HAMPIR tiap hari, Perempatan Kak So di Kelurahan Ngronggo, Kota Kediri dilintasi ribuan kendaraan. Simpang empat itu menghubungkan berbagai aktivitas masyarakat seperti pelajar, mahasiswa, karyawan, hingga pedagang pasar. Di jam-jam sibuk seperti pagi dan sore, tak jarang para pengendara saling selonong.
Pada tahun 1980 an, persimpangan itu masih dikenal dengan Perempatan Ngronggo. Warga Kota Kediri kemudian beralih menyebutnya Perempatan Kak So usai terjadi kecelakaan maut di lokasi tersebut.
“Dari arah timur, sebuah bus menabrak mobil yang melaju dari selatan. Saat itu belum ada lampu merah,” kata Sriyatun, salah seorang warga Kelurahan Ngronggo, Rabu, 4 September 2024.
Saking kencangnya tubrukan, mobil tipe Suzuki Carry itu terlempar sekitar 15 meter di utara perempatan. Sriyatun sudah tidak ingat secara pasti tahun terjadinya kecelakaan tersebut. Menurutnya, insiden itu terjadi pada tahun 1990 an.
Peristiwa naas tersebut mengakibatkan pengemudi mobil dan penumpang meninggal dunia. Salah satunya adalah Kak So, seorang penyiar radio yang pada era itu tengah digandrungi masyarakat Kediri. Dari kecelakaan itulah, warga kemudian mengenal simpang empat ini dengan sebutan Perempatan Kak So.
Dari penelusuran Kediripedia.com, Kak So memiliki nama lengkap Suroso HS. Dia merupakan penyiar Radio Wijangsongko (RWS), yang kala itu masih bernama Radio Pattimura.
“Pada kecelakaan itu, Kak So meninggal bersama istrinya serta satu temannya yang juga bekerja di radio,” kata Siti Chotidjah, penyiar RWS yang kala itu menjadi rekan Kak So ketika siaran.
Menurut Siti, kecelakaan Kak So terjadi menjelang maghrib. Mereka dalam perjalanan pulang usai berkunjung ke kediaman KH Anwar Iskandar atau Gus War, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien, Ngasinan, Kota Kediri.
Saat itu, mereka pulang dalam kondisi hujan gerimis, bertepatan dengan perayaan Natal tanggal 25 Desember. Untuk tahun kejadian, Siti mengaku sudah lupa.
“Saya tak menyangka bahwa Kak So dan istrinya meninggal begitu cepat,” ujar Siti.
Dia mengenal pribadi Kak So sebagai orang yang pandai bergaul, santun, dan ramah. Selain menjadi penyiar, Kak So juga menjadi koordinator bagian siaran. Dia banyak digemari para pendengar karena sering memutar request lagu dari masyarakat, sebutannya AMKP kepanjangan dari Anda Minta Kami Putar.
Kak So memang bukan pahlawan yang namanya kerap dijadikan penanda sebuah kawasan. Dia hanya orang biasa yang diidolakan masyarakat di akar rumput. Kepergiannya terus dikenang dan diabadikan menjadi nama sebuah perempatan kecil di Kota Kediri. (Nana Trihana Sajidah, Mahasiswi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Kediri, sedang magang di Kediripedia.com)
Discussion about this post