PULUHAN ibu-ibu berdiri di depan lapak pedagang sambil menjinjing keranjang. Seperti lazimnya pemandangan khas pasar tradisional, hampir di seluruh kios terjadi aksi tawar menawar. Sedari pagi hingga menjelang siang hari, Pasar Bandar Kota Kediri tampak riuh aktivitas jual beli.
Pasar di tepi Sungai Brantas ini menyediakan aneka rempah, bumbu dapur, lauk, sayuran, dan kebutuhan pokok lainnya. Di tengah maraknya minimarket, serta menjamurnya marketplace online, Pasar Bandar masih menjadi destinasi belanja masyarakat Kediri.
“Tiap hari tercatat ada 1300 kendaraan yang masuk pasar,” kata Daniel Dody Suprapto, Kepala Pasar Bandar Kota Kediri, Selasa 27 Mei 2024.
Menurutnya, jumlah pengunjung bertambah saat akhir pekan. Totalnya bisa mencapai 1500 kendaraan.
Angka itu didapat dari perhitungan karcis parkir. Setiap kendaraan yang masuk di gerbang pasar sebelah utara dan selatan, akan ditarik tarif retribusi sebesar 2000 rupiah.
“Tahun ini jumlah pengunjung meningkat, di 3 tahun sebelumnya rata-rata 750 per hari,” kata Dody.
Dari catatan pengelola, kini terdapat 253 lapak di Pasar Bandar. Namun, kios yang aktif hanya 150 saja. Gerai-gerai lainnya tutup, sebagian besar adalah pedagang baju yang sepi pembeli. Bahkan saat menjelang Hari Lebaran, lapak penjual baju di Pasar Bandar kurang diminati.
Di pasar ini, lapak pedagang sembako, lauk, dan sayuran menjadi lokasi yang ramai diserbu pengunjung. Keriuhan biasanya terjadi mulai jam setengah 5 pagi hingga pukul 11 siang.
“Kebanyakan pelanggan saya dari ibu rumah tangga, pemilik angkringan, dan warung makan,” kata Syaifudin, salah seorang pedagang di Pasar Bandar. Pria 37 tahun ini juga kerap melayani penjual sayur keliling.
Menurutnya, beberapa tahun terakhir omset penjualan naik turun. Penurunan terparah terjadi saat Pandemi Covid-19. Pendapatan Syaifudin juga berkurang akibat karyawan Gudang Garam yang dulunya sering mampir ke pasar ketika sore hari, sekarang sudah jarang.
Selain Pasar Bandar, tempat belanja kebutuhan pokok yang masih ramai dikunjungi warga Kota Kediri yaitu Pasar Setono Betek. Beroperasi selama 24 jam, pasar ini dikenal sebagai lokasi kulakan pedagang sayur keliling maupun rumahan.
“Pasar masih ramai pengunjung sama seperti dulu. Karena lokasinya diperluas, jadi pembeli tidak tampak bergerombol,” kata Sukadi, salah satu penjual di Pasar Setono Betek.
Pria yang berdomisili di Tulungagung ini optimis jika pasar tradisional akan tetap hidup. Menurutnya, barang-barang di pasar lebih fresh, harganya terjangkau, serta tersedia banyak pilihan. Selain itu, harganya bisa ditawar, tidak seperti di supermarket maupun toko-toko online. (Dimas Eka Wijaya)
Discussion about this post