BAGI kebanyakan orang, jasa cuci sepatu atau shoes cleaning belum cukup populer. Gerai penyedia layanan ini belum sebanyak laundry baju, cuci karpet, mobil, maupun motor yang kini semakin menjamur. Mencuci dan merawat sepatu masih dianggap sebagai sesuatu yang bisa dikerjakan sendiri, tanpa harus mengeluarkan kocek untuk membayar jasa.
Berdirinya usaha cuci sepatu di Indonesia dipelopori oleh dr. Tirta. Ia memulai bisnis itu pada 2014 di Yogyakarta, pasca gunung Merapi meletus. Dalam kurun waktu tujuh tahun, dr. Tirta mampu membuka cabang di beberapa kota dan menginspirasi banyak orang untuk merintis bisnis serupa.
Di Kota Kediri, Jawa Timur misalnya. Beberapa tahun terakhir jasa cuci sepatu mulai tumbuh di kawasan yang dibelah arus Sungai Brantas ini. Salah seorang di antaranya yaitu Ananda Eka Virpio yang membuka bisnis cuci sepatu dengan brand Isoiresik.
“Meskipun Kediri bukan kota metropolitan, tapi usaha ini cukup menjanjikan,” kata lelaki yang akrab disapa Virpio, Sabtu, 08 Januari 2022.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya ini merintis lapak cuci sepatunya di Jalan Bandar Ngalim No. 16 Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Selain membuka gerai, Virpio juga memasarkan Isoiresik melalui media sosial seperti instagram, website, dan whatsapp. Tak hanya itu, ia juga mempromosikan jasanya melalui event booth.
Menurutnya, ketika menekuni bisnis yang belum familiar, pelayanan harus diutamakan. Salah satu strateginya yaitu dengan memanjakan konsumen melalui layanan jemput antar barang. Selain itu, dia juga memberikan konsultasi gratis soal perawatan sepatu.
“Beda jenis sepatu, beda pula perawatannya,” ujar pemuda berusia 19 tahun itu.
Misalnya jenis sepatu flatshoes, wedges, heels, sneakers, sport shoes, maupun sepatu gunung, memiliki metode pencucian yang berbeda. Demikian pula dengan penggunaan sabun dan parfum, harus disesuaikan dengan jenis sepatu yang ditangani. Ongkos perawatan dipatok harga beragam, antara 30 hingga 120 ribu rupiah.
Bisnis yang dikelola Virpio bukan satu-satunya di Kota Kediri. Usaha serupa juga ditekuni Gurid Gumelar, pemilik jasa cuci sepatu bernama Wisuh. Dia membuka gerainya di Jalan Corekan Raya No.42, Kaliombo, Kecamatan Kota, Kota Kediri.
“Dalam sehari saya bisa menangani sekitar 4 sampai 6 sepatu, jumlah itu mengalami kenaikan dibanding tahun-tahun sebelumnya,” kata Gurid.
Lelaki penyuka motor vespa itu menuturkan, tren mencucikan sepatu kini tak hanya didominasi remaja saja. Pegawai kantoran, ibu rumah tangga, hingga mahasiswa, kini memilih layanan cuci sepatu. Kecenderungan masyarakat itu salah satunya dipengaruhi oleh maraknya brand sepatu lokal berkualitas. Di antaranya, Ventela, Aerostreet, dan Compass.
Menurut Gurid, hadirnya brand asli Indonesia itu turut mengedukasi masyarakat jika mencuci sepatu tidak boleh sembarangan. Misalnya, unsur kain ataupun kulit pada permukaan sepatu jangan sampai terkena deterjen. Unsur kimia pada sabun cuci itu bisa menyebabkan warna dan tekstur sepatu menjadi luntur.
“Adanya jasa cuci sepatu cukup menjaga keawetan sepatu,” Nimas Laila, salah seorang pengguna jasa shoes cleaning di Kediri.
Ada beberapa perbedaan spesifik antara laundry baju dengan cuci sepatu. Jika jasa cuci pakaian menggunakan sistem kiloan, cuci sepatu menggunakan sistem hitung satuan. Alat yang digunakan bukan mesin cuci, melainkan peralatan khusus seperti sikat 3 sisi, sikat bulu kuda, sikat gigi, hard brush, dan soft brush.
Jenis penanganan sepatu yang diberikan Virpio lewat Isoiresik dan Gurid di Wisuh kurang lebih sama. Mulai dari basic treatment berupa deep clean atau mencuci seluruh bagian sepatu; leather care, khusus untuk sepatu berbahan kulit; dan suede care, sepatu berbahan kain beludru.
Sedangkan untuk medium treatment ada layanan rewhitening upper atau sepatu bahan kanvas berwarna putih; unyellowing midsol, memutihkan kembali bagian bawah sepatu yang telah menguning; special treatment, pengecatan ulang sesuai warna asli; recolour atau mengubah warna; dan reglue atau mengelem bagian sepatu yang mengelupas.
Dalam kajian sosiologis, hadirnya jasa cuci sepatu di Kota Kediri bisa menjadi indikator bahwa masyarakatnya semakin dinamis dan berkembang. Beberapa tahun lalu, kemajuan sebuah kawasan diukur dari berdirinya cafe, barbershop, dan mini market. Kemunculan jasa cuci sepatu menjadi babak baru yang menandai bergeraknya masyarakat menuju modernitas. (Rokhimatul Inayah, Mahasiswi Program Studi Manajemen Universitas Hasyim Asyari Tebuireng Jombang, sedang magang di Kediripedia.com)
Discussion about this post