SEIRING berkembangnya teknologi digital, aktivitas perdagangan kini mulai bergeser ke online. Hadirnya pasar di dunia maya seperti marketplace memudahkan kegiatan belanja masyarakat sehingga tak perlu repot pergi ke toko. Pada tahun 2021, Bank Indonesia melaporkan bahwa transaksi belanja online di Indonesia sudah menyentuh angka 403 triliun rupiah.
Kemudahan yang ditawarkan juga memungkinkan siapa saja terjun ke bisnis digital, termasuk para mahasiswa. Misalnya, Achmad Robith, mahasiswa IAIN Kediri ini mampu menghasilkan lebih dari sepuluh juta perbulan dari berdagang di internet.
“Produk yang saya jual istilahnya palugada, apa lu mau gue ada,” kata Robith, Senin 16 Mei 2022.
Lelaki kelahiran Bojonegoro itu menjual bermacam-macam barang. Mulai dari kosmetik, busana, perlengakapan touring, olahraga, obat serangga, hingga benda elektronik. Selain itu dia menjual kerajinan, bawang goreng, serta kerupuk kulit asli Kediri. Dalam sebulan, barang yang berhasil dijual mencapai 2500 item.
Robith tak hanya menjajakan barang dari dalam negeri, tapi juga berbisnis barang impor dari Cina. Misalnya, bahan baku kok bulu tangkis serta alat pengusir nyamuk dari negeri tirai bambu.
Apa yang ditekuni Robith ini populer disebut Affiliate Marketing. Sistem ini memungkinkan seseorang yang tidak memiliki produk, tapi tetap bisa berdagang. Prinsip kerjanya mirip pedagang perantara atau makelar yang membantu pemilik barang memasarkan produk. Jika barang tersebut laku maka akan mendapat komisi atas penjualan.
“Untuk memasarkan barang, saya membuat sekitar 20 toko di internet,” ujar Robith.
Dibukanya toko-toko itu dimaksudkan agar semakin merambah pasar lebih luas, serta menampung varietas produk yang beraneka ragam. Tak hanya lewat marketplace berbasis aplikasi semacam Shopee, Tokopedia, Bukalapak, dan Lazada, ia juga membuka toko di media sosial Instagram dan Facebook.
Di awal menekuni dunia digital marketing, Robith tak butuh modal besar. Biaya yang dikeluarkan hanya ketika memasang iklan di sejumlah marketplace. Menurutnya, hal yang paling penting adalah ketelatenan menganalisa pasar.
Agar barang yang diperdagangkan muncul di kolom pencarian, dia mempelajari Search Engine Optimization (SEO) melalui kanal youtube dan internet. Dia juga sempat mengikuti beberapa pelatihan terkait SEO secara online maupun offline guna menajamkan kemampuan.
Berkat ketekunannya, Robith telah mengantongi sertifikat resmi digital marketing dari Badan Sertifikasi Profesi. Sehingga, kantor tempatnya bekerja di Kelurahan Rejomulyo, Kota Kediri sering dijadikan praktek atau wadah belajar bagi mahasiswa dan anak sekolah. Melalui lembaga Wisma Digital Academy miliknya, dia tercatat sudah menerima 6 sekolah dan 1 kampus untuk program magang.
Kisah kesuksesan serupa juga diraih Muhammad Habibullah, mahasiswa Fakultas Ekonomi IAIN Kediri. Pria yang akrab disapa Habib itu mampu menjual 100-200 paket perbulannya. Produk yang dijual antara lain kaos, hiasan dinding, alat-alat listrik hingga kebutuhan dapur yang ia dapat dari Bogor dan Jakarta.
“Keuntungan tak pasti karena tergantung minat pasar, kira-kira 5 juta hingga 10 juta sebulan,” ujar mahasiswa semester 8 asal Nganjuk itu.
Saat ini, Habib terus mengumpulkan modal guna mencapai target pasar lebih luas, sehingga penghasilan yang didapat lebih besar. Jika sekarang dia masih memasarkan barang orang lain, ke depan Habib berencana membuat produk sendiri dan dipasarkan di toko digital yang sudah dibangun 2 tahun ini. Menurutnya, dunia digital marketing sangat menjanjikan. Sebab, perdagangan online tidak akan pernah sepi, seiring dengan teknologi digital yang semakin canggih. (Ahmad Eko Hadi)
Discussion about this post