NAMA dan pemikiran Tan Malaka, bergentayangan di benak para mahasiswa dan akademisi. Upaya menggali jejak-jejak perjuangan salah seorang pahlawan kemerdekaan, juga terus digulirkan. Entah melalui seminar, diskusi, maupun perbincangan di meja warung kopi.
Kegiatan dengan nuansa serupa, dilakukan oleh Dewan Mahasiswa (DEMA) Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Kediri. Kamis malam, 15 November 2018, mereka menggelar pemutaran dan bedah film berjudul Mahaguru Tan Malaka, karya Daniel Rudi Haryanto. Sinema layar lebar itu mengulas sosok bernama asli Ibrahim Datuk Tan Malaka ketika pada tahun 1913-1919 belajar di Rijks Kweekschool, Harleem, sekolah guru di Belanda.
“Dari film ini kita bisa mengetahui bagaimana perjuangan seorang anak bangsa saat menempuh pendidikan di negeri orang,” kata Kholisul Fatikhin, redaktur pelaksana Kediripedia.com yang pada kesempatan itu dipercaya menjadi fasilitator.
Menurutnya, sinema berkonsep video log atau vlog dan sketsa animasi itu dapat menjadi bahan literatur pelengkap; bagi siapapun yang ingin mengenal lebih dekat sosok pendiri republik. Sebab, sebelumnya kisah dan pemikiran Tan hanya dapat diakses melalui buku, novel, dan naskah teater.
Baca juga: Kisah Hidup Tan Malaka di Belanda Difilmkan
Film berdurasi 73 menit bercerita tentang petualangan seseorang bernama Marco yang diperankan Rolando Oktavio. Dalam script yang dibuat Daniel, sang sutradara; Marco digambarkan sebagai pemuda Indonesia yang duduk di bangku perguruan tinggi di Kota Paris, Prancis.
Dalam salah satu scene, Marco duduk di kamar dan fokus membaca buku karya Tan Malaka. Lembar demi lembar halaman dibaca, menambah rasa penasarannya kepada Tan semakin membuncah. Atas dasar itu, kemudian dia berkunjung ke Belanda.
Di negeri kincir angin, Marco menemui Harry A. Poeze, sejarawan yang selama setengah abad mengabdikan diri untuk meneliti sepak terjang Tan Malaka. Di kota Harleem dan Leiden, Marco dan Poeze menapak tilas kiprah Tan. Toko buku, ruangan kelas, dan kamar kos Tan Malaka, dikunjungi. Termasuk, membuka dokumen-dokumen yang jarang diketahui banyak orang, yaitu berupa foto maupun beberapa pucuk surat cinta Tan.
“Sama seperti Marco, saya datang kesini juga penasaran, sebenarnya siapa Tan Malaka ini,” ujar Ananda Bagus Abidin, salah seorang peserta. Lewat pemutaran film ini, mahasiswa penggemar musik reggea tersebut menyesap banyak poin positif. Selain tentang perjuangan, dari situ Bagus terinspirasi untuk semakin giat belajar.
Hal yang esensial diungkapkan pula oleh Abdur Rozaqi. Salah seorang panitia penyelenggara itu berpendapat, memahami sejarah sudah tak semestinya sekadar kata-kata.
“Kegiatan ini adalah pelaksanaan dari jargon Jasmerah, jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah,” kata Zaqi.
Acara bedah film ini merupakan satu dari rentetan acara bertajuk Pekan Budaya Islam yang digelar oleh DEMA PAI. Selain pemutaran film, seminar nasional juga digelar. Bertindak sebagai narasumber yaitu Nur Sayyid Santoso Kristeva, penulis buku Manifesto Wacana Kiri dan pemimpin redaksi kediripedia.com, Dwidjo U. Maksum.
“Selain bedah film dan seminar, di acara Pekan Budaya Islam kita juga menggelar lomba MTQ dan dakwah, orkes gambus, serta pengajian umum yang dipimpin oleh KH Djazuli Muhammad Ma’mun, ketua tanfidziyah PCNU Kabupaten Kediri,” kata Indana Zulfa, Ketua DEMA PAI. (Naim Ali)