(Keterangan foto: Aktivitas anggota Sinema Kadirian sebelum wabah corona)
BEKERJA dari rumah (Work from Home) dan menjaga kontak fisik (Physical Distancing), menjadi hal penting agar kita terhindar dari penularan virus corona. Meski habit baru ini membuat beberapa pekerjaan terpaksa ditunda, bukan berarti seseorang berhenti berkarya.
Situasi itu dialami sineas-sineas muda Kediri yang tergabung dalam Sinema Kadirian. Komunitas yang setahun belakangan mewarnai literasi sinema di Kediri ini, harus menunda berbagai kegiatannya. Mulai dari pertemuan rutin, produksi hingga screening film.
“Untuk sementara, diskusi anggota Sinema Kadirian dilakukan via grup WhatsApp,” kata Muhammad Reno, ketua Sinema Kadirian, pada Kamis, 2 April 2020. Menurutnya, wabah corona ini memaksa para anggota Sinema Kadirian untuk ektra hati-hati. Namun, tetap berupaya menghasilkan karya.
Mahasiswa Akademi Yogyakarta ini menerangkan, Sinema Kadirian beranggotakan 16 orang. Mayoritas pengikutnya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Selain rutin mengadakan pemutaran dan diskusi, mereka aktif menyelenggarakan workshop serta mentoring pembuatan film bagi pelajar.
Komunitas yang berdiri pada 23 April 2019 itu telah melahirkan sebuah karya film pendek. Film berjudul “Nyikep” tersebut berhasil menyabet juara 3 di Short Movie Competition, yang diselenggarakan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Kediri.
“Rencananya, tahun ini kami akan memproduksi film lagi,” kata Reno.
Selama masa physical distancing ini, tidak membuat kegiatan para anggota Sinema Kadirian jadi mandek. Mereka tetap menjalin komunikasi untuk persiapan pra produksi. Utamanya, pekerjaan yang bisa dilakukan secara online. Seperti pengembangan ide cerita, diskusi menentukan genre dan format film, serta penulisan skenario.
Selain produksi film, Sinema Kadirian sedang merencanakan menggelar Brantas Film Screening (BRAFIS). Acara ini akan digelar di awal tahun 2021. Ajang apresiasi film tersebut pertama kali diadakan pada awal Maret lalu, di Kampus Universitas Nusantara PGRI Kediri. Selama sehari penuh, BRAFIS 2020 menampilkan sepuluh film terbaik, dari tiga puluh karya asli sineas Kediri.
“Semoga BRAFIS 2021 bisa terlaksana, karena tiap tahun banyak film produksi filmmaker Kediri,” kata Danu Sukendro, pembina Sinema Kadirian.
Danu mengaku, wabah Covid-19 yang saat ini mendera Indonesia, mengubah sebagian besar aktivitas Sinema Kadirian. Namun menurutnya, pelaku di bidang kreatif harus mampu bekerja cerdas dalam ruang gerak yang terbatas. (Naim Ali)