Seperti menonton film Mad Max dan Quadrophenia hari itu, Sabtu 6 Agustus 2016. Kendaraan modifikasi ekstrem dan scooter para mods meraung-raung di sekitar GOR Jayabaya dan beredar di jalanan Kota Kediri. Begitulah suasana yang tergambar dalam Kediri Scooter Festival (KSF).
Tapi ini bukan geng motor yang sedang berperang memperebutkan kekuasaaan atau benturan ideologi di kedua film tersebut. Mereka adalah klub scooter dan para individu yang sedang merayakan suasana berkumpul dalam sebuah festival.
Acara yang digelar pada Hari Sabtu-Minggu tanggal 6-7 Agustus ini bertempat di GOR Jayabaya, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Ribuan kendaraan bermesin kanan ini mulai berdatangan sejak hari Kamis dari berbagai daerah se-Indonesia. Dari catatan kediripedia.com, beberapa peserta berasal dari beberapa kota di Jawa Timur, Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Bali maupun luar Jawa seperti Jayapura, Banjarmasin, Samarinda, Palangkaraya, Palembang, Lampung, Medan, dan berbagi kota dari seluruh Tanah Air. Bahkan beberapa scooterist dari luar negeri juga hadir, diantaranya Prancis, Inggris, Kanada, dan Australia.
“ Saya berangkat tanggal 7 Juli dari Jayapura, sampai disini kemarin. Mampir dulu ke rumah sodara yang tinggal di Pare,“ kata Anton, 50 tahun, peserta yang berasal dai Papua ini disela-sela acara.
Panitia menggunakan area di dalam pagar GOR sebagai tempat untuk mendirikan tenda jual-beli, merchandise, display kontes, kuliner dan lainnya. Sedangkan lapangan yang berada di bagian luar digunakan sebagai panggung hiburan. Jalanan yang ada disekitar lapangan ditutup oleh panitia dan digunakan untuk tempat parkir ribuan scooter yang hadir di festival itu.
Puluhan lapak menjual printilan, asesoris vespa, merchandise, clothing, makanan, minuman hingga barbershop. Beberapa pelapak yang datang dari luar kota ini merupakan orang-orang yang aktif datang di hampir semua acara scooter.
Di sisi hiburan, panggung berukuran sekitar 15 x 5 meter mampu menyedot animo ribuan scooterist. Hujan deras yang mengguyur venue nyaris tidak mempengaruhi semangat mereka untuk merayakan kegembiraan. Tidak ada artis nasional dalam acara ini tapi apresiasi para peserta festival jauh diatas event-event nasional. Sebanyak 20 band reggae merupakan grup lokal yang dipungkasi oleh penampilan Den Basito, grup reggae asli Pare, Kediri.
Secara keseluruhan acara ini boleh dibilang sukses karena nyaris tidak ada kerusuhan, meskipun sepanjang dua hari Kota Kediri menjadi lautan scooter. Sebanyak 325 personel panitia juga bertugas sesuai bidang masing-masing. “Sekitar 11.000 scooterist berkumpul dan bisa bersilaturahmi dan bergembira bersama,“ kata Ketua Panitia Eka Hasya.
Kegiatan sosial juga merupakan salah satu agenda dalam event ini. Ribuan perwakilan peserta bersama Walikota Kediri Abdullah Abubakar melakukan konvoi pada minggu paginya dengan mengajak anak-anak yatim piatu berkendara keliling kota. Setelah memberikan cinderamata dan santunan yang berasal dari patungan para anggota FORSCOOK kepada anak-anak tersebut, rombongan berangkat sekitar pukul 10.00.
Acara ini digelar oleh Forum Scooterist Kediri (FORSCOOK), kerja bareng dengan Pemerintah Kota Kediri dan PT. Gudang Garam Tbk. FORSCOOK adalah himpunan dari klub-klub dan kaum independen pecinta scooter di Kediri. “ Tanpa keterlibatan mereka semua acara ini tidak akan sukses. Semoga bisa menjadi event tahunan,“ kata Yusuf Gimbal, Ketua FORSCOOK. (Nakula)