SURVEI yang telah dilakukan UNESCO mencatat hasil yang kurang menggembirakan yaitu minat baca masyarakat Indonesia berada pada urutan paling rendah di Asia Tenggara. Berdasarkan data UNESCO, prosentasenya adalah 0,01 persen. Ini berarti tidak sampai satu judul buku bacaan yang telah dibaca dalam satu tahun.
Dalam kenyataannya, meningkatkan minat baca masyarakat tidak sesederhana dengan memberikan akses bacaan gratis berupa buku-buku yang tersedia di perpustakaan ataupun taman baca. Perlu adanya pendekatan secara kontinyu, strategi bahkan kampanye baca buku kepada masyarakat sehingga menjadi suatu kesadaran bersama.
Mendefinisikan literasi pada saat ini tidak hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis. Ruang gerak literasi juga tidak identik dengan perpustakaan atau taman baca saja, seperti yang diungkapkan oleh penggiat literasi Taman Baca Mahanani, Lutfi Zanwar Kurniawan kemarin (Jum’at, 12 Februari 2016) dalam catatan pendeknya.
Dalam acara Rerasan, Taman Baca Mahanani mengajak para penggiat taman baca, komunitas, lembaga atau individu yang mempunyai ketertarikan terhadap literasi untuk memaknai kembali gerakan literasi di Kediri.
Pertemuan pertama akan difasilitasi oleh Peronda Literasi dan awak kediripedia.com Dwidjo U. Maksum, dengan tema “Memaknai Ulang Gerakan Literasi”. Pertemuan kedua akan menghadirkan A. Iwan Kapit, penggiat literasi dari Komunitas Jambu Pare. Sedangkan pertemuan ketiga membahas Praktik Gerakan Literasi di Kediri oleh Naim Ali, pendiri Taman Baca Mahanani. (Nakula)
Taman Baca Mahanani berlokasi di:
Jl. Supiturang Utara No. 13 Mojoroto – Kota Kediri
Contact Person : 081 977 301 400 (Anne)
mahanani.org