BERKUNJUNG ke Museum Airlangga Kota Kediri tak ubahnya seperti membaca kapsul waktu. Naskah-naskah, tinggalan arkeologi, serta informasi peradaban dari masa lalu memenuhi ruang display. Di antara ratusan barang bersejarah itu, salah satu benda yang menjadi unggulan yakni jambangan batu dari Kerajaan Kadiri.
“Di Indonesia, museum yang mempunyai Jambangan Batu sangat sedikit, makanya ini koleksi terbaik,” kata Dwi Aristiawan, sejarawan Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri, Rabu, 3 September 2024.
Aris menyebut, jambangan batu merupakan bak mandi kerajaan, atau wadah penampung air suci. Pada era lampau, benda ini dipakai untuk ritual Topo Kungkum. Para raja berendam di jambangan batu sebagai ritus pembersihan diri, mensucikan pikiran, dan hati. Pemuka agama di masa lalu percaya jika setelah melakukan Topo Kungkum, penguasa akan memiliki hati bersih, sehat jasmani rohani, dan menjadi orang suci.
![](https://kediripedia.com/wp-content/uploads/2024/09/WhatsApp-Image-2024-09-12-at-3.37.56-PM-1024x768.jpeg)
Jambangan batu mempunyai bentuk elips dengan kedalaman 60 cm. Pada bagian dalam, terdapat bagian menonjol yang berfungsi sebagai tempat duduk. Di bawahnya ada lubang sebagai saluran pembuangan air.
“Diperkirakan benda ini berasal dari tahun 1118 Masehi,” ujar Aris.
Kisaran tahun itu didapat dari inkripsi yang terpahat di badan bak mandi. Ditulis dengan aksara Kawi, narasinya berbunyi “Sunya Sagara Nirmala Sasi”. Jika diartikan dengan metode Candra Sangkala maka akan ditemukan kode 1040. Angka tersebut kemudian dikonversi ke tahun masehi menjadi 1118. Itu artinya, peninggalan ini berasal dari Kerajaan Kadiri masa pemerintahan Raja Bameswara tahun 1115-1135 Masehi.
Selain bersejarah, benda purbakala ini sarat dengan nilai seni. Relief bunga teratai yang melingkari bak mandi menyimbolkan kesucian. Sedangkan lambang Candrakapala atau tengkorak yang menggigit bulan sabit, merupakan petunjuk bahwa raja Kediri pada masa lampau memuja Dewa Siwa.
“Jambangan batu ini adalah masterpiece (mahakarya) dari museum ini. Kita letakkan di tengah ruang display agar pengunjung langsung bisa melihat,” kata Yuni Suyanti, juru pelihara Museum Airlangga.
Menurut Yuni, bak mandi raja itu sudah 3 kali dipindah. Peletakan pertama di Pendopo Alun-alun Kota Kediri, kedua di Tirtoyoso pada tahun 1982, dan ketiga di Museum Airlangga yang diresmikan pada tahun 1992.
Selain jambangan batu, Museum Airlangga menyimpan ratusan koleksi arkeologi seperti altar batu, gentong batu, arca Sivanandi, Wisnu, dan Parwati. Buka setiap hari mulai jam 9 pagi hingga 4 sore, museum ini berada di satu kawasan dengan Wisata Gua Selomangleng Kota Kediri. (Laily Mazidatur Rohmah, Mahasiswi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Kediri, sedang magang di Kediripedia.com)
Discussion about this post