WARGA desa mengenal keseharian Ahmad Rifai sebagai seorang petani. Di balik aktivitasnya merawat ladang jagung, cengkeh, dan durian, tak ada yang mengira dia adalah ilustrator digital. Gambar-gambar bergenre surealis miliknya laris dibeli orang Amerika, Meksiko, Kanada, Prancis, Swedia, Jepang, dan Malaysia.
Saban hari, Rifai mengerjakan pesanan grafis dari luar negeri di rumahnya di Dusun Mojoduwur, Desa Puhsarang, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Mulai dari cover album musik, marchandise, kaos, dan poster digarap melalui komputer dan tablet. Kamar pribadinya seluas 3×3 meter dijadikan studio untuk editing, upload, serta berkomunikasi dengan klien mancanegara.
“Ke ladang cukup seminggu sekali. Hidup di desa, kalau kelihatan selalu di rumah malah dikira pengangguran,” kata Rifai, Kamis, 9 Januari 2025.
Menurut pria 32 tahun itu, anggapan tersebut wajar, mengingat pekerjaan ilustrator digital belum begitu populer. Warga desa bahkan saudaranya masih menilai bahwa bekerja adalah aktivitas yang mengeluarkan tenaga. Misalnya, petani, pedagang, dan pekerja pabrik. Rifai tidak membantah persepsi tersebut. Dia memilih “menyamar” sebagai petani sembari terus berkarya menekuni industri kreatif.
Karir di bidang desain grafis dimulai ketika dia resign jadi guru menggambar di Global Art Kediri pada 2018. Awalnya, dia memanfaatkan instagram sebagai etalase memajang karya-karyanya.
Nama Rifai sebagai ilustrator semakin melambung ketika karyanya diunggah di Fiverr.com. Di situs marketplace desain grafis internasional itu, dia melayani order logo band, costum font, kaos dan pernak-pernik, serta poster album untuk spotify dan youtube. Sebagian besar gambarnya bertemakan lingkungan, alam, dan eksplorasi tubuh manusia.
“Pertama kali gambar saya laku dihargai 300 ribu rupiah,” ujar mantan Bassist band Brotherhood itu.
Kini, dalam sebulan dia mengerjakan 3 hingga 5 pesanan. Satu gambar rata-rata dihargai 75 dolar Amerika atau setara 1,5 juta rupiah. Nominal bisa bertambah, disesuaikan dengan kesulitan gambar yang dikerjakan.
Pemesan paling banyak yaitu dari musisi indie mancanegara, baik itu band maupun penyanyi solo. Di antaranya, Next Monarch, Spirit Motel, Trophobia, Bons Delires dari Prancis, Blue Stright asal Jepang, dan Altaview dari Amerika.
Di situs Fiverrs.com, Rifai mendapatkan penilaian 5 bintang. Tanda ini mengindikasikan bahwa akunnya memiliki rekam jejak positif dalam memenuhi harapan klien.
“Dia mengerjakan proyek saya dengan sangat baik, menunjukkan perhatian yang besar terhadap detail, profesionalisme, dan daya tarik visual yang memukau. Sangat merekomendasikan bekerja sama dengannya,” tulis salah seorang pemesan dari Amerika dengan nama akun baracus99.
Menurut Rifai, menjamah pasar luar negeri tak cukup sekadar skill. Hal yang tak boleh dilupakan yakni jaringan sesama desainer. Trik marketing dipelajari semasa kuliah di Program Studi Tadris Bahasa Inggris (TBI) IAIN Kediri.
Dia bergabung ke komunitas yang di dalamnya terdapat seniman lukis, mural, dan ilustrator. Dari pertemuan itulah wawasan menjual desain diperoleh. Keyakinan menambang cuan melalui dunia digital semakin kuat hingga sekarang.
“Pekerjaan desainer menjanjikan, namun tak selamanya berjalan mulus,” kata alumni MAN 2 Kota Kediri itu.
Misalnya, ketika klien tiba-tiba membatalkan pesanan padalah sudah ada kesepakatan. Seringkali pemesan juga merasa kurang puas sehingga harus revisi berulang-ulang.
Selama hampir 7 tahun menekuni dunia desain, dia mempertahankan ciri khasnya genre surealis. Dipadukan dengan gaya seni Pop Art, motif dituangkan pada gambar bunga, hewan, dan manusia.
“Ilustrasi seperti ini lebih diminati orang luar dibandingkan dengan warga Indonesia,” ujarnya.
Klien luar negeri selalu menantang karena menuntut konsep baru. Selain tak boleh molor, desain yang dipesan harus sesuai keinginan. Namun, kesulitan itu terbayar dengan nominal standar pasar internasional.
Sejauh ini, Rifai menekuni pekerjaan sebagai ilustrator digital dengan senang hati karena ini memang hobinya. Seminggu sekali dia masih bertani seperti lazimnya pemuda desa. Namun, di kaki Gunung Wilis dia terus berkarya hingga dikenal ke mancanegara. (Dimas Eka Wijaya)
Discussion about this post