HADRAH Al-Banjari masih jadi salah satu seni musik islami yang banyak diminati kalangan santri masa kini, utamanya para muda-mudi. Karena kesenian yang lahir dari tanah Banjar, Kalimantan Selatan ini menawarkan irama rebana yang menghentak, rancak dan variatif. Tak ayal, selain di mayoritas pesantren salafi, grup Shalawat Al-Banjari telah bermunculan dari komplek sekolah hingga kampus perguruan tinggi. Berbagai ajang lomba Shalawat Al-Banjari pun marak diadakan.
Di wilayah Jawa Timur, khususnya Kediri, Festival Shalawat Al-Banjari se-Jawa Timur yang tiap tahun diadakan jamaah pengajian Langgar Kulon, asuhan Kyai Muhammad Douglas Toha Yahya atau lazim disapa Gus Lik, barangkali yang selalu ditunggu-tunggu penikmat kesenian “terbangan” itu. Acara yang digelar semalam suntuk ini bertempat di ujung selatan Jalan Panglima Polim, area Kelurahan Kemasan, Kota Kediri.
“Festival ini rutin dilaksanakan untuk memperingati hari Maulud Nabi Muhammad SAW, dan telah memasuki tahun kelima,” kata Taufik Davit Rudi Cahyono, Ketua Panitia Festival Al-Banjari Se-Jawa Timur, pada Minggu, 5 Januari 2020, di sela acara berlangsung.
Pagelaran ini menarik dikunjungi, karena berada di tengah kampung padat penduduk. Terlebih, dihelat dengan melibatkan masyarakat setempat yang kian lama telah menyandang stigma; sebagai berandal, penjudi, pemabuk, hingga candu narkoba. Namun, beriringan dengan lantunan shalawat dalam rutinitas festival Al-Banjari di kawasan belakang stasiun kereta Kota Kediri itu, segala pandangan buruk itu lambat laun reda.
Berawal sekitar tahun 2002, dari kehadiran pengajian rutin bersama Gus Lik di Musholla Nur Hidayah milik Nunuk Hidayat. Meski sempat menolak, perlahan-lahan masyarakat Kemasan ikut mengaji sekaligus turut tergabung dalam jamaah Langgar Kulon. Berpusat dari surau kecil itu pula, kemudian beragam kegiatan positif digagas dan didiskusikan penduduk Kemasan selepas pengajian.
“Festival Al-Banjari ini, bisa dibilang agenda paling prestisius di mana warga Kemasan aktif terlibat,” kata Nunuk Hidayat. Pada pelaksanaannya, santri Pondok Pesantren Assa’idiyyah Jamsaren, yang tergabung dalam Firqah An Nahdliyah Bibarkatis Sholawat, ikut bergabung sebagai koordinator acara.
Perempuan yang akrab disapa Ibu Nuk itu tidak menyangka, acara yang bermula digagas sebatas pagelaran hadrah sederhana tersebut menjadi festival tahunan berskala besar. Selalu ramai pengunjung, entah dari penduduk sekitar juga para santri dari pesantren-pesantren di wilayah Kediri.
Festival Shalawat Al-Banjari se-Jawa Timur 2020 dilaksanakan selama dua hari, bertepatan pada tanggal 4-5 Januari 2020. Tampak lebih meriah, karena selain menyertakan kegiatan rutin berupa bazar UMKM dari jamaah pengajian Langgar Kulon, di hari pertama acara, panitia mengadakan sunatan massal dan suguhan musik gambus Cordova.
Turut andil pula dalam mensukseskan acara tersebut adalah PT Gudang Garam, Tbk. (GG). Iwhan Tri Cahyono, Public Relation Manager GG Kediri, mengatakan bahwa ini adalah bagian dari kepedulian perusahaan pada masyarakat.
“GG merasa bangga ikut serta dalam Festival Shalawat Al-Banjari 2020. Semoga kegiatan positif ini terus berlanjut dan mampu menginspirasi kalangan lebih luas,” katanya.
Dalam festival tahun ini, sedikitnya 65 grup turut jadi peserta kompetisi Shalawat Al-Banjari. Sebagian berasal dari daerah eks Karsidenan Kediri, sebagian lain datang dari kota-kota wilayah Jawa Timur. Seperti Ponorogo, Jombang, Sidoarjo, Surabaya, Malang, dan Jember.
Silih berganti, mereka melantunkan shalawat Nabi yang diiringi alunan rebana khas Al-Banjari. Seperti tanpa henti menghibur ratusan penonton dan seluruh lingkungan Kemasan, sejak hari Minggu pagi sampai Senin dini hari. (Naim Ali)