JARI-jemari Viny Mamonto menari di tuts pianika ketika memainkan intro lagu “Nyanyian Burung”. Diiringi petikan gitar akustik Saleh Hariwibowo, duo pop folk itu menyuarakan gagasan sosial dan literasi. Didirikan pada 2015, grup musik Ruangbaca mendendangkan lirik-lirik reflektif yang lahir dari pengalaman membaca, berdiskusi, dan mengajar.
Bagi pasangan suami istri itu, Ruangbaca bukan sekadar band. Alunan nada dan lirik bersajak menjadi proyek eksperimen musik yang lahir dari kebiasaan diskusi buku.
“Lagu kami bukan ajakan melawan, tapi ajakan untuk berpikir,” kata Viny, vokalis Ruang Baca, saat diwawancarai Kediripedia.com pada Selasa, 7 Oktober 2025.
Hampir satu dekade berkarya, Ruang Baca telah menelurkan lebih dari 14 lagu. Karya terbaru mereka berjudul “Nasihat”. Lagu itu terinspirasi dari filsafat Stoik dan pengalaman pendewasaan pribadi.
Proses penciptaan lagu Ruangbaca berawal dari diskusi Viny dan suaminya Saleh Hariwibowo, atau yang akrab dipanggil Ale. Intisari bahasan kemudian diubah Ale menjadi lagu.
“Kalau bikin lagu seringnya spontan. Karena kami suami istri, jadi sering jamming bareng, duduk main gitar terus jadi lagu,” kata perempuan 33 tahun itu.
Karya-karya yang dilahirkan bukan sebatas rangkaian nada maupun lirik puitis. Sejumlah lagu yang diciptakan berisi pesan agar masyarakat peka pada ketimpangan sosial. Para pendengar seperti diajak melakukan refleksi kritis.
Misalnya di lagu berjudul “Di Belantara Kata” dengan lirik Ku lupakan lelah membaca sepulang kerja, ku rebahkan lelah membaca Pramoedya. Ruangbaca menuangkan keresahan atas sistem kerja buruh, gender, dan rendahnya daya baca masyarakat.
“Banyak yang bilang orang Indonesia malas baca, padahal aksesnya yang terbatas. Buku susah ditemukan, ruang baca kurang. Itu yang kami sisipkan lewat lagu,” jelas wanita kelahiran Kotamobagu, Sulawesi Utara.

Grup musik asal Makassar ini lahir dari pertemuan dua perantau yang sama-sama mencintai literasi dan musik. Perjalanan Viny ke Makassar bermula dari bangku kuliah di Universitas Hasanuddin. Ia masuk Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Sementara Ale di Jurusan Antropologi. Keduanya sama-sama angkatan tahun 2011.
Semasa kuliah, Viny aktif membuat kelas diskusi, kegiatan volunteer, dan mengajar. Ia juga jadi relawan di perpustakaan komunitas dan mengajar di tempat pembuangan akhir (TPA).
Di ruang-ruang komunitas itulah, Viny berjumpa dengan Ale. Mereka menemukan kesamaan pandang tentang pentingnya literasi dan ruang dialog. Semangat itu kemudian mereka tuangkan ke dalam medium baru, yaitu musik. Pada 2015 mereka membentuk Ruangbaca, kemudian menikah tahun 2018.
Sebelum masuk dapur rekaman, mereka merekam lagu melalui gawai. karya itu kemudian diunggah ke platform SoundCloud. Teman-teman komunitas di Makassar banyak yang membantu mempromosikan lagu Ruangbaca. Sehingga, grup musik itu dengan cepat dicintai publik, terutama di kalangan pegiat literasi.
Dari sisi musikal, Ruang Baca menghadirkan warna pop dengan kekuatan utama pada lirik-liriknya. Beberapa lagu mereka merupakan musikalisasi puisi karya sastrawan seperti Sapardi Djoko Damono dan Aan Mansyur. Sebagian lainnya adalah karya orisinal mereka sendiri.
Mereka kerap tampil di berbagai festival. Salah satunya di acara Festival Media Aliansi Jurnalis Independen (AJI) di Makassar. Dari sekian konser yang digelar, bagi mereka panggung paling berkesan adalah Makassar International Writers Festival (MIWF).
“Aku selalu suka panggung MIWF, karena suasananya sangat intim. Penonton benar-benar datang untuk mendengarkan pertunjukan, bukan sekadar hiburan,” ungkapnya.
Dari panggung ke panggung, Ruangbaca terus menyebarkan virus membaca buku. Mereka membuktikan bahwa semangat literasi bisa hidup dalam nada, berdialog lewat lagu, dan menyentuh publik dengan cara sederhana namun bermakna. (Jurnalia Sibunga)
Discussion about this post