MENEKUNI hobi tertentu bisa menjadi langkah alternatif mengusir kebosanan. Terlebih, ketika menjalani masa isolasi atau physical/social distancing. Entah itu aktivitas berkebun, olahraga, berkesenian, bermain game online, dan kegiatan sederhana lainnya; diyakini mampu menjernihkan pikiran saat berada di rumah atau work from home.
Selain memperhatikan kebugaran fisik, menyalurkan hobi berguna untuk memelihara kesehatan mental di tengah upaya melawan virus covid-19. Seperti yang dilakukan Abdur Rahman, warga Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Kegemarannya merawat tanaman bonsai dijadikan senjata untuk menjaga kondisi psikologis akibat wabah corona.
“Bagi saya, menekuni bonsai ini bermanfaat untuk menghalau kejenuhan ketika bekerja dari rumah,” kata Rahman, Jumat 3 April 2020.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai jurnalis Metro TV ini, sudah menyukai bonsai sejak duduk di bangku sekolah menengah. Namun, hobi itu sempat dia tinggalkan cukup lama karena harus fokus menuntaskan kuliah di Universitas Widyagama Malang pada tahun 2002.
Kegemarannya pada tanaman kerdil itu muncul lagi ketika Rahman meliput pameran bonsai di Simpang Lima Gumul (SLG) tahun 2014. Kegiatan berskala nasional itu diselenggarakan oleh Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Cabang Kediri. Di acara tersebut, dia banyak berinteraksi dengan para pegiat bonsai dan semakin termotivasi untuk menekuni kembali hobi yang selama belasan tahun hilang.
Kini, di sela waktu bekerja sebagai jurnalis, Rahman merawat puluhan tanaman hias itu di rumahnya yang berada di kawasan Perumahan Bumi Permai Tugurejo. Di halaman depan dan samping rumah diisi tanaman bonsai dari beragam varietas dan ukuran. Mayoritas bonsai yang dirawat Rahman yaitu jenis sancang dan mustam dalam bentuk medium, 15-30 centimeter.
“Wawasan terkait teknik dan tips perawatan banyak saya dapatkan dari obrolan komunitas,” kata Rahman.
Lelaki kelahiran Malang itu ikut bergabung dengan komunitas PPBI selama setahun. Sekarang, Rahman bernaung di organisasi Rumah Bonsai Indonesia (RUBI) cabang Kediri sejak 2019. Dia sempat beberapa kali mengikuti event pameran yang digelar RUBI, salah satunya di Ponorogo. Kala itu, bonsai sancang grouping miliknya mendapatkan apresiasi dari para juri serta pegiat lainnya.
Usai merebaknya virus corona, sejumlah acara pameran yang telah direncanakan RUBI akhirnya dibatalkan. Meski begitu, Rahman tetap aktif berkomunikasi dengan anggota lain melalui media sosial facebook dan whatsapp. Proses berbagi pengetahuan seputar perkembangan bonsai, mulai dari perawatan hingga harga pasar, sementara dipindahkan ke dua platform online itu.
“Merawat bonsai biasanya saya lakukan dua kali sehari, pagi dan sore,” ujar Rahman.
Sejumlah tahapan pemeliharaan antara lain berupa penyiraman, pemangkasan dahan, penggantian pot, dan memberi pupuk. Bonsai harus dijaga kelembaban tanahnya, tidak boleh terlalu basah maupun terlalu kering. Selain itu, paparan sinar matahari harus diatur, jika intensitasnya tinggi, justru akan merusak. Agar bonsai selalu tampak indah, Rahman juga rutin memotong cabang-cabang daun yang kurang baik.
Soal pupuk, dia tak terlalu mengandalkan bahan-bahan kimia. Untuk menyuburkan tanaman, dia memanfaatkan pupuk kompos dan air cucian beras. Agar tanaman terhindar dari hama cabuk atau kutu putih yang biasanya hinggap dan melapisi daun, Rahman menyemprot bonsai dengan air sabun.
“Sama seperti virus corona, hama putih itu akan mati jika terkena cairan deterjen,” katanya.
Wabah covid-19 yang melanda Indonesia dan seluruh dunia itu, hingga kini belum mereda. Menurut Rahman, anjuran pemerintah bahwa virus tersebut tidak perlu disikapi panik, sudah betul. Maka, cara ampuh menekan kecemasan yaitu dengan menekuni hobi sambil bekerja dari rumah. Agar tidak sehat fisik saja, tetapi juga secara mental. (Kholisul Fatikhin)