DI tengah wabah corona, bersepeda menjadi tren yang digandrungi warga dunia. Meningkatnya minat mengendarai sepeda selama pandemi corona, ternyata juga membangkitkan eksistensi kereta angin tipe produksi lama. Sepeda lawas merek Phoenix yang booming di Indonesia pada tahun 1980-an direstorasi menjadi lebih menarik, mirip sepeda lipat modern.
Sepeda Phoenix yang telah dimodifikasi itu populer dengan sebutan Mini Trek dan Minion. Sepeda Minion umumnya mengadopsi hampir keseluruhan konsep rancang bangun sepeda lipat, dengan tetap memakai single gear tapi ukuran ban diganti lebih kecil. Sedangkan Mini Trek lebih menonjolkan unsur-unsur sepeda balap.
“Untuk Mini Trek rata-rata dari sepeda mini merek Phoenix, karena ukurannya cocok dan dari segi konstruksi lebih mudah dimodifikasi,” kata Dodoth F Widodo Putra, pemilik Goweser Bendon Raya (GEBER), Rabu, 24 Juni 2020.
Menurut pria yang sehari-hari juga bekerja sebagai muralis itu, perakitan sepeda mini trek umumnya menggunakan frame atau rangka tunggal. Sepeda mini berukuran 20 atapun ukuran 24 diubah ke model balap, dengan penambahan rear derailleur, sproket, gir depan, dan shifter. Agar lebih cantik, sepeda juga ditambahkan aksesoris balap lainnya ataupun dicat ulang.
Pada masa jayanya di 1980-an hingga menjelang tahun 2000, merek sepeda asal Cina didistribusikan ke lebih dari 50 negara. Kala itu, popularitasnya berhasil menggeser sepeda-sepeda keluaran Eropa. Bahkan, sepeda Phoenix juga digunakan sebagai souvenir penyambutan para pemimpin negara lain yang berkunjung ke Negeri Tirai Bambu.
Di Indonesia, hampir di semua rumah terdapat sepeda yang berlogo Burung Api dari mitologi Tiongkok itu. Dilengkapi bel, rak belakang yang bisa berfungsi sebagai boncengan, hingga stoplamp belakang yang berfungsi sebagai keamanan dan kenyamanan pengendara; Sepeda Phoenix dulunya digunakan beraktivitas sehari-hari. Seperti pergi ke sekolah, ke pasar, hingga bekerja.
Varian lain dari Sepeda Phoenix yang juga amat populer yaitu Sepeda Jengki. Jenis sepeda jengki ini dibagi lagi menjadi dua, laki-laki dan perempuan. Untuk laki-laki, top tube atau besi yang berada di bawah sadel melintang lurus. Sementara perempuan, top tube diletakkan melengkung ke bawah.
Seiring berkembangnya moda transportasi khususnya kendaraan bermotor, kereta angin ini perlahan mulai ditinggalkan. Namun, jejak-jejaknya masih ada, terkunci di gudang-gudang rumah. Hal itulah yang melatarbelakangi Dodoth kini membuka jasa reparasi sepeda.
“Jadi sepeda-sepeda lawas yang ada di gudang, bisa tampil gaya untuk digunakan gowes lagi,” kata Dodoth.
Selain perakitan, GEBER yang terletak di Gang Bendon, Kelurahan Banjaran, Kota Kediri, Jawa Timur itu juga melayani jasa pengecatan ulang berbagai merk sepeda baru maupun bekas. Dia menawarkan warna sesuai keinginan pelanggan. Misalnya warna sport, bunglon, maupun hologram.
Proses pengecatan rata-rata menggunakan 4 sampai 5 lapisan. Mulai dari penggunaan epoksi antikarat, cat dasar, under coat, top coat, hingga finishing. Biasanya pengecatan satu sepeda menghabiskan satu sampai dua kaleng di setiap lapisnya. Prosesnya memakan waktu sekitar satu minggu, tergantung dari tingkat kesulitan pengecatan warna.
Jika memasukkan tagar #sepedaminion dan #sepedaminitrek di media sosial Instagram atau Facebook, akan dijumpai puluhan ribu foto unggahan Sepeda Phoenix yang telah direstorasi. Hal itu membuktikan, bahwa di tengah wabah, minat masyarakat akan sepeda tidak hanya dengan membeli sepeda baru. Sepeda lama tak terpakai, kini mulai diperbaiki dan digowes kembali. Seperti sepeda merk Phoenix asal Cina yang dianggap jadul atau ketinggalan jaman, dengan inovasi kini tampilannya berubah layaknya sepeda modern. (M Yusuf Ashari)