Pengantar Redaksi:
Dalam kurun waktu 1983 hingga 1985, puluhan gadis belia di Kediri diculik dan diperkosa. Rentetan kasus yang bermunculan selama 3 tahun itu ditengarai ulah sosok yang kelak dijuluki “Sumo Bawuk”. Kediripedia.com tergerak untuk menggali kembali peristiwa Sumo Bawuk. Sudah empat puluh tahun kisah itu berlalu, namun teror menakutkan ini masih melekat di ingatan masyarakat Kediri. Siapa dia sebenarnya? Apakah dia mitos, urban legend, atau malah alat propaganda pemerintah Orde Baru, akan terjawab pada penelusuran serta reportase mendalam yang kami lakukan.
KASUS pemerkosaan berantai gadis belia di Kediri sudah terungkap. Sumo Salidi dan tiga orang pengikutnya sudah mendekam di penjara. Namun siapa sangka jika tragedi pemerkosaan itu belum berhenti. Tercatat pada 1985, 1988, dan 1989, korban pemerkosaan masih saja berjatuhan.
Tindak kekerasan seksual yang masih marak membuat warga Desa Bedug tak percaya bahwa Sumo Salidi adalah dalang di balik peristiwa itu. Di mata masyarakat, Sumo dikenal sebagai orang pendiam. Sehari-hari, dia mencari kayu bakar, menggembala kambing, serta membuka kedai kopi di teras rumahnya.
“Mbah Sumo itu hanya kambing hitam, pelaku pemerkosa itu mengaku sebagai muridnya sehingga dia ikut terseret,” kata Kafid, mantan Kepala Dusun Dawung, Desa Bedug, Minggu, 19 Mei 2024.
Bagi pria 70 tahun ini, Sumo adalah panutan. Saat sama-sama menjadi hansip pada 1970 an, Sumo pandai menangkap maling. Dia bisa berlari cepat meski di usia paruh baya.
Menurut Kafid, Sumo bukan orang yang rajin beribadah. Akan tetapi, dia tidak suka keributan. Ketika ada masalah di lingkungan, dia juga tak pernah komplain kepada tetangga maupun pemerintah desa.
Sebagai orang yang mengenal keseharian Sumo, Kafid tak percaya bahwa dia adalah motor di balik maraknya aksi perkosaan saat itu. Usai bebas dari penjara pada 1987, warga desa tidak mengucilkan Sumo. Dia tetap membuka warung, serta masih didatangi warga ketika akan menggelar hajatan. Pada kegiatan-kegiatan lain di desa, Sumo masih dipercaya menjadi hansip.
“Cerita yang beredar itu terlalu dilebih-lebihkan, mbah Sumo itu orang baik,” kata Selo, kerabat Sumo.
Pria 65 tahun itu masih mengingat perawakan serta perilaku Sumo di masyarakat. Menurutnya, Sumo bertubuh kurus, tinggi, dan berkulit sawo matang.
Sewaktu ditangkap polisi, dia sudah berumur 80 tahun. Setelah 3 bulan mendekam di sel Tikus Polres Pare, majelis hakim lalu mengganjarnya dengan hukuman 3,5 tahun penjara.
“Di tengah masa hukuman, Mbah Sumo sempat pulang sekali sewaktu cucunya menikah,” kata Selo.
Menurut Takmir Masjid al Huda Desa Bedug ini, sepulang dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kediri, Sumo tetap menjalani aktivitas seperti biasa hingga wafat pada tahun 1990. Selo menganggap Sumo Salidi bernasib apes. Dia tidak pernah melakukan pemerkosaan, namun masyarakat Kediri terlanjur menyematkan stigma bahwa semua tindak rudapaksa itu ulah Sumo Salidi. Hingga dia wafat pada usia ke-90, julukan Sumo Bawuk melekat padanya hingga akhir hayat. (Dimas Eka Wijaya)
Tulisan Serial Sumo Bawuk:
Serial Sumo Bawuk 1: Mengungkap Kembali Tragedi Pemerkosaan Anak Secara Massal di Kediri
Serial Sumo Bawuk 2: Sumo Dituduh Menyuruh Murid-muridnya Melakukan Pemerkosaan Massal
Serial Sumo Bawuk 3: Para Murid Sumo Bawuk Mengaku Dipenjara Tanpa Pernah Memperkosa
Serial Sumo Bawuk 5: Stigma Negatif Sumo Bawuk Menyandera Warga Sekitar Hingga Kini
Discussion about this post