KELOMPOK ibu-ibu perajin tas di Kelurahan Tamanan, Kota Kediri, mengikuti pelatihan kewirausahaan gratis dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag). Pelatihan yang diadakan untuk meningkatkan kualitas produk digelar di Balai Pertemuan Kelurahan Tamanan pada Selasa, 3 Desember 2024.
Wahyu Kusuma Wardani, Kepala Disperdagin Kota Kediri, menjelaskan bahwa pelatihan ini merupakan respon terhadap usulan yang disampaikan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tahun 2023 dari Kelurahan Tamanan. Dalam Musrenbang tersebut, diidentifikasi bahwa warga membutuhkan pelatihan tas anyaman. Sehingga, kegiatan ini dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan mereka.
“Peserta pelatihan lebih banyak mendapatkan materi praktik langsung, yang diharapkan mampu mengasah kreativitas dan meningkatkan kualitas produk mereka,” kata Wahyu.
Para peserta pelatihan sudah memiliki dasar pemahaman dalam membuat tas anyaman dan produk mereka telah dipasarkan di berbagai kota, bahkan hingga ke luar Jawa. Oleh karena itu, pelatihan ini difokuskan pada pengembangan model dan bahan baku, mengingat keragaman bahan yang digunakan dalam pembuatan tas anyaman.
Setelah mengikuti pelatihan, diharapkan para peserta dapat berinovasi menciptakan desain baru serta memproduksi tas anyaman berkualitas tinggi yang lebih diminati masyarakat. Disperdagin juga berkomitmen untuk membantu memperluas jaringan pemasaran serta memfasilitasi pengurusan merek dagang untuk para peserta.
“Saat ini, bagi mereka yang belum memiliki merek dagang, kami berencana untuk memfasilitasi pembuatan merek dan akun SIINAS pada tahun depan,” ujar Wahyu.
Pelatihan ini berlangsung selama dua hari berturut-turut, dari tanggal 3 hingga 4 Desember 2024, dengan Kamirin sebagai pengajar dan narasumber. Kamirin adalah pemilik usaha Crafirafi Tulungagung yang berbagi pengalaman dan pengetahuan kepada peserta.
Indiah Eviriyanti, Ketua Komunitas Tas Anyaman Kelurahan Tamanan, mengungkapkan bahwa komunitasnya sudah beroperasi selama hampir 1,5 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, mereka telah berhasil memasarkan produk mereka hingga ke Papua.
“Saya mengundang ibu-ibu untuk berkreasi dan meningkatkan pendapatan melalui pembuatan tas anyaman. Alhamdulillah, selain mengurus rumah tangga, ibu-ibu dapat menambah penghasilan dan produk kami telah diminati oleh masyarakat,” ungkap Evi.
Saat ini, tas anyaman yang banyak diminati adalah untuk souvenir. Dalam proses produksinya, satu tas memerlukan waktu sekitar sepuluh hari, tergantung dari tingkat kerumitan desain. Komunitas perajin tas Kelurahan Tamanan mematok harga karyanya mulai dari 6 ribu hingga 90 ribu rupiah.
Evi berharap, melalui pelatihan ini, komunitasnya dapat menciptakan lebih banyak produk. Dengan bergabung dalam komunitas ini, ibu-ibu rumah tangga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian mereka dari penjualan tas yang dibuat. Pendapatan tambahan ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan gizi lebih bagi anak-anak, sehingga risiko stunting dapat teratasi secara mandiri. (Dimas Eka Wijaya)
Discussion about this post