Pengantar Redaksi:
Dalam kurun waktu 1983 hingga 1985, puluhan gadis belia di Kediri diculik dan diperkosa. Rentetan kasus yang bermunculan selama 3 tahun itu ditengarai ulah sosok yang kelak dijuluki “Sumo Bawuk”. Kediripedia.com tergerak untuk menggali kembali peristiwa Sumo Bawuk. Sudah empat puluh tahun kisah itu berlalu, namun teror menakutkan ini masih melekat di ingatan masyarakat Kediri. Siapa dia sebenarnya? Apakah dia mitos, urban legend, atau malah alat propaganda pemerintah Orde Baru, akan terjawab pada penelusuran serta reportase mendalam yang kami lakukan.
ISAK tangis Maisaroh (bukan nama sebenarnya) memecah keheningan malam di Desa Kwadungan, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri. Gadis berusia 9 tahun itu sekuat tenaga merangkak keluar dari rerimbunan kebun tebu. Kemaluannya tampak berlumuran darah. Ketika ditolong warga, dia beberapa kali mencoba berdiri, namun kembali jatuh dan pingsan.
Maisaroh adalah satu dari 23 orang gadis korban pemerkosaan berantai di Kediri pada 1983-1985. Data dan gambaran suasana mencekam ini dinarasikan di dalam Majalah Tempo edisi Sabtu, 27 Agustus 1983 dan 8 Desember 1984, serta di buku “Sumo Bawuk” karya Agus Sunyoto.
Kala itu, pemerkosaan massal yang menyasar gadis belia tengah marak. Korban rata-rata berusia 9-15 tahun, beberapa di antaranya bahkan ditemukan sudah tak bernyawa. Plaosan, Kwadungan, Doko, Pare, Ngletih, dan Janti adalah desa-desa yang teridentifikasi sebagai tempat terjadinya rudapaksa.
“Saat itu, situasinya memang ngeri,” kenang Murtinah, salah satu warga Desa Blabak, Kecamatan Kandat Kediri kepada Kediripedia.com, Selasa 4 Juni 2024.
Perempuan 74 tahun ini masih mengingat tiap malam yang selalu mencekam pada era 1980an. Minimnya penerangan kala itu, menjadikan jalanan kampung semakin menakutkan. Di perempatan jalan, kaum laki-laki menggiatkan ronda malam atau siskamling. Sedangkan anak perempuan harus sudah berada di rumah ketika menjelang petang.
Murtinah dan kebanyakan warga Kediri lainnya tak membiarkan anak gadis mereka bermain jauh. Ketika anak bersekolah terpaksa diantar jemput. Di malam hari, para orang tua makin dibekap rasa takut. Pintu, jendela, dan ventilasi ditutup rapat-rapat, karena konon “predator” itu bisa menyelinap ke rumah-rumah melalui lubang angin.
“Saya tidak ingin ingat-ingat lagi peristiwa itu,” kata Murtinah.
Saking khawatirnya masyarakat kala itu, muncul ungkapan, “jangan main jauh-jauh, nanti dimakan Sumo Bawuk”. Belum tersedianya akses informasi seperti sekarang membuat teror makin diselimuti misteri. Dari mulut ke mulut, dia dikabarkan memiliki ratusan pengikut, bisa terbang, menghilang, dan berubah wujud.
Tiap pengikut Sumo Bawuk konon diharuskan memperkosa 40 gadis yang belum menstruasi. Saat itu, mendengar namanya saja bikin bulu kuduk berdiri, terornya berhasil menggetarkan hati seluruh masyarakat Kediri.
Kepolisian sempat dibuat kebingunan, namun pada akhirnya tiga pelaku berhasil dibekuk. Mereka mengaku bahwa kejahatan itu dilakukan atas perintah Somoredjo atau Sumo Salidi. Kakek berusia 80 tahun ini tinggal di Desa Bedug, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri.
Dari nama Sumo Salidi inilah julukan Sumo Bawuk disematkan. Dalam bahasa Jawa, sumo berarti doyan, sedangkan bawuk adalah kemaluan perempuan.
Empat puluh tahun selepas kejadian itu, rumah milik Sumo di kawasan Kediri Selatan kini tak berpenghuni. Kediripedia mendekati hunian yang konon menjadi markas pelaku pemerkosaan kala itu. Pelataran rumah bercat putih ini dipenuhi rumput liar. Atap seng yang terpasang di teras berwarna coklat akibat berkarat.
“Dulu banyak orang berkunjung ke rumah mbah Sumo, dia memang punya banyak murid,” kata Selo, salah satu kerabat Sumo. (Dimas Eka Wijaya, Kholisul Fatikhin) Bersambung~~~
Tulisan Serial Sumo Bawuk:
Serial Sumo Bawuk 2: Sumo Dituduh Menyuruh Murid-muridnya Melakukan Pemerkosaan Massal
Serial Sumo Bawuk 3: Para Murid Sumo Bawuk Mengaku Dipenjara Tanpa Pernah Memperkosa
Serial Sumo Bawuk 4: Sumo Bawuk Dianggap Kambing Hitam Kasus Perkosaan Massal
Serial Sumo Bawuk 5: Stigma Negatif Sumo Bawuk Menyandera Warga Sekitar Hingga Kini
Discussion about this post