BELUM pukul 20.00. Jalanan masih padat lalu lintas kendaraan. Toko-toko juga masih buka. Tapi pintu sebuah toko di salah satu tikungan di kawasan Jalan Doho, Kota Kediri, Jawa Timur sudah memasang tanda “closed”. Padahal, lampu terang di dalam masih menunjukkan adanya aktifitas.
“Mohon maaf, antrian sudah penuh. Besok saja ya, sekarang daftar dulu,” kata lelaki bertopi fedora kepada pemuda tanggung berjaket parka warna krem. Pemuda itu mengangguk, menyebutkan namanya, kemudian berlalu.
Si lelaki bertopi kemudian kembali ke tempat kerjanya, menata rambut siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bernama Arif. Sepertinya Arif adalah pelanggan setia. Terlihat dari cara mereka mengobrol: sangat akrab dan tidak canggung. “Rata-rata dua minggu sekali pelanggan kemari,” kata Arief.
Sabtu, 10 Oktober 2015 malam lalu, Arief Agust Amir Tani — sang lelaki bertopi bertugas sendiri. Rekannya sedang tidak masuk. Arif adalah pelanggan terakhir Arief malam itu. Sejam ke depan, Arief harus fokus melayani Arif karena pukul 21.00 barbershop tempatnya bekerja tutup. Meskipun proses penataan rambut hanya memerlukan sekitar 15 menit, tapi dengan tambahan pelayanan pijat kepala, keramas, cutting: waktu yang diperlukan bisa mencapai sejam.
Belum dua bulan Arief bekerja di Brother. Menyukai pangkas-memangkas rambut sejak kecil, lelaki berusia 30 tahun itu punya talenta dan kecintaan besar di dunia potong rambut. Pernah bekerja di percetakan dan sablon, tata rambutlah yang benar-benar sesuai angan-angannya. Di barbershop, dia merasa menemukan dunianya.
Pada hari-hari biasa, Arief menata rambut sekitar 15 pelanggan. Kalau akhir pekan bisa sampai 25 orang. Semua dikerjakan sesuai jadwal, mulai pukul 12.00 – 21.00. Dengan dua orang tenaga barberman, jumlah pelanggan Brother tiap hari tinggal mengalikan dua dari jumlah yang ditangani Arief. “Kami khusus melayani cowok. Kalau ada pelanggan cewek, itu berarti menginginkan gaya rambut cowok dan kami tak bisa menolak,” papar Arief.
Ada empat paket pelayanan yang diberikan. Paket Platinum bertarif Rp 50 ribu dengan pelayanan potong, keramas, pijat, skin head/batik rambut. Paket Gold Rp 25 ribu (potong, keramas, pijat). Paket Silver Rp 20 ribu (potong dan keramas). Paket Fresh Rp 10 ribu (shaving dan styling). Semua paket itu berhak mendapatkan pelayanan pomade gratis.
Seperti cendawan, setahun terakhir barbershop terus bermunculan di Kediri. Sedikitnya ada 10 tempat di seputaran Kota Kediri, salah satunya Brother. Berbeda dengan pangkas rambut biasa yang bertarif di kisaran Rp 5 ribu – Rp 8 ribu, barbershop menawarkan pelayanan lebih seperti keramas, pijat kepala, dan berbagai model rambut sesuai trend. Under cut, rockabilly, quif, boston, spike adalah beberapa style yang biasa diminta pelanggan. “Kami biasanya ngobrol dulu, maunya gimana,” kata Arief.
Penataan ruangan juga menjadikan hal yang berbeda dengan lapak pangkas rambut biasa. Interior dikonsep dengan kecenderungan tertentu. Ada yang vintage, music, otomotive, atau menggabungkan semua unsur art. Ditunjang ruangan ber-AC, suasana menjadi sangat privat dan homy.
Dengan jumlah pelanggan terus meningkat, pangkas rambut konvensional suatu saat mungkin bisa tergeser oleh kehadiran barbershop. Meskipun mayoritas pelanggan saat ini adalah kalangan anak muda seperti siswa SMA atau mahasiswa, bukan tidak mungkin kelak akan menyeret pelanggan lebih luas. Seperti terjadi dulu, tukang cukur keliling yang biasa berhenti di bawah pohon pada akhirnya juga pelan-pelan ditinggalkan. Pelanggan lebih suka mempercayakan penataan rambutnya ke tukang pangkas rambut yang punya tempat tetap atau kios beratap.
Sebagai bagian dari perjalanan kebudayaan, keberadaan barbershop memang eksotik. Kepiawaian pengelola menggaet pelanggan juga dtentukan oleh daya imajinasi dan inovasi mengatur suasana. Dan hal-hal itu sama sekali tak ada hubungannya dengan urusan potong rambut.
Barangkali, suasana barbershop tak harus selalu bernuansa luar negeri. Tapi memang tak bisa dipungkiri, betapa impresifnya ketika duduk melihat Arief menata rambut Arif, ada speaker di sudut ruang mengalunkan lagu Chan Chan yang dilantunkan Buena Vista Social Club, kumpulan musisi gaek Kuba. Imajinasi akan terbang, seolah-olah di depan pintu ada Fidel Castro dan Che Ghuevara sedang ikut antri potong rambut, sembari berbagi cerutu.(Dwidjo U. Maksum)