BERMULA dari sekadar hobi menggambar, Andi Mulyo Prabowo tak menyangka jika kegemarannya ini menghasilkan keuntungan ratusan dollar. Karya goresan digital pemuda asal Kediri, Jawa Timur banyak dibeli orang-orang dari Amerika, Canada, Jerman, dan Swedia. Mereka tertarik pada gambar bikinan Andi yang mengusung tema dark art.
Gaya seni dengan genre dark art yang ditekuni Andi lebih menonjolkan kesan surealis yang gelap, sedih, maupun horor. Sehingga, desain buatannya laris dipesan para musisi band indie dari luar negeri beraliran rock atau metal. Beberapa di antaranya Broken Past, The Drudger, Lord Tyrant, dan Valentinefang asal Amerika, serta Lil Us dan Wolves Over dari Canada.
Para musisi itu biasanya memesan desain untuk kebutuhan cover album, merchandise, kaos, dan poster. Dalam satu bulan, Andi bisa mengerjakan sedikitnya tiga hingga empat pesanan. Satu gambar ilustrasi rata-rata diberi harga 95 hingga 150 dollar Amerika atau 1,5 hingga 2 juta rupiah. Jumlah keuntungan yang diperoleh bisa mencapai sekitar 5 juta per bulan.
“Kalau desain yang dipesan cenderung rumit, harganya bisa tambah,” ujar Andi, Selasa, 11 Januari 2022.
Upaya pemuda 26 tahun itu merambah pasar mancanegara dimulai pada 2018. Memiliki omset yang cukup menggiurkan, Andi hanya memasarkan jasa melalui instagramnya @Andimvlyo.
Dia mempunyai trik tertentu agar orang luar negeri tertarik dengan karyanya. Cara ini sebenarnya sederhana, tapi butuh konsistensi atau ketelatenan. Misalnya, mempelajari marketing melalui algoritma instagram, mulai dari insight, jumlah pengunjung, dan jangkauannya mencapai berapa persen.
“Setiap hari saya harus upload karya menggunakan hastag tertentu, dan itu dilakukan secara terus menerus,” kata mahasiswa Universitas Terbuka Kediri.
Sejumlah wawasan itu didapat ketika bergaul dengan sesama pegiat seni di Kediri pada tahun 2014. Dari pertemuan itu, dia menemukan banyak pengetahuan, utamanya pangsa pasar di dunia digital. Mulai kualitas desain, target, dan hal-hal yang membuat jasa desain bisa diperjualbelikan.
Menurut Andi, terjun ke industri kreatif di bidang desain grafis tidak selamanya berjalan mulus. Ada saja hambatan seperti pemesan yang tiba-tiba menghilang ketika karya sudah dikirim. Kemudian ada pula klien yang merasa kurang puas hingga harus merevisi berulang kali, sedangkan desain sudah sesuai dengan konsep yang diberikan di awal kesepakatan.
Sebelum bisnisnya berkembang seperti saat ini, media kerja yang digunakan awalnya cukup sederhana. Dia hanya mengandalkan kertas dan pulpen, lalu berlanjut ke tahap proses scan, baru kemudian diberi warna di photoshop atau coreldraw.
Seiring waktu, klien semakin bertambah. Andi kini beralih menggunakan perangkat tablet dengan pena digital. Lokasi pengerjaan bisa dilakukan di mana saja. Namun ,dia biasa menggarap pesanan di rumahnya di Jalan Agrowilis, Desa Semen, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Bisa juga di warung-warung kopi untuk menyegarkan pikiran dan mendapat ide gambar inovatif.
“Untuk pangsa pasar lokal, harga belinya hanya 400 hingga 600 ribu per karya,” kata Andi.
Menurutnya, peluang menambang cuan di pasar lokal lebih sedikit. Nilainya jauh berbeda jika dibandingkan luar negeri. Antusiasme dan apresiasi terhadap karya yang dikerjakan lebih tinggi.
Akan tetapi, harus diakui jika amat menantang ketika mendapat klien dari luar negeri. Mereka memiliki standar yang tentu berbeda dengan konsep desain yang sedang populer di Indonesia. Misalnya di setiap pembuatan album yang membutuhkan gambar cover serta merchandise, mereka punya tema atau konsep yang pasti mengandung kebaruan.
Sejauh ini, Andi menekuni dunia jasa ilustrasi dengan gembira karena ini memang kegemarannya. Puncak tertinggi dari menjalani hobi tentu adalah apresiasi, di samping itu ada peluang meraih pundi-pundi rupiah dari apa yang dikerjakan. (Inggi Anggriani, Mahasiswi Program Studi Manajemen Universitas Hasyim Asyari Tebuireng Jombang, sedang magang di Kediripedia.com)
Discussion about this post