Perubahan selalu terjadi dan turut mempengaruhi sebuah kebudayaan. Hari ini, adalah masa depan dari kemarin dan apa yang terlihat pada kebudayaan saat ini, merupakan warisan dari masa lalu yang dapat bertahan hingga saat ini. Lalu, melihat berbagai kemungkinan baru di masa mendatang, apakah sebuah impian juga dapat menjangkau imajinasi yang lebih luas?
Pertanyaan tersebut menggelitik hati dan pikiran tiga anak muda asli Kediri yang sedang menimba ilmu di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, untuk membuat sebuah gelaran dimana dapat menjadi ruang untuk melacak, menggali, menggagas, hingga mengeksplorasi fenomena masa kini. Diharapkan dapat diterapkan pada masa depan, dengan cara seni tentunya; melalui karya, ide, inovasi, cara mengapresiasi, hingga diskusi. Mengerucutlah berupa ajang perayaan seni dan budaya Kediri, diberi nama Kediri Arts and Culture Fest (KACF) 2016 digelar di Kota Kediri, dengan mengusung tajuk “Painting The Future” . Meski bertema demikan, KACF tidak hanya menampilkan karya-karya seni rupa, semua bidang seni maupun teater terakomodir di dalamnya.
Diinisiasi oleh tiga pemuda asli Kediri yang sedang menimba ilmu di ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta. Di antaranya, Gatro dari Fakultas Seni Media Rekam (FSMR 2013), Misba dari Fakultas Seni Pertunjukan (FSP 2013) dan Yusuf dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD 2012). “Acara ini sengaja kami gelar sebagai wadah kreatif pelaku seni dan budaya di Kediri, agar ada sesuatu yang berbeda dan mampu mengakomodir para pelaku seni dan budaya yang selama ini belum bisa tampil karena keterbatasan ruang,” kata Misba, salah satu inisiator acara. Lebih dari 50 seniman dan pelaku budaya muda dari Kediri dan Luar Kediri sedianya akan tampil dalam gelaran ini.
Acara yang digelar bertepatan dengan malam Tahun Baru 2017 ini terbuka untuk umum. Mulai Sabtu, 31 Desember 2016, pukul 19.00 WIB, hingga Sabtu, 7 Januari 2017. Berlokasi di Gedung eks Kediaman Kolonel Suratman, Jl. KDP Slamet No. 41, samping Gereja Merah Bundaran Sekartaji. Ajang yang menampilkan karya-karya perupa muda dan pentas seni pertunjukan ini, akan menjadi nuansa baru dan memberi warna bagi Kediri dalam hal berkesenian dan berekspresi.
“Konsepnya adalah menghayal tentang masa depan. Ini adalah titik awal dari sebuah cita-cita tentang seni dan budaya di Kediri,” begitu menurut Gatro saat menjelaskan konsep yang digagas bersama rekan-rekannya. Acara ini menampilkan lebih dari 30 karya seni visual berupa lukisan dalam berbagai media dan teknik. Tidak hanya menampilkan karya-karya visual saja, karya seni pertunjukan dan seni media rekam juga turut meramaikan gelaran acara ini.
Pada pembukaannya, menampilkan Teater Adab Kediri, Tari Sonteng dan Tari Kelangan dari Jawa Barat yang dipentaskan oleh mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta. Pemutaran film-film indie turut mengisi rentetan KACF. Bertepatan pada hari ketiga, Senin, 2 Januari 2017, di antaranya “Udan Liris”, “Sowan”, “Tanya Satu Atap”, “Wedhi” dan “Cinta”. Sebagai penutup festival, digelar Wayang Kulit oleh dalang muda Ki Sugodo Wibowo dengan lakon Pandowo Songo.
Menurut Yusuf, salah satu inisiator asli Bujel ini, KACF diharapkan menjadi acara rutin tahunan. “Pada pergantian tahun ini, KACF mencoba untuk meneropong suatu masa, di detik, menit, jam, tahun, dengan sebuah pengalaman yang pernah terlewati sebagai titik acu ide”. Mampu memberikan sebuah atmosfer yang baru bagi para pelaku seni dan budaya, begitu juga masyarakat akan tersuguhi sebuah tontonan yang tidak hanya terbatas pada hiburan semata, namun menjadi cara pandang dan pemicu partisipasi masyarakat mengenai masa depan seni dan budaya Kediri adalah mimpi yang tak terelakkan KACF.
Netizer: F. Widodo Putra
Editor: Fatikhin