapat menyerap 90 persen air hujan baik dalam akar tanah maupun rongga batang sehingga bermanfaat sebagai penjaga kelestarian sumber mata air.
“Program ini merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan akan terciptanya kondisi lingkungan hutan yang lebih baik dan memberikan manfaat keekonomian bagi masyarakat desa hutan,” papar Ihwan. (Danu Sukendro)