Area panggung Kediri Scooter Festival (KSF) 8 mendadak riuh jelang petang, Sabtu, 11 Oktober 2025. Band Reggae Sejak Usia Dini (RSUD) memainkan lagu Republik Sulap karya Tony Q Rastafara. Seratusan penonton yang awalnya hanya duduk sejak siang, ikut bernyanyi dan bergoyang mengikuti alunan musik.
Aksi atraktif Hafidz Abimanyu Arifudin, vokalis RSUD semakin meramaikan panggung festival scooter nasional itu. Layaknya profesional, mereka unjuk kebolehan memainkan drum, gitar, bass, dan keyboard. Sore itu, RSUD membawakan enam lagu bergenre reggae.
“Rasanya seru banget, penontonnya asik-asik,” Hafidz Abimanyu, ketika ditemui Kediripedia.com di ruang artis, Sabtu, 11 Oktober 2025.
Bocah yang akrab disapa Abi ini tidak merasa gugup ketika di panggung. Murid kelas 5 itu mengapresiasi antusiasme penonton. Tanpa susah payah mengajak, mereka sudah ikut bernyanyi.
Di panggung KSF 8, kelompok musik ini tampil sebagai yang termuda diantara 15 pengisi acara lain. Mereka berasal dari Sekolah Dasar Negeri Betet 3 Kota Kediri. Formasi personilnya diisi Abi sebagai vokalis, Jeand memegang gitar rytem, Raditya gitaris, Derrick memainkan bass, Haidar mengoperasikan keyboard, dan Cahya menabuh drum.
“Terima kasih sudah dikasih kesempatan main di KSF 8, semoga tahun depan bisa terus berpartisipasi,” ungkap Frick Varian Alwafi, pelatih RSUD.
Menurut guru kelas empat itu, bisa tampil di acara sebesar KSF menjadi pengalaman berkesan bagi anak didiknya. Bahkan dari awal diundang, mereka sangat bersemangat. Sebelumnya RSUD pernah tampil di panggung hiburan di sekitar Kediri. Misalnya acara Kuno Kini di Simpang Lima Gumul, Apeksi di Balai Kota Kediri, dan acara-acara kampus.
Band RSUD lahir dari kegiatan ekstrakurikuler musik SDN Betet 3 Kota Kediri. Awalnya, Frick ingin mengajari anak-anak musik keroncong. Akan tetapi, genre tersebut dinilai kurang begitu cocok untuk karakter muridnya yang antusias. Sehingga, reggae dipilih karena alunannya bisa meningkatkan energi positif, ritmenya santai, menenangkan, dan merangsang kreativitas.
“Kita pilih aliran reggae karena musiknya riang,” kata Wafi.
Semangat para siswa didukung kelengkapan alat musik untuk sebuah band. Mereka punya potensi besar, namun butuh kesabaran agar siswa cepat mendapat chemistry satu sama lain. Tiap sabtu, mereka rutin berlatih bahkan hingga malam hari. Saat latihan, para wali murid datang ke sekolah mengirim makanan, minuman, dan memberi dukungan.
Murid yang mengikuti ekstrakurikuler tak semuanya memiliki keterampilan bawaan. Ada sejumlah siswa yang mengawali belajar musik dari nol. Beberapa di antaranya bergabung karena didorong orang tuanya.
Jika tak ada undangan naik panggung, Wafi menyulap halaman sekolah itu sebagai tempat konser. Di bawah pohon mangga, enam siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri Betet 3 Kota Kediri mendendangkan musik reggae. Pada 2024, video kegiatan ekstrakurikuler musik mereka pernah viral di media sosial dengan dua juta penonton di Instagram dan tujuh juta di Tiktok. (Dimas Eka Wijaya)
Discussion about this post