MEMASUKI tahun 2019, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) telah menapak usia yang ke-25 tahun. Di momen tersebut, AJI memperingatinya dengan meluncurkan logo, menandai seperempat abad perjalanan organisasi profesi pekerja media itu dalam mengawal dinamika pers di Indonesia.
“Logo ini merefleksikan cita-cita AJI ketika didirikan pada 1994, untuk tetap teguh memperjuangkan kebebasan pers dan mendorong profesionalisme jurnalis,” kata Abdul Manan, Ketua AJI Indonesia, Jumat, 29 Maret 2019 di Hotel Same Malang.
Jika dilihat sekilas, logo peringatan 25 tahun AJI tak jauh berbeda simbol AJI selama ini. Masih menonjolkan dua unsur: pena dan burung. Pena diletakkan lebih tegak, bermakna filosofis bahwa profesi jurnalis harus independen. Sedangkan burung berarti keleluasaan berekspresi dan berorganisasi.
Perkenalan logo 25 tahun AJI, terselenggara di sela pembukaan acara Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) yang digelar oleh AJI Kota Malang pada Jumat 29 Maret 2019. Agenda soft-launch logo AJI, disiarkan live di akun facebook, Iman D. Nugroho, salah seorang pengurus AJI Indonesia, Bidang Pendidikan, Etik dan Profesi.
Sementara, inti acara UKJ baru dilaksanakan pada hari berikutnya, Sabtu-Minggu, 30-31 Maret 2019. Uji Kompetensi Jurnalis yang digelar kali ini, merupakan UKJ ke-59 yang telah dilaksanakan oleh AJI.
“Diikuti oleh dua puluh tiga wartawan, terdiri dari jenjang Muda, Madya, dan Utama,” terang Hari Istiawan, Ketua AJI Kota Malang.
Para peserta tersebut adalah delegasi dari organisasi AJI Kota di berbagai daerah di Indonesia. Antara lain Kediri, Malang, Bojonegoro, Surabaya, Jember, Solo, dan Balikpapan.
Pengirim delegasi terbanyak yaitu AJI Kota Kediri. Ada tujuh jurnalis yang berpartisipasi di acara tersebut. Di antaranya Naim (Kediripedia.com), Kholisul Fatikhin (Kediripedia.com), Anwar Bahar Basalamah (Radar Kediri), Dharaka Russiandi Perdana (Radar Tulungagung), Whendy Gigih Perkasa (Radar Tulungagung), Moh. Fikri Zulfikar (JatimPlus.id), dan Rino Hayyu Setyo (Kumparan).
Dalam pelaksanaan UKJ, 23 jurnalis dihadapkan pada beberapa materi penting. Misalnya, soal profesionalisme, komunikasi massa, sejarah pers nasional, serta hukum-hukum pers. Selain itu, mereka juga diuji perihal prinsip jurnalistik: unsur berita, nilai berita, jenis berita, bahasa jurnalistik, serta perbedaan fakta dan opini.
“Selain tentang keterampilan dan wawasan, seorang jurnalis harus punya sikap independen, taat pada hukum, serta mematuhi Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dan Kode Perilaku anggota AJI,” jelas Budisantoso Budiman, Perwakilan Badan UKJ AJI Indonesia.
Selama dua hari, bahan-bahan tes kompetensi tersebut dibawakan oleh lima penguji dan dua penguji magang. Antara lain, Budisantoso Budiman, Iman D. Nugroho, Bayu Wardhana, Abdi Purmono, dan Rudi Hartono. Sementara dua penguji magang yaitu Dwidjo U. Maksum dan Abdul Latif Apriaman.
Usai melalui tahap uji kompetensi berupa teori dan praktek simulasi redaksi, 23 jurnalis dari berbagai jenjang dinyatakan kompeten. Tak hanya itu, UKJ di Malang juga meluluskan salah seorang penguji magang. Dwidjo U. Maksum (Pemimpin Redaksi Kediripedia.com), ditasbihkan menjadi penguji UKJ. Predikat itu resmi disandang, setelah persyaratan wajib dia penuhi. Yakni, menjadi penguji magang di tiga edisi UKJ.
Sedangkan bagi Abdul Latif Apriaman, magang menjadi seorang penguji di UKJ Malang merupakan yang kedua kalinya. Artinya, dengan menguji di satu edisi lagi, dia juga akan resmi menjadi seorang penguji.
“Pada kepengurusan kali ini, AJI Indonesia menargetkan di setiap AJI Kota setidaknya punya seorang penguji,” ujar Budisantoso Budiman.
Dengan digelarnya UKJ AJI di Malang, anggota AJI yang terdefinisi berkompeten berdasarkan jenjang semakin bertambah. Sekarang ini, AJI memiliki sekitar 2.000 anggota aktif yang tersebar di Indonesia. Dari catatan AJI, jumlah anggota yang telah mengikuti UKJ hanya separuhnya saja. Dengan bertambahnya penguji, diharapkan kompetensi jurnalis di berbagai daerah ikut terdorong. (Kholisul Fatikhin)