RAUT muka Muhammad Ikhsan memelas. Selama 3 tahun terakhir, petani kelapa asal Desa Mojo, Kabupaten Kediri itu gagal panen. Puluhan pohon kelapa di kebunnya sudah tak berbuah akibat serangan hama kwangwung atau yang biasa disebut kumbang tanduk.
“Jumlah produksi kelapa menyusut sejak 12 tahun lalu. Pohon-pohon banyak yang mati,” kata Ikhsan, Kamis, 15 Agustus 2024.
Kondisi yang dirasakan Ikhsan itu terjadi merata di hampir semua kecamatan di Kabupaten Kediri. Penyusutan luas lahan maupun jumlah komoditas juga tampak di Ngancar, Plosoklaten, Ringinrejo, Kandat, dan Ngadiluwih.
Menurut Ikhsan, gejala awal serangan hama kwangwung ditandai dengan dedaunan yang mulai layu. Disusul dengan buah yang menghitam, lalu berjatuhan. Puluhan kelapa itu secara fisik memang masih berdiri tegak, namun tak lagi produktif. Pelepah daun yang mengering beberapa di antaranya rontok, hanya menyisakan batangnya saja.
Ikhsan sudah berupaya menanam kembali pohon kelapa di depan halaman rumahnya. Akan tetapi, belum sampai berbuah, serangga itu sudah menyerang hingga membuat tumbuhan bernama latin cocos nucifera itu mati.
“Hama kwangwung tahan terhadap pestisida,” kata Ikhsan.
Dia menjelaskan, salah satu cara pencegahan yakni menaburkan garam di pangkal pohon yang masih muda. Namun, upaya itu sia-sia jika terlampau banyak hama yang hinggap. Dari 25 pohon kelapa kopyor dan gading miliknya, kini hanya 3 pohon yang selamat. Sebelum diserang hama, rata-rata setiap pohon kelapa akan menghasilkan 80 hingga 100 butir per tahun.
Ikhsan tak mengetahui secara pasti penyebab merebaknya hama tersebut. Dari diskusi dengan sesama petani kelapa di Kecamatan Mojo, jumlah kumbang tanduk semakin banyak sejak alih fungsi lahan perkebunan menjadi tanaman tebu dan kandang ayam.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, Kecamatan Mojo masih menjadi penghasil komoditas kelapa terbesar di Kabupaten Kediri. Akan tetapi, jumlah luas lahan kelapa di kawasan lereng Gunung Wilis itu menyusut pada 2 tahun terakhir. Dari lahan seluas 290 hektare, kini menurun menjadi 180 hektare.
Berkurangnya pohon kelapa di Kediri turut berdampak ke pasar-pasar tradisional. Para pedagang terpaksa mendatangkan kelapa dari luar daerah.
“Saat ini yang saya jual kelapa dari Trenggalek dan Blitar,” kata Misinem, salah satu pedagang di Pasar Sambi, Kabupaten Kediri.
Menurut perempuan 73 tahun itu, kelapa lokal sudah jarang diperoleh. Dalam setahun, dia mengaku hanya sekali menjual kelapa dari Kediri, jumlahnya juga tidak banyak. Sehingga, dia terpaksa mengambil dari luar daerah dengan risiko selisih harga lebih mahal.
Sama seperti Misinem, para penjual di Pasar Pamenang Pare kebanyakan mendatangkan komoditas kelapa didatangkan dari Banyuwangi dan Malang. Langkanya kelapa juga membuat para penjual es degan mengambil kelapa muda Blitar, Tulungagung, dan Trenggalek.
Kelangkaan kelapa di Kediri akibat serangan hama kwangwung itu diduga dipicu oleh perubahan iklim. Pada musim kemarau, hewan bernama latin oryctes rhinoceros ini membutuhkan banyak makanan. Sehingga, curah hujan rendah serta cuaca kering turut mendorong merebaknya kwangwung.
“Ketika musim kemarau, konsumsi makanan hama kwangwung akan berlipat ganda,” kata Imam Habibi, Dosen Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA).
Imam membenarkan bahwa hama ini memang banyak berkembang biak di lahan tebu dan tumpukan kotoran. Hewan itu juga bisa hidup pada kebun nanas serta batang pohon kelapa yang membusuk.
Menurutnya, para petani kini harus waspada terhadap cuaca tak menentu. Sebab, beberapa waktu belakangan hujan turun sepanjang tahun, tapi kadang musim kemarau berlangsung lebih panjang. Saat musim kering, kwangwung akan memakan daun kelapa. Akibatnya proses fotosintesis terganggu sehingga tanaman berangsur-angsur mati.
“Mulai tahun lalu pengembalian komoditas kelapa mulai digiatkan,” kata Anang Widodo, Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Pertanian dan Perkebunan (DIPERTABUN) Kabupaten Kediri.
Anang menjelaskan, pengembangan komoditas kelapa dimulai dengan menanam bibit kelapa genjah di lahan seluas 300 hektare. Tunas-tunas itu dibagikan secara gratis kepada para petani di 13 kecamatan Kabupaten Kediri.
Mereka juga diberikan pelatihan berupa Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) untuk mengatasi hama kwangwung. Salah satunya, menabur metarhizium anisopliae. Jamur pembasmi ini harus ditebar di sekitar akar tanaman untuk mematikan larva. Proses pengendalian juga dilakukan lewat pemasangan jaring di sekitar kebun kelapa.
Untuk pohon kelapa yang sudah terkena serangan kwangwung tak bisa diselamatkan. Sehingga, petani terpaksa harus menanam kembali mulai dari bibit. Jika demikian, setidaknya butuh waktu 6-8 tahun ke depan untuk mengembalikan komoditas kelapa di Kediri. (Dimas Eka Wijaya)
Discussion about this post