Selain Kuala Lumpur sebagai ibu kota negara, ada satu lagi kawasan yang berkembang pesat di Malaysia. Daerah yang dimaksud yaitu kota Johor Bahru, wilayah paling selatan di Semenanjung Malaya.
Di Johor Bahru denyut perputaran ekonomi yang paling terasa berada di Larkin Central. Tepatnya di Jalan Garuda, Johor Bahru, Johor, Malaysia. Larkin Central punya fungsi ganda. Sebagai terminal tempat lalu-lalang kendaraan umum antarkota di Malaysia, bahkan melayani perjalanan antarnegara seperti ke Singapura dan Thailand Selatan. Di samping itu, tempat ini juga jadi pasar pilihan masyarakat dalam menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari.
Masyarakat Johor Bahru, biasa menyebut pasar di kawasan Larkin Central dengan Pasar Besar Larkin. Sudah ramai pembeli pada jam 3 pagi, kemudian berangsur sepi kala waktu beranjak siang menjelang sore. Ada 225 lapak berada di pasar yang sempat direhab pada tahun 2010 itu. Beragam keperluan memasak seperti ikan, sayuran, daging, buah dan rempah-rempah tersedia di pasar ini.
Seperti umumnya pasar tradisional yang ada di Indonesia, pedagang di sana juga banyak yang menjual tempe, daun pepaya, daun singkong, dan jengkol. Dari sekian banyak pedagang, lapak milik Rusdi bin Abu Bakar ini terlihat berbeda. Di tempat ia berdagang, tumpukan sayur dan rempah lebih lebat dari pada yang lain. Dagangannya ada yang ditaruh dalam box dan sebagian digantung.
“Kalau mau cari kluwek untuk memasak rawon, di sini juga ada,” kata pria yang akrab disapa Encik Rusdi, Rabu Pagi, 8 November 2017.
Selain kluwek, di gerainya juga tersedia daun kemangi, daun salam, belimbing wuluh, dan kencur. Rusdi, pria berkacamata ini mengatakan, ia berasal dari Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Ia menikah dengan orang Bandung dan sudah dikaruniai tiga orang anak.
Rusdi sudah bekerja di sana selama 28 tahun dan sudah menjadi warga negara Malaysia. Meski begitu, ia masih fasih bertutur menggunakan bahasa Jawa. Wajar saja demikian, ketika pembeli yang berasal dari Jawa singgah ke gerainya, ia tak segan melayani si pembeli dengan bahasa Jawa.
Malaysia masih menjadi tujuan berkarya bagi orang-orang Indonesia. Barangkali bukan hanya Encik Rusdi yang berjualan di sana. Tidak menutup kemungkinan, ada juga orang Kediri yang berdagang buah di Kuala Lumpur, orang Tulungagung yang berdagang roti di Kelantan, atau orang Ponorogo yang berdagang sate di Selangor. (Kholisul Fatikhin, Estu Murniningtyas-Malaysia)