SEPERTI edisi sebelumnya, Kediri Scooter Festival (KSF) yang digelar Jumat-Minggu, 10-12 Oktober 2025, kembali dibanjiri puluhan ribu pecinta vespa. Terselenggaranya KSF ke-8, sekaligus menandai satu dekade perjalanan Forum Scooterist Kediri (FORSCOOK). Berawal dari gerakan sosial santunan anak yatim pada 2015, FORSCOOK terus eksis hingga menelurkan event nasional KSF setiap tahun.
“Solidaritas anggota sangat tinggi, sehingga bisa tetap eksis hingga satu dekade,” kata Sigit Widodo, Ketua FORSCOOK, Rabu, 15 Oktober 2025.
Menurutnya, memasuki usia sepuluh tahun bukan capaian mudah. Menjaga keutuhan forum lebih sulit dari pada awal pembentukan.
Berdirinya FORSCOOK pada 2015 dilatar belakangi banyaknya klub vespa di Kediri. Mulai kelompok pecinta klasik, standart, hingga modifikasi ekstrem, terus bermunculan di daerah yang terbelah Sungai Brantas ini. Para pegiat mesin kanan dan 14 klub kemudian bergabung ke satu payung bersama, Forum Scooterist Kediri.
Bukan sekedar konvoi atau nongkrong, visi awalnya menyelenggarakan acara scooter berkonsep festival. Tiap akhir pekan, gagasan itu dibahas di trotoar depan Stadion Brawijaya Kota Kediri. Festival digagas sebab setiap klub memiliki potensi mengumpulkan massa dari lokal Kediri hingga luar kota.
“Dulu rapat-rapat besar selalu di jalanan hingga lahirlah Kediri Scooter Festival pertama pada tahun 2016,” ungkap Sigit.
Ketua FORSCOOK ketiga ini menjelaskan, untuk menggelar KSF pertama, panitia mengumpulkan uang dengan menjual kaos marchandise. Selain itu, setiap anggota juga diwajibkan iuran sebesar 200 ribu rupiah. Dirasa masih kurang, Pemerintah Kota Kediri dan PT. Gudang Garam Tbk. diajak bersama-sama mensukseskan acara.

Dari liputan Kediripedia.com berjudul Kediri Scooter Festival Menggetarkan Tanah Air tahun 2016, sekitar 11.000 scooterist Indonesia. Bahkan beberapa juga datang dari luar negeri, di antaranya, Prancis, Inggris, Kanada, dan Australia.
“Setelah sukses di pertama, selanjutnya teman-teman semakin optimis membuat acara lebih besar lagi,” kata Sigit.
Dari edisi pertama hingga delapan, KSF terselenggara di tempat yang sama, GOR Jayabaya Kota Kediri. Tiap edisi bergulir, konsep baru terus dimunculkan. Misalnya Fun Cross pada KSF 2, agenda pengajian pada KSF 3, dan pemecahan rekor MURI scooter ekstrem pada KSF 4. Seluruh gagasan itu lahir dari diskusi setiap akhir pekan.
Namun, wabah Covid-19 membuat KSF vakum selama dua tahun. Baru pada 2022, FORSCOOK kembali menggiatkan acara. Dimulai KSF 5, kemudian berlanjut KSF 6, KSF 7, dan yang terakhir KSF 8. Konsep baru ditambah seperti Vespa Kontes, Vespa Display, hingga Dyno Test atau beradu kecepatan di atas mesin.

Sayangnya, di balik suksesnya KSF itu ada budaya yang hilang. Agenda kumpul rutin tiap akhir pekan yang menjadi katalisator terbentuknya FORSCOOK dan KSF mulai jarang digelar.
“Sebagai anggota yang merasakan kopdar sejak awal, saya setuju jika agenda kumpul itu kembali digiatkan,” kata Dewi Sartika, salah satu scooterist perempuan dari klub Femminile.
Acara duduk bersama ini penting seiring bertambahnya anggota baru yang bergabung setiap tahunnya. Gagasan mereka yang lebih fresh perlu ditampung. Hal yang tak kalah penting, perjalanan berdirinya FORSCOOK perlu diceritakan ulang agar tak ada nilai-nilai yang terputus.
Menurutnya, regenerasi ini tampak mencolok pada agenda KSF ke-8. Seluruh divisi panitia dikomandoi wajah-wajah baru yang didominasi anak-anak muda.
Bimo Agus Budiono, pecinta vespa dari klub Scooter Klasik Independent merasa bangga bergabung dengan FORSCOOK. Dia baru menjadi anggota pascapandemi Covid-19, sekitar tiga tahun lalu. Tokoh-tokoh di belantara vespa Kediri yang dia idolakan sejak masa sekolah kini menjadi teman seperjuangan. Bahkan pada KSF ke-8 dia ditunjuk sebagai ketua panitia.
“Kesuksesan menjadi ketua KSF 8 bukan kebanggan individu tapi kebanggan bersama, karena di dalamnya ada tokoh-tokoh scooterist Kediri dan teman-teman yang berdedikasi tinggi,” kata Bimo.
Menurutnya, pengalaman menjadi ketua panitia KSF cukup menantang. Event besar itu melibatkan banyak pihak, sekaligus merayakan satu dekade berdirinya FORSCOOK. Segala hal yang terjadi selama acara akan menjadi catatan bagi penyelenggaraan ke depan.

Namun, segala kegelisahan hilang ketika para anggota saling menguatkan. Terutama oleh para pendiri FORSCOOK. Solidaritas selalu jadi kata kunci untuk menangani semua masalah yang terjadi sebelum atau sesudah acara.
Selama 10 tahun berjalan, FORSCOOK telah tiga kali berganti kepemimpinan. Di antaranya Yusuf Gimbal, Mohammad Salim, dan terakhir Sigit Widodo. Selain itu, anggotanya juga bertambah menjadi 27 club dengan varian scooter yang semakin beraneka ragam.
FORSCOOK dan KSF diyakini terus eksis. Sepanjang masih tertanam rasa solidaritas, gerakan para scooterist di Kediri tak akan mati. (Dimas Eka Wijaya)
Discussion about this post